Puisi: Syair Malang Sumirang (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Syair Malang Sumirang" karya Goenawan Mohamad mengajak pembaca untuk merenungkan tema-tema spiritual, kematian, dan eksistensi.
Syair Malang Sumirang

Malang Sumirang wus prapti...
Babad Jaka Tingkir, 1820

Syahdan, murtad itu pun diikat
di atas unggun, dan api naik menggeram,
dan penonton terdiam
di seluruh alun-alun.

Seekor anjing menyalak
ke cuaca Demak, menyeru hujan,
dan hujan tak turun,
dan langit kering,

mendung tak menyahut,
juga ketika seorang anak bertanya,
"Aku tak mengerti,
ke mana orang itu harus mati."

Seorang orang tua, yang pernah
melihat semuanya, pun berkata,
"Ia akan selalu bersama kita,
dalam abu dahan cendana."

"Anjingnya yang setia
akan mendatangkannya lagi
dari api - dari kepastian
yang membunuhnya."

Maka para wali pun terkejut
dan orang-orang suci merunduk,
ketika anjing itu meloncat
ke tengah nyala, dan lidah api meliuk,

dan si murtad terlihat, dari pekat asap:
ia menuliskan sajaknya.
Dan anak itu pun bertanya,
"Katakan, Eyang, apa yang ditulisnya."

"Sebuah nyanyian, nak,
seperti hutan Kalampisan
yang tak ingin
punya makna."

2015

Analisis Puisi:

Puisi "Syair Malang Sumirang" karya Goenawan Mohamad merupakan sebuah karya yang kaya akan metafora dan simbolisme, mengisahkan sebuah narasi dengan lapisan makna yang dalam. Melalui penggambaran yang kuat dan penggunaan simbolisme yang kompleks, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tema-tema spiritual, kematian, dan eksistensi.

Tema Utama

  • Kemartiran dan Kematian: Puisi ini menggambarkan kemartiran seorang murtad yang diikat dan dibakar di atas unggun. Konteks kematian ini dihadapi dengan ketidakpastian dan pertanyaan tentang kemana orang tersebut akan pergi setelah mati. Tema kemartiran dan kematian dieksplorasi dengan menggambarkan ketidakmampuan untuk memahami atau menerima kematian sebagai sesuatu yang final.
  • Spiritualitas dan Makna: Salah satu tema penting dalam puisi ini adalah pencarian makna spiritual dan bagaimana makna itu berkaitan dengan kehidupan dan kematian. Ketika seorang anak bertanya tentang ke mana orang itu harus mati, jawaban yang diberikan oleh orang tua menunjukkan bahwa makna dan kehadiran tetap ada dalam bentuk lain, seperti dalam abu dahan cendana.
  • Simbolisme dan Kesejatian: Simbolisme anjing dan api memainkan peran penting dalam puisi ini. Anjing yang setia dan api yang membakar adalah simbol dari kematian dan pengorbanan, serta upaya untuk memahami atau merespons kejadian yang tampaknya tak bermakna.

Gaya Bahasa dan Struktur

  • Metafora dan Simbolisme: Goenawan Mohamad menggunakan metafora dan simbolisme yang kuat dalam puisi ini. Api dan abu adalah metafora untuk kematian dan transformasi, sedangkan anjing yang setia melambangkan kesetiaan dan keberadaan setelah kematian. Penggunaan simbolisme ini menciptakan lapisan makna yang mendalam dalam narasi puisi.
  • Narasi dan Dialog: Struktur puisi ini berbentuk narasi dengan dialog yang menyampaikan percakapan antara karakter-karakter dalam puisi, seperti anak, orang tua, dan para wali. Dialog ini menambah dimensi dan kejelasan pada tema-tema yang dibahas, serta memperkaya interpretasi pembaca.
  • Gaya Bahasa yang Puitis: Goenawan Mohamad menggunakan gaya bahasa yang puitis dan penuh warna, dengan deskripsi yang menggugah imajinasi. Frasa seperti "api naik menggeram" dan "lidah api meliuk" memberikan efek visual yang kuat dan menciptakan suasana yang intens dalam puisi.

Makna dan Interpretasi

Puisi "Syair Malang Sumirang" mengeksplorasi tema-tema kematian, kemartiran, dan spiritualitas melalui penggunaan simbolisme dan metafora. Kemartiran seorang murtad yang diikat dan dibakar mencerminkan perjuangan manusia dalam mencari makna dan pemahaman tentang kehidupan dan kematian.

Makna puisi ini juga mencakup refleksi tentang bagaimana seseorang dapat terus "hidup" atau memberikan makna bahkan setelah kematian. Jawaban orang tua bahwa orang tersebut akan selalu bersama kita dalam abu dahan cendana menunjukkan bahwa makna dan kehadiran tidak hilang dengan kematian, tetapi bertransformasi menjadi bentuk lain.

Anak yang bertanya tentang apa yang ditulis oleh murtad dalam abu menunjukkan pencarian makna yang lebih dalam dari tindakan kemartiran. Nyanyian yang disebutkan dalam puisi, seperti "hutan Kalampisan yang tak ingin punya makna," mencerminkan bahwa makna tidak selalu bisa dipahami atau dijelaskan secara jelas, dan mungkin terletak dalam ketidakpastian dan misteri.

Puisi "Syair Malang Sumirang" karya Goenawan Mohamad adalah sebuah karya yang mendalam dan kompleks, mengeksplorasi tema-tema kematian, spiritualitas, dan makna melalui simbolisme dan metafora. Dengan gaya bahasa yang puitis dan penggunaan simbolisme yang kuat, puisi ini menciptakan gambaran yang mendalam tentang perjalanan spiritual dan pencarian makna hidup. Melalui puisi ini, pembaca diundang untuk merenungkan makna dari kematian dan bagaimana kehadiran dan makna tetap ada dalam bentuk lain, bahkan setelah kematian.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Syair Malang Sumirang
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.