Analisis Puisi:
Puisi "Tasrifan Kiai Maksum Jombang" karya Raedu Basha menghadirkan penghormatan mendalam terhadap sosok Kiai Maksum dari Jombang, seorang tokoh penting dalam dunia pendidikan agama Islam. Melalui puisi ini, penulis mengangkat tema tentang keilmuan, tradisi, dan kekayaan budaya yang sering kali tidak dikenal luas. Dengan gaya yang penuh penghargaan dan detail yang cermat, puisi ini menyoroti keunikan Kiai Maksum serta kontribusinya dalam dunia tasrifan dan Nahwu.
Struktur dan Tema
Puisi ini menggunakan struktur naratif yang bercerita tentang Otong, seorang tokoh yang mencari ilmu dari Kiai Maksum. Dengan gaya bahasa yang puitis dan penuh warna, puisi ini menyampaikan pesan tentang pentingnya menghargai pengetahuan lokal dan keahlian yang mungkin tidak dikenal di luar komunitasnya.
Citraan dan Penghormatan
Diawali dengan kalimat pembuka, "Tak perlu ke Kairo mengaji Nahwu / tak perlu ke Ahgaff belajar Sharraf," puisi ini langsung memperkenalkan tema utama—bahwa pengetahuan yang dicari tidak harus diperoleh dari tempat-tempat terkenal di luar negeri. Kiai Maksum, yang disebutkan sebagai "di teras langgar sebelah," menjadi simbol dari keberagaman pengetahuan lokal yang sama pentingnya dengan ilmu yang didapat di pusat-pusat pendidikan internasional.
Penggambaran Kiai Maksum
Kiai Maksum digambarkan dengan penuh kehormatan dan kesederhanaan. "Dia bukan Arabi tapi metodologi penemuannya menggetarkan bumi," menunjukkan bahwa meskipun Kiai Maksum bukanlah orang Arab, ilmunya memiliki dampak yang signifikan. Penulis juga menggambarkan Kiai Maksum dengan cara yang sederhana namun menghormati, melalui deskripsi fisik dan pakaian yang menunjukkan kesederhanaan dan kemuliaan.
Pembelajaran Tasrifan
Bagian puisi yang menampilkan Otong mempelajari tasrifan dari Kiai Maksum menunjukkan kedalaman pengetahuan yang dimiliki Kiai Maksum. Dengan menyebutkan "Fa’ala yaf’ulu fa’lan wa maf'alan fahuwa fa'ilun," puisi ini menunjukkan kemahiran Kiai Maksum dalam tasrifan, cabang ilmu nahwu yang rumit. Ini menggarisbawahi bahwa pengetahuan Kiai Maksum diakui secara luas, meskipun ia tidak terkenal di luar komunitasnya.
Konteks Historis dan Budaya
Puisi ini juga menyentuh pada konteks historis dan budaya yang lebih luas, menghubungkan Kiai Maksum dengan tokoh-tokoh besar dalam sejarah bahasa Arab seperti Sibaweh dan Ibnu Malik. Penulis menunjukkan bahwa pengetahuan dan kontribusi tidak terbatas pada latar belakang atau geografi tertentu, tetapi dapat muncul dari mana saja, termasuk dari daerah yang mungkin dianggap kecil.
Puisi "Tasrifan Kiai Maksum Jombang" karya Raedu Basha memberikan penghormatan yang mendalam terhadap Kiai Maksum dan pengetahuan lokal. Dengan menggunakan gaya naratif yang memikat dan penuh warna, puisi ini menekankan pentingnya menghargai dan mengakui keilmuan dari berbagai sumber, tidak hanya dari pusat-pusat pendidikan internasional. Melalui penggambaran Kiai Maksum, penulis mengingatkan kita bahwa kebesaran ilmu bisa datang dari mana saja, dan sering kali, nilai yang sesungguhnya terletak pada keunikan dan kedalaman pengetahuan lokal.
Karya: Raedu Basha