Puisi: Hutan Wassenaar (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Hutan Wassenaar" menyajikan gambaran tentang keabadian dan kekuatan alam dalam melestarikan rahasia dan momen penting.
Hutan Wassenaar

Lindap bayangan pohonan
betapa bening mata memandang

Terhampar baka
segala rahasia
manusia yang purba

        Karena waktu
        terpaku di situ
        untuk selamanya

Lindung bayangan pohonan
betapa jernih tawa yang lantang

Kata-kata tercapak terang
di awang-awang
musim-panas yang lengang

        Karena waktu
        terpaku di situ

        Untuk selamanya
  
1972

Sumber: Ular dan Kabut (1973)

Analisis Puisi:

Puisi "Hutan Wassenaar" karya Ajip Rosidi menawarkan sebuah refleksi mendalam tentang waktu, keabadian, dan kekuatan alam dalam menyimpan rahasia manusia. Melalui penggambaran hutan dan bayangan pohonan, puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan hubungan antara manusia, alam, dan waktu.

Keabadian Alam dan Keterhubungan dengan Manusia

"Lindap bayangan pohonan / betapa bening mata memandang"

Puisi ini dimulai dengan menggambarkan keindahan dan kedamaian yang ditawarkan oleh hutan, dengan bayangan pohonan yang menenangkan dan memberikan kesan keterhubungan yang dalam antara manusia dan alam. Kata "lindap" (yang mungkin berarti 'terlarang' atau 'tertutup') menunjukkan sebuah tempat yang istimewa dan tenang, di mana keindahan alam memberikan pengalaman yang mendalam bagi pengamatnya.

Kehidupan Abadi dan Rahasia Purba

"Terhampar baka / segala rahasia / manusia yang purba"

Penyair menyoroti bahwa di dalam hutan tersebut, terdapat sebuah ruang yang menyimpan rahasia dan keajaiban dari masa lalu manusia yang purba. Kata "baka" yang berarti 'abadi' atau 'eternal', menunjukkan bahwa hutan ini adalah tempat di mana rahasia dan kisah-kisah lama tetap hidup dan terjaga, seolah-olah waktu telah berhenti di sini untuk menjaga keabadian rahasia tersebut.

Waktu yang Terpaku dan Ketenangan Musim

"Karena waktu / terpaku di situ / untuk selamanya"

Tema waktu menjadi pusat perhatian dalam puisi ini. Hutan Wassenaar digambarkan sebagai tempat di mana waktu seolah-olah berhenti, menciptakan sebuah keadaan abadi di mana segala sesuatu tetap seperti adanya. Ini menyiratkan bahwa alam, dalam bentuknya yang murni dan tidak berubah, memiliki kekuatan untuk melestarikan momen dan rahasia dalam keadaan yang tetap.

Kejernihan dan Keberlanjutan dalam Tawa dan Kata-Kata

"Lindung bayangan pohonan / betapa jernih tawa yang lantang"
"Kata-kata tercapak terang / di awang-awang / musim-panas yang lengang"

Dalam bagian ini, puisi memperluas gambaran dengan menyertakan aspek keceriaan dan kejelasan yang ditemukan di bawah bayangan pohonan. Tawa yang jernih dan kata-kata yang terang menggambarkan suasana yang penuh dengan energi dan kehidupan, bahkan di tempat yang seolah-olah abadi dan tenang ini. Musim panas yang lengang menambah dimensi waktu yang terasa tidak terikat dan penuh dengan makna.

Interpretasi

Puisi "Hutan Wassenaar" menyajikan gambaran tentang keabadian dan kekuatan alam dalam melestarikan rahasia dan momen penting. Melalui bayangan pohonan dan keindahan hutan, Ajip Rosidi menciptakan sebuah ruang di mana waktu tampaknya berhenti, memungkinkan rahasia dan keajaiban dari masa lalu tetap hidup dan tidak berubah.

Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara manusia dan alam, serta bagaimana alam dapat menyimpan dan melestarikan pengalaman serta rahasia yang penting. Waktu yang terpaku di hutan ini menciptakan sebuah tempat di mana segala sesuatu tetap abadi, dan di mana keindahan dan ketenangan tetap ada, meskipun dunia luar mungkin berubah.

Puisi "Hutan Wassenaar" adalah puisi yang merayakan kekuatan dan keabadian alam dalam menyimpan rahasia dan kenangan manusia. Ini menggambarkan bagaimana alam dapat memberikan kedamaian dan keindahan yang tak terputus oleh waktu, serta bagaimana kata-kata dan tawa dapat menjadi bagian dari pengalaman abadi di bawah lindungan pohonan.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Hutan Wassenaar
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.