Sumber: Madura, Akulah Darahmu (1999)
Analisis Puisi:
Puisi "Menyandarkan Diri ke Pilar" karya D. Zawawi Imron merupakan sebuah karya yang mendalam dalam menggambarkan refleksi batin dan pengalaman spiritual penyair. Dalam puisi ini, D. Zawawi Imron menggunakan simbol-simbol yang kuat untuk menyampaikan pesan tentang posisi individu dalam kosmos dan hubungan antara dunia fisik dan spiritual.
Simbol Pilar dan Langit
Pilar dalam puisi ini berfungsi sebagai simbol yang mendukung dan menyokong, sementara langit melambangkan kekuatan dan kesadaran yang lebih tinggi. Kombinasi ini menciptakan sebuah suasana yang menekankan ketidakpastian dan kekuatan yang melingkupi pengalaman penyair.
- "menyandarkan diri ke pilar / langit pun menggelegar": Pilar di sini merupakan tempat bersandar yang stabil di tengah guncangan atau kebisingan langit, mencerminkan kebutuhan manusia untuk mencari pegangan dalam situasi yang tidak pasti.
Simbol Layang-Layang dan Bintang
Layang-layang yang sobek dan masih kuasa menjatuhkan bintang menunjukkan adanya kekuatan yang tidak biasa dan misteri di balik hal-hal sederhana. Ini menggambarkan betapa hal-hal yang tampaknya lemah atau tidak lengkap masih bisa memiliki dampak besar.
- "mengapa layang-layang yang sobek itu / masih kuasa menjatuhkan bintang": Simbol layang-layang dan bintang menggambarkan kekuatan dan pengaruh yang tidak selalu sesuai dengan penampilannya.
Pusat Semesta dan Sorga
Pusat semesta dan tangga ke sorga menggambarkan posisi pusat dan penting dari pengalaman dan keberadaan individu. Pengetahuan tentang tempat berdiri dan posisi dalam kosmos menimbulkan kesadaran yang mendalam mengenai makna hidup dan spiritualitas.
- "titik di mana aku harus berdiri / ternyata pusat semesta": Ini menunjukkan pemahaman bahwa setiap individu memiliki peran yang penting dan sentral dalam skema kosmik.
Jasad dan Kelopak Duka
Jasad yang terasa seperti kelopak duka mencerminkan rasa kesedihan dan kerentanan yang dialami penyair. Ini menunjukkan perasaan bahwa tubuh fisik sering kali menjadi beban emosional atau spiritual.
- "hingga jasad terasa hanyalah kelopak duka": Menyiratkan rasa ketidakpuasan atau penderitaan yang dialami, di mana tubuh fisik tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang kuat tetapi sebagai beban emosional.
Gerak, Dosa, dan Hening
Sisa gerak yang mungkin dianggap dosa, bersama dengan hening yang kencana, menggambarkan ketegangan antara tindakan dan refleksi. Kesadaran yang mendalam tentang dosa dan kesalahan juga diimbangi dengan momen hening dan keindahan.
- "meski bergerak mungkin bernilai dosa / nyawa pun terasa kental tiba-tiba": Menunjukkan konflik antara pergerakan, tindakan, dan perasaan dosa, serta momen kesadaran mendalam yang muncul dalam keheningan.
Puisi "Menyandarkan Diri ke Pilar" karya D. Zawawi Imron menawarkan sebuah eksplorasi yang mendalam tentang posisi individu dalam kosmos dan hubungan antara dunia fisik dan spiritual. Pilar dan langit menjadi simbol utama yang menggambarkan kebutuhan akan dukungan dan kesadaran dalam menghadapi ketidakpastian. Layang-layang dan bintang menunjukkan kekuatan dan pengaruh yang tak terduga, sementara pusat semesta dan tangga ke sorga menggambarkan posisi penting individu dalam skema kosmik. Jasad yang terasa seperti kelopak duka dan sisa gerak yang mungkin dianggap dosa mencerminkan konflik internal dan keindahan dalam momen refleksi. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang posisi mereka dalam kehidupan dan bagaimana mereka berinteraksi dengan pengalaman spiritual dan emosional mereka.
Puisi: Menyandarkan Diri ke Pilar
Karya: D. Zawawi Imron
Biodata D. Zawawi Imron:
- D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.