Puisi: Catatan Senja di Jendela Bus Kota (Karya Ahmadun Yosi Herfanda)

Puisi "Catatan Senja di Jendela Bus Kota" karya Ahmadun Yosi Herfanda menggambarkan keindahan dan kerinduan di tengah kesibukan dan kekacauan kota ...
Catatan Senja di Jendela Bus Kota

Selalu saja berkelebat bayangmu
Di antara kesiur angin, kepul asap dan debu
Tak ada bau parfum yang tersisa
Tak pula patahan helai rambutmu
Tapi di pojok jendela bus kota
Masih mekar juga senyum mawarmu.

Kutahu, duniaku sekotor debu
Sehina ketombe yang sesekali mengusam
Pada kilau rambutmu
Tapi pada jantung sekecil debu
Ingin kubingkai luas cakrawala
Bagi kerling matamu

Pernahkah kau rasa juga
Semua yang kurindu?
Ah, kutahu, kutahu, ingatan itu
Telah terhapus jadwal rendesvous
Yang tak terjangkau sisa usiaku.

Jakarta, Februari 2007

Analisis Puisi:

Puisi "Catatan Senja di Jendela Bus Kota" karya Ahmadun Yosi Herfanda menggambarkan keindahan dan kerinduan di tengah kesibukan dan kekacauan kota melalui perenungan seorang penumpang bus kota.

Kehadiran Bayangan: Bayangan seseorang yang tidak lagi ada hadir dalam pikiran penumpang bus kota ini, meskipun kenyataannya orang tersebut telah pergi. Hal ini menunjukkan bahwa kenangan dan perasaan terhadap seseorang tidak dapat dihapus begitu saja, bahkan di tengah keramaian dan kesibukan kota.

Kontras Antara Kotoran Kota dan Kecantikan Kenangan: Puisi ini menyoroti kontras antara kekotoran dan kekacauan kota dengan keindahan dan kerinduan yang tersimpan dalam kenangan tentang seseorang. Meskipun lingkungan kota mungkin kotor dan berdebu, kecantikan dan kehangatan kenangan masih tetap ada.

Kebutuhan akan Keindahan: Penumpang bus ini merindukan keindahan dan kedamaian yang terwujud dalam kenangan tentang seseorang, yang berfungsi sebagai pelipur lara di tengah kehidupan yang keras dan tidak nyaman di kota.

Kesadaran Akan Keterbatasan Waktu: Penumpang bus ini menyadari bahwa waktu terus berlalu dan kejadian yang telah terjadi tidak dapat kembali. Hal ini tercermin dalam perasaannya yang sedih ketika menyadari bahwa jadwal pertemuan dengan orang yang dicintainya telah hilang dan tidak akan terulang lagi.

Keinginan untuk Mencapai Keabadian: Meskipun penumpang bus ini sadar akan keterbatasan waktu, namun ia masih berharap untuk dapat meraih keabadian dalam kenangan dan perasaannya terhadap orang yang dicintainya.

Puisi sebagai Wadah Ekspresi Perasaan: Puisi ini menunjukkan bagaimana puisi dapat menjadi wadah untuk mengekspresikan perasaan dan kerinduan yang mendalam, bahkan di tengah kesibukan dan kekacauan kehidupan sehari-hari di kota.

Dengan demikian, puisi "Catatan Senja di Jendela Bus Kota" adalah sebuah puisi yang menggambarkan keindahan, kerinduan, dan kesedihan di tengah kesibukan dan kekacauan kota, serta menyoroti keabadian kenangan dalam hati manusia.

Ahmadun Yosi Herfanda
Puisi: Catatan Senja di Jendela Bus Kota
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
  • Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
  • Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.