Puisi: Mata Waktu (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Mata Waktu" karya Joko Pinurbo mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara waktu, pengalaman manusia, dan persepsi terhadap keseharian.
Mata Waktu

Pagi menemukan mata di atas daun:
mata embun yang berbinar-binar
melihat matahari menghangatkan matamu.

Pagi berkata, "Ah, mata,
aku mau memasangmu pada batu
yang pendiam itu."

Ah di situ berasal dari desah angin
yang merayap di leher bajumu.

Malam menemukan mata di gigir cangkir:
mata kopi yang menyala-nyala
menyaksikan hujan memandikan waktu.

Malam berkata, "Ah, mata,
aku mau memasangmu pada jam dinding
yang mengantuk itu."

Ah di situ berasal dari haus rindu
yang singgah minum di bibirmu.

Subuh menemukan mata di atas buku:
mata ibu yang berjaga-jaga
menemani insomniamu.

Subuh berkata, "Ah mata,
aku mau memasangmu pada kening
yang tak mau tidur itu."

Ah di situ berasal dari celah sunyi
yang menganga di pedalaman tubuhmu.

2012

Sumber: Baju Bulan (2013)

Analisis Puisi:

Puisi "Mata Waktu" karya Joko Pinurbo adalah refleksi tentang bagaimana waktu dilihat melalui berbagai mata yang berbeda.

Metafora Mata: Mata dalam puisi ini digunakan sebagai metafora untuk berbagai hal yang memperhatikan atau mengawasi waktu. Mata embun, mata kopi, dan mata ibu mewakili pengamatan yang berbeda terhadap waktu.

Peran Waktu: Waktu digambarkan sebagai entitas yang terus bergerak dan mempengaruhi segala sesuatu di sekitarnya. Mata-mata yang ditemukan pada pagi, malam, dan subuh menunjukkan perjalanan waktu sepanjang hari, dari awal hingga akhir.

Personifikasi Pagi, Malam, dan Subuh: Pagi, malam, dan subuh digambarkan sebagai entitas yang hidup, masing-masing memiliki karakter dan keinginan sendiri terhadap mata yang mereka temukan. Mereka mengungkapkan keinginan untuk menempatkan mata-mata tersebut pada benda-benda tertentu untuk mengawasi atau memantau waktu.

Pengalaman Manusia: Puisi ini juga menggambarkan pengalaman manusia sehari-hari, seperti menikmati matahari terbit, menikmati secangkir kopi di malam hari, dan kesulitan tidur yang dialami oleh banyak orang pada subuh.

Ah Sebagai Ungkapan Empati: Penggunaan kata "Ah" dalam puisi ini memberikan nuansa empati dan pengertian terhadap keadaan atau kondisi yang dihadapi oleh mata yang ditemukan. Ini mencerminkan rasa terhubung dengan pengalaman manusia sehari-hari.

Puisi "Mata Waktu" karya Joko Pinurbo adalah pengamatan yang cermat tentang perjalanan waktu sepanjang hari melalui pengalaman manusia dan persepsi yang berbeda terhadapnya. Dengan menggunakan metafora mata dan personifikasi pagi, malam, dan subuh, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara waktu, pengalaman manusia, dan persepsi terhadap keseharian.

"Puisi: Mata Waktu (Karya Joko Pinurbo)"
Puisi: Mata Waktu
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.