Beranjak dari Kota Banda Aceh, kami berencana untuk melakukan perjalanan menuju Sigli (alias pulang ke kampung halaman). Dan yang menjadi cerita kali ini, kami tidak memilih jalur yang biasanya digunakan untuk arah jalur Mudik Banda Aceh-Sigli. Kami memilih jalur yang rumit, alias jalur yang masih jarang (dan sangat jarang) digunakan untuk perjalanan panjang tersebut.
Lanjut dari sana, kita akan menjumpai lagi sebuah tempat menarik, yaitu Bukit Suharto. Sempat kami menyinggahi, tapi tidak sempat mengabadikannya. Karena pun, kami datang pada hari yang salah (alias hari sepi). Hanya ada beberapa pemuda yang duduk manis di sana, dan hanya beberapa saat pula kami berdiri di sana, kemudian melanjutkan perjalanan, lagi.
Tibalah kami di Desa Lamreh, tempat yang dimana yang sudah saya sebutkan di dalam judul tulisan ini. Yang awalnya kita jumpai bukanlah Pasir Putih, melainkan Tebing Lamreh. Tapi kami tidak menyinggahinya, karena tujuan utama kami memang ke Pasir Putih (alias untuk menikmati Pasir, bukan Tebing-nya, haha).
Dan tidak berjarak jauh dari Tebing Lamreh tersebut, tibalah kita di Pasir Putih yang akan kita bicarakan. Ini adalah kali ketiganya saya berada di sini, sungguh luar biasa! (Sekedar info: angka tiga adalah angka favorit saya).
Salah satu yang membuat Laut ini berbeda dengan laut kebanyakan adalah, laut ini dihiasi oleh tanaman laut yang tumbuh langsung di bibir laut, saya tidak tau harus menyebut nama untuk tumbuhan itu (Silahkan menebak sendiri, karena saya tidak tau). Terlihat aneh jika kita pertama kali melihat tumbuhan ini (mungkin, hanya perasaan saya), tapi begitulah kenyataannya.
Dan tidak berjarak jauh dari Tebing Lamreh tersebut, tibalah kita di Pasir Putih yang akan kita bicarakan. Ini adalah kali ketiganya saya berada di sini, sungguh luar biasa! (Sekedar info: angka tiga adalah angka favorit saya).
Salah satu yang membuat Laut ini berbeda dengan laut kebanyakan adalah, laut ini dihiasi oleh tanaman laut yang tumbuh langsung di bibir laut, saya tidak tau harus menyebut nama untuk tumbuhan itu (Silahkan menebak sendiri, karena saya tidak tau). Terlihat aneh jika kita pertama kali melihat tumbuhan ini (mungkin, hanya perasaan saya), tapi begitulah kenyataannya.
Yang terlihat pada gambar di atas adalah Tebing Lamreh (yang saya sebutkan di atas). Benar kan apa kata saya? Tebing Lamreh dan Pasir Putih itu dekatnya pakai banget (alias bisa di pandang mata). Wisatawan disini biasanya akan menyibukkan dirinya dengan aktivitas Snorkeling atau sekedar menyelam tanpa alat bantu. Ada juga yang menyewa perahu bebek, karena di sana sarananya memang sudah termasuk lengkap. Dan untuk anda yang tidak bisa berenang jangan terlalu khawatir, tempat ini sudah di batasi area untuk anda berenang bebas. Dan asalkan anda tidak keluar dari jalur tersebut, itu artinya anda aman.
Mohon maaf, saya tidak berhenti di antara orang banyak tersebut, tapi saya dan kawan saya pergi ke tempat paling ujung dari Pasir Putih tersebut. Saya hidupkan lagi Sekuter saya, menyisiri Pantai yang indahnya pakai aduhai. Dan tentunya, tidak ada satupun orang yang mengganggu kami (alias tidak ada yang bersama kami). Foto di bawah ini, akan membuktikan bahwa kiri kanan laut tempat kami berada adalah Kosong.
Benarkan? Jiwa petualang yang kami miliki memang aneh, kami kurang suka diganggu ketika kami tidak ingin mengganggu orang lain, haha. Sebenarnya kalimat ini tidak nyambung, hanya tertulis akibat sedang ingin curhat, haha.
Biasanya saya langsung menyebur, kalau melihat air laut. Namun berhubung kami hanya singgah sebagai Acara Pengindah Perjalanan Balik Kampung, ya main basah-basahan celana saja. Semoga masih ada lain hari untuk cerita mandi laut-nya.
Benarkan? Jiwa petualang yang kami miliki memang aneh, kami kurang suka diganggu ketika kami tidak ingin mengganggu orang lain, haha. Sebenarnya kalimat ini tidak nyambung, hanya tertulis akibat sedang ingin curhat, haha.
Biasanya saya langsung menyebur, kalau melihat air laut. Namun berhubung kami hanya singgah sebagai Acara Pengindah Perjalanan Balik Kampung, ya main basah-basahan celana saja. Semoga masih ada lain hari untuk cerita mandi laut-nya.
Tempat ini biasanya disinggahi oleh keluarga besar yang ingin mendapat jatah libur akhir pekan. Nasib baik, kami tiba di Pasir Putih pada hari yang bukan disebut hari minggu. Jadi, kami hanya menjumpai beberapa keluarga saja, dan juga hanya rombongan pramuka yang datang menggunakan 3 Bus (penumpangnya memang termasuk kategori penuh, ketat, arat, dan padat). Kisaran ratusan orang sajalah kala itu. Hal itulah yang membuat kami tidak merasa terlalu dipedulikan di tempat ini.
Pada hari itu, kami juga mendapati anak muda sedang bermain bola di Bibir Pantai. Tidak berjarak jauh dari sana, ada juga anak-anak kecil yang sedang membangun Istana Pasir, ada juga yang main lempar-lempar Frisbee bersama keluarganya, pokoknya ada-ada saja yang bisa dilakukan di laut. Sungguh syahdu sekali pemandangannya. Dan sayang beribu sayang, tidak sempat kami abadikan.
Tempat indah ini adalah tempat bebas (Free Zona), tapi anda akan dikenakan biaya masuk per/orang Rp.5000 (Biaya Pada Akhir Desember 2015). Bukan main, bukan? Uang tersebut kami sebut dengan Tiket Masuk. Murah banget lah itu? Anda harus merasa rugi kalau tidak sempat kemari :D
Secara Pemetaan, kawasan ini (Pasir Putih) terletak di Dusun Lhok Mee, Desa Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar. Seperti yang saya katakan di atas, jika kita memulai jalur ini dari Kota Banda Aceh, selanjutnya Aceh Besar (Krueng Raya). Maka kita akan bisa mengakhiri jalur ini di Laweung, Kabupaten Pidie (dan memang begitulah tujuan perjalanan ini). Seperti kata pepatah, sambil menyelam, minum air, pakai kuku bima, ditambah susu. Yang artinya, sambil melakukan perjalanan ke Sigli, minum air di Pantai Pasir Putih, ditambah minum pasirnya sekalian, haha.
Nah, jika anda berada di kawasan Banda Aceh, maka anda hanya membutuhkan waktu barang 1 jam untuk sampai di Pasir Putih (kategori kurang lebih). Dalam Cerita Saya, waktu tempuh-nya adalah 1 jam setengah, itu karena kami berhenti di sebuah tempat; untuk makan siang dan (Sorry Privasi, haha). Dan seperti biasa juga, Dua Sijoli yang sudah lama tidak bersua ini, pastinya menghabiskan setiap waktu untuk berbicara sesuatu yang sudah dianggap sejarah oleh orang lain. Hal itulah yang menghambat kami sedikit terlambat sampai ke Lokasi Pasir Putih.
Sebenarnya, anda bisa saja lebih cepat untuk sampai di sana. Hanya saja, saya tidak menyarankan anda untuk ngebut. Karena kata nenek saya, ngebut itu berbahaya. Mari lanjut cerita lagi...
Makanan khas di tempat ini adalah ikan bakar, kelapa muda, dan Mie Rebus/Goreng. Tenang, berhubung ini adalah Aceh, anda juga bisa memesan Kopi Hitam. Jika anda alergi dengan kopi, sebaiknya anda jangan ke Aceh, karena anda tidak akan menemukan tempat yang tidak ada kopi-nya di sini (sebenarnya ngak separah itu, saya cuma menakut-nakuti saja).
Nah, di Pinggir pantai Pasir Putih ini, sekarang ini sudah dipenuhi dengan Warung Jajakan makanan; bahkan hampir seluruh pandangan anda adalah Warung (jika anda membalikkan badan berlawanan arah laut). Jadi, anda tidak akan mati kelaparan kalau ke sini.
Segala macam gambar/Foto di dalam tulisan ini, kami abadikan di bagian paling ujung dari Pasir Putih, yang memang tidak ada (jarang) yang datang. Jadi, di sini adalah pengecualian untuk Letak Warung yang saya bicarakan di atas.
Menurut tanya jawab singkat bersama Si Mbak Penjual Jajanan salah satu warung di sana (yang tidak sempat saya foto). Pantai Pasir Putih ini baru di buka menjadi Tempat Rekreasi adalah pada tahun 2006, alias 2 tahun setelah Tsunami melanda Kota Banda Aceh (dan juga Aceh secara keseluruhan). Saya mulai berasumsi bahwa Pasir Putih baru ditemukan setelah Tsunami 2004 silam, haha.
Berjalan di Bibir Pantai adalah hal yang selalu saya senangi, bahkan saya sempat bermimpi; suatu hari nanti, saya akan berjalan setiap pagi menyisiri pantai bersama istri dan anak perempuan saya (Sorry saya belum kawin, jadi saya belum punya anak perempuan, haha).
Soal Hobby, memang sukar di takar. Jadi, anda boleh memilih untuk tidak menyisiri Pantai di suatu hari nanti, karena menikmatinya saja sudah merupakan anugerah tersendiri. Lanjut cerita, kita tinggalkan Pasir Putih... Dan melanjutkan perjalanan...
Soal Hobby, memang sukar di takar. Jadi, anda boleh memilih untuk tidak menyisiri Pantai di suatu hari nanti, karena menikmatinya saja sudah merupakan anugerah tersendiri. Lanjut cerita, kita tinggalkan Pasir Putih... Dan melanjutkan perjalanan...
Di sela-sela perjalanan ini, kami menemukan sebuah ladang rumput yang indah sekali. Kawan yang sama gilanya dengan saya menyuruh saya untuk berhenti dan mengabadikan sejarah itu. Oleh karena sama-sama gila, berhentilah kami untuk mengambil beberapa gambar.
Tutup cerita, itulah foto yang terakhir kali kami abadikan dalam perjalanan ini. Kisah Perjalanan Menikmati Pasir Putih ini, tidak akan pernah kami lupakan (kecuali hilang ingatan, haha). Sampai jumpa lagi pada Tulisan Wisata Aceh yang lainnya. Harap ditunggu ya, setelah hari ini, akan ada lagi tempat yang akan membuat anda berkata "Wow".
Tutup cerita, itulah foto yang terakhir kali kami abadikan dalam perjalanan ini. Kisah Perjalanan Menikmati Pasir Putih ini, tidak akan pernah kami lupakan (kecuali hilang ingatan, haha). Sampai jumpa lagi pada Tulisan Wisata Aceh yang lainnya. Harap ditunggu ya, setelah hari ini, akan ada lagi tempat yang akan membuat anda berkata "Wow".