Puisi: Teknik Menghibur Penonton (Karya Afrizal Malna)

Puisi: Teknik Menghibur Penonton Karya: Afrizal Malna
Teknik Menghibur Penonton


Kebahagiaan peti mati mengucapkan selamat tahun baru.
Maksudku, peti mati dan tahun baru.
Kata-kata melintasinya dan jatuh seperti burung yang
ditembaki dalam mata pelajaran biologi.
Intelektualitas yang merasa bisa menjadi mediator
antara tubuh dan realitas, terjungkal dari rak buku.
Maksudku terjungkal dan rak buku.
Titik dan koma tersesat dalam perangkap titik dan koma.
Kata-kata telah ditundukkan oleh badai kamus.
Dipisahkan lagi antara badai dan kamus.
Sebuah bossanova di tengah api perpustakaan.
Dipisahkan lagi antara musik dan api dalam perpustakaan.
“Tuan penghibur,” kataku, untuk melihat rohku
di antara kumpulan harga apartemen dan tiket
pertandingan sepak bola.
Baskom dalam timbunan penduduk kota.
Tepuk tangan para pembuat parfum
dan mesin pencetak dari rumah sakit.

Thank you.
Tuan penghibur.
Thank you.


Sumber: Museum Penghancur Dokumen (2013)

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Teknik Menghibur Penonton
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Gadis Enam Puluh Tahun Gadis enam puluh tahun berdiri di ambang jendela, berbincang-bincang dengan senja. Senja menggerayangi wajahnya, dan ia merasa sorot senja s…
  • Sorga Kepada Basuki Resobowo Seperti ibu + nenekku juga tambah tujuh keturunan yang lalu aku minta pula supaya sampai di sorga yang kata Masyumi + Muhamma…
  • Nocturno(Fragment) ................................................................ Aku menyeru — tapi tidak satu suara membalas, hanya mati di beku udara. Dalam diriku terb…
  • Bercerai Kita musti bercerai Sebelum kicau murai berderai. Terlalu kita minta pada malam ini. Benar belum puas serah-menyerah Darah masih berbusah-busah. Terlalu kit…
  • Surat untuk Ibu Akhir tahun ini saya tak bisa pulang, Bu. Saya lagi sibuk demo memperjuangkan nasib saya yang keliru. Nantilah, jika pekerjaan …
  • Layang-Layang Ungu Celana ungu pemberian kakekku telah kugubah menjadi layang-layang; kulepas ia di malam terang. Terbang, terbanglah layang-layangku, celanaku, mencium haru…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.