Puisi: Hutan Bambu (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Hutan Bambu" karya Afrizal Malna menggambarkan perasaan terjebak dalam siklus kehidupan dan kemiskinan, serta perjuangan untuk mencari ....
Hutan Bambu

Aku mati mengulang-ulang dunia mengulang-ulang bunga 
layu mengulang-ulang bunga tumbuh menatap segala yang
bergerak tak boleh hidup lebih satu hari. Dunia mengulang-
ku lagi tak habis mengulang

kemiskinan yang berputar kemiskinan yang berlari. aku ber-
mimpi aku jadi manusia. dan aku mati dan aku lahir. dunia
mengulangku matahari yang tak boleh habis.

aku ulang lingkaran yang berlari lingkaran yang mengejar
menyembah orang-orang dalam satu tauhid, aku telah mati.
tanah yang mengulangku angin yang mengulangku. rumput
yang ditanam hanyalah tanaman yang tak berbuat. berdiam
dalam seribu tindakan

Aku berdiri hanyalah ulangan-mu
Aku berdiri hanyalah ulangan-mu.

1983

Sumber: Abad yang Berlari (1984)

Analisis Puisi:

Puisi "Hutan Bambu" karya Afrizal Malna adalah sebuah karya yang mendalam yang menggambarkan perasaan terjebak dalam siklus kehidupan dan kemiskinan, serta perjuangan untuk mencari makna di dalamnya.

Siklus Kehidupan dan Kematian: Puisi ini menggambarkan perasaan terjebak dalam siklus tak terputus dari kehidupan dan kematian. Penekanan pada pengulangan kata-kata seperti "mengulang-ulang" dan "mengulangku" menciptakan atmosfer siklus yang terus berlanjut.

Kemiskinan dan Keputusasaan: Ada perasaan kemiskinan yang kuat yang disampaikan dalam puisi ini, baik secara materi maupun emosional. Pengulangan kata "kemiskinan yang berputar kemiskinan yang berlari" mencerminkan perasaan terjebak dalam kondisi sulit dan tidak berdaya untuk keluar dari lingkaran kemiskinan.

Perjuangan untuk Makna: Meskipun terjebak dalam siklus kehidupan yang tanpa akhir, penyair mencoba mencari makna di dalamnya. Namun, upaya untuk menemukan makna sering kali bertentangan dengan pengulangan yang tak ada habisnya, seperti matahari yang terus berputar.

Pengulangan dan Keberadaan: Penggunaan pengulangan dalam puisi ini mencerminkan perasaan kehampaan dan ketidakpastian. Meskipun terjebak dalam pengulangan yang tak ada akhir, penyair terus berdiri, mengakui keberadaannya sebagai bagian dari siklus yang terus berlanjut.

Simbolisme Alam: Alam digambarkan sebagai bagian dari siklus kehidupan yang terus berputar. Tanah, angin, dan rumput menjadi simbol-simbol keberadaan manusia yang terjebak dalam aliran waktu dan kehidupan.

Penolakan Diri Sendiri: Pada akhir puisi, penyair menyatakan, "Aku berdiri hanyalah ulangan-mu," menunjukkan perasaan dirinya yang terjebak dalam pengulangan dan kurangnya identitas yang unik atau individual.

Puisi "Hutan Bambu" mengeksplorasi tema-tema yang dalam dan kompleks, seperti siklus kehidupan, kemiskinan, dan pencarian makna. Dengan menggunakan pengulangan kata-kata dan simbolisme alam yang kuat, puisi ini mengundang pembaca untuk merenung tentang keberadaan manusia di dunia yang terus berubah dan tidak pasti.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Hutan Bambu
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.