Senyuman yang Pergi
Kau merusak setiap ingin yang kubutuhkan,
setiap butuh yang kuharapkan.
Kau adalah senyuman, adalah malam
yang tidak pernah datang paginya.
Dengan mudahnya engkau pergi
meninggalkan cinta yang harus tersimpan rapi
Sayangnya, engkau tidak pernah mengerti
dan aku terlambat untuk menyadari.
Detik memang berjalan pelan,
namun detiklah yang merenggutmu dariku
Sakitnya lagi, bukan aku yang memilih pilihan itu
tapi pilihan itu yang memilihku.
Analisis Puisi:
Puisi "Senyuman yang Pergi" karya A. Munandar adalah karya yang menggambarkan perasaan kehilangan dan penyesalan terhadap seseorang yang sudah pergi. Melalui penggunaan metafora dan bahasa yang mendalam, puisi ini menggambarkan perasaan kecewa dan kerinduan.
Pengenalan Karakter: Puisi dimulai dengan menggambarkan karakter seseorang yang merusak harapan dan kebutuhan penyair. Kata-kata "Kau merusak setiap ingin yang kubutuhkan" menggambarkan bagaimana orang tersebut membawa ketidakstabilan dan kerusakan dalam hubungan.
Kehilangan dan Penyesalan: Penyair mengungkapkan perasaan kehilangan dengan kata-kata "Dengan mudahnya engkau pergi, meninggalkan cinta yang harus tersimpan rapi." Ini menggambarkan betapa tiba-tiba dan tanpa ampunnya kepergian orang tersebut, dan bagaimana cinta yang pernah ada harus terlupakan dan disimpan jauh.
Ketidakpengertian dan Penundaan: Puisi ini juga menggambarkan ketidakpengertian dari orang yang pergi. "Sayangnya, engkau tidak pernah mengerti" mengindikasikan bahwa orang tersebut tidak pernah benar-benar memahami atau merasakan perasaan penyair. Penyair merasa penyesalan karena baru menyadari hal ini terlambat.
Pilihan yang Tidak Dapat Dikendalikan: Puisi ini menyoroti pentingnya waktu dan bagaimana "detik" berperan dalam mengubah segalanya. Kata-kata "detiklah yang merenggutmu dariku" menggambarkan kekuatan waktu dalam mengambil seseorang yang dicintai, tanpa dapat dikendalikan oleh penyair.
Puisi "Senyuman yang Pergi" karya A. Munandar menggambarkan perasaan kehilangan, penyesalan, dan ketidakpengertian dalam hubungan yang pernah ada. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan penuh makna, puisi ini berhasil menyampaikan perasaan kecewa dan kerinduan penyair terhadap seseorang yang sudah pergi.
Karya: A. Munandar