Analisis Puisi:
Puisi "Makan Malam" karya Joshua Igho menyajikan gambaran tentang suasana makan malam yang diwarnai oleh perbincangan politik dan kekecewaan akan kondisi sosial-politik yang menyedihkan.
Atmosfer Makan Malam yang Hambar: Puisi ini membuka dengan deskripsi suasana makan malam yang hambar dan tidak menyenangkan. Metafora makanan yang disajikan sebagai berita politik dan kontroversi sehari-hari menunjukkan kejenuhan dan kekecewaan terhadap lingkungan politik.
Konflik Antara Kehidupan Pribadi dan Politik: Konflik yang tergambar antara keinginan untuk menikmati makan malam secara pribadi dan serangan informasi politik yang meresahkan menciptakan ketegangan dalam suasana puisi. Perasaan bersalah dan kekecewaan meliputi suasana karena perbedaan antara harapan dan realitas.
Ekspresi Ketidakpuasan Politik: Puisi ini juga mengekspresikan ketidakpuasan terhadap kondisi politik yang korup dan tidak bermoral. Bahasa metaforis seperti "berita politik" sebagai "lauk-pauk dari koran" mencerminkan kejenuhan terhadap retorika politik yang kosong dan tidak bermakna.
Kesulitan Mencari Alternatif: Meskipun ada kekecewaan terhadap suasana politik yang hambar, tokoh dalam puisi tidak menemukan alternatif yang lebih baik. Ia hanya bisa menonton televisi dan akhirnya harus menghadapi kekecewaan dari berita olahraga yang juga tidak memberikan harapan yang diinginkannya.
Kritik Sosial dan Politik: Puisi "Makan Malam" merupakan kritik sosial dan politik yang menggambarkan ketidakpuasan terhadap keadaan politik dan media massa yang mengecewakan. Ia menyampaikan pesan tentang pentingnya kritis terhadap informasi yang diterima dan perjuangan untuk menemukan makna dan harapan di tengah-tengah kekecewaan.
Dengan demikian, puisi "Makan Malam" tidak hanya menggambarkan suasana yang hambar dan kekecewaan yang mendalam, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan peran politik dan media dalam kehidupan sehari-hari serta mencari makna dan harapan di tengah-tengah keadaan yang sulit.
Karya: Joshua Igho