Puisi: Nikah Sungai (Karya Dorothea Rosa Herliany)

Puisi "Nikah Sungai" karya Dorothea Rosa Herliany mengajarkan kita tentang kerentanan dan kekuatan dalam menghadapi kenyataan yang sering kali ...
Nikah Sungai

Engkau bawakan aku bunga-bunga. di sini pasir,
semak dan lumut melulu. kadang bauan busuk
dan bahkan bangkai-bangkai. kepiting tak
menyisih menyambutku.

Di mana ruang yang kausediakan buatku?
buat percintaan maha dahsyat. buat pertempuran
tak usai-usai. nafsu yang senantiasa membuahkan
kebencian dan bencana.

Aku rebah di tanah basah. mengandung
racun dan beranak peradaban kering nurani.

1992

Sumber: Nikah Ilalang (1995)

Analisis Puisi:

Puisi "Nikah Sungai" karya Dorothea Rosa Herliany adalah karya yang menggugah dengan kepekaan dan kedalaman emosi yang khas. Dalam puisi ini, Dorothea mengeksplorasi tema-tema seperti pencarian tempat dalam dunia yang tidak bersahabat dan hubungan antara manusia dengan alam.

Dorothea Rosa Herliany adalah seorang penyair Indonesia yang dikenal karena kemampuannya dalam mengeksplorasi perasaan dan kondisi manusia melalui karya-karyanya. Dalam "Nikah Sungai," Dorothea menggabungkan elemen-elemen alam dengan refleksi mendalam tentang pengalaman manusia. Puisi ini, dengan segala kesederhanaannya, menawarkan interpretasi yang berlapis dan kaya akan simbolisme.

Kesesuaian dan Kontradiksi

Puisi ini dimulai dengan gambar yang kontras antara bunga-bunga yang indah dan lingkungan yang kasar—pasir, semak, dan lumut. Kontras ini menyiratkan ketidakcocokan antara harapan dan kenyataan. Dalam bait pertama, Herliany menyajikan sebuah dunia yang tampaknya tidak menyambut dan penuh dengan bau busuk serta bangkai. Kepiting yang "tak menyisih" dapat diartikan sebagai simbol ketidakpedulian atau ketidaknyamanan terhadap kehadiran penutur puisi.

Pencarian Tempat

Pertanyaan retoris yang diajukan dalam bait kedua—"Di mana ruang yang kausediakan buatku?"—menggambarkan rasa kehilangan dan ketidakpastian. Penutur puisi tampak mencari tempat yang layak untuk diri mereka, sebuah ruang di mana mereka dapat merasakan "percintaan maha dahsyat" dan tidak terjebak dalam "pertempuran tak usai-usai." Ini menunjukkan perjuangan batin dalam mencari makna dan tujuan dalam hidup.

Konflik dan Perjuangan

Bait kedua juga menggambarkan konflik batin yang mendalam—nafsu yang menghasilkan kebencian dan bencana. Dorothea menunjukkan bahwa cinta dan nafsu tidak selalu membawa kebahagiaan, tetapi sering kali berujung pada perpecahan dan kesulitan.

Kesimpulan dan Refleksi

Penutup puisi, "Aku rebah di tanah basah. mengandung racun dan beranak peradaban kering nurani," mengungkapkan keadaan putus asa dan penderitaan. Tanah basah yang mengandung racun menyimbolkan kondisi yang tidak sehat dan penuh dengan ancaman, sedangkan "peradaban kering nurani" menggambarkan kekosongan emosional dan spiritual yang dialami oleh penutur.

Puisi "Nikah Sungai" karya Dorothea Rosa Herliany adalah puisi yang penuh dengan simbolisme dan refleksi mendalam tentang kondisi manusia. Dengan menggambarkan kontras antara harapan dan kenyataan, pencarian tempat yang layak, dan perjuangan batin, Dorothea menghadirkan sebuah karya yang mengundang pembaca untuk merenung tentang pengalaman dan emosi mereka sendiri. Melalui bahasa yang kuat dan imaji yang tajam, puisi ini membangun jembatan antara individu dan alam serta mengajukan pertanyaan mendalam tentang makna dan tujuan hidup.

Puisi ini mengajarkan kita tentang kerentanan dan kekuatan dalam menghadapi kenyataan yang sering kali tidak sesuai dengan harapan kita. Dengan memeriksa puisi ini, kita diajak untuk merenung tentang bagaimana kita menavigasi ruang dan hubungan kita dengan dunia di sekitar kita.

Dorothea Rosa Herliany
Puisi: Nikah Sungai
Karya: Dorothea Rosa Herliany

Biodata Dorothea Rosa Herliany:
  • Dorothea Rosa Herliany lahir pada tanggal 20 Oktober 1963 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Ia adalah seorang penulis (puisi, cerita pendek, esai, dan novel) yang produktif.
  • Dorothea sudah menulis sejak tahun 1985 dan mengirim tulisannya ke berbagai majalah dan surat kabar, antaranya: Horison, Basis, Kompas, Media Indonesia, Sarinah, Suara Pembaharuan, Mutiara, Citra Yogya, Dewan Sastra (Malaysia), Kalam, Republika, Pelita, Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Jawa Pos, dan lain sebagainya.
© Sepenuhnya. All rights reserved.