Puisi: Foto (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Foto" karya Joko Pinurbo menggambarkan ketidaksesuaian antara ekspektasi kekuasaan dan kenyataan yang terjadi di lapangan.
Foto

Ia bangga sekali bisa memasang fotonya yang lumayan
keren di dinding ruang kerjanya, persis di bawah jam.
Berhubung ia sering melaksanakan tugas-tugas negara
di luar kantor, foto itu dianggapnya dapat mewakili
cintanya yang resmi kepada instansi yang dipimpinnya
serta pegawai-pegawainya yang patuh-setia.
Tiap hari ada saja pegawai yang datang terlambat.
Tanpa sungkan-sungkan pegawai langsung menuju ke
ruang kerjanya dan menghormat fotonya: "Maaf bos,
saya telat. Kena macet." Pegawai yang suka ngacir lebih
dulu juga tidak malu-malu minta pamit kepada fotonya:
"Saya ijin membolos ya bos. Mau buang sebel di kafe."
Setelah beberapa hari tidak menjenguk kantor, siang itu
ngapain bos nongol. Pura-pura tampak berwibawa, ia
meluncur ke ruang kerjanya untuk menghadap fotonya:
"Selamat siang bos. Apa kabar? Lama tidak kelihatan."
Para pegawai berpandang-pandangan penuh keheranan.
"Foto itu sudah gila!" seru salah seorang dari mereka.

Sumber: Telepon Genggam (2003)

Analisis Puisi:

Puisi "Foto" karya Joko Pinurbo mengangkat tema yang unik dan penuh makna mengenai simbolisme dan persepsi dalam lingkungan kerja. Melalui gambaran seorang bos yang memasang fotonya di dinding ruang kerjanya, Pinurbo menyampaikan komentar tajam tentang kekuatan simbolik dari gambar dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi hubungan antara individu dengan lingkungannya.

Tema dan Makna

  • Simbolisme dan Kekuatan Gambar: Puisi ini menggambarkan seorang bos yang merasa bahwa foto dirinya di dinding ruang kerja dapat mewakili kehadirannya dan pengaruhnya di kantor. Foto tersebut menjadi simbol kekuasaan dan otoritas yang dianggap mampu menggantikan kehadiran fisik bos itu sendiri. Ini menyoroti bagaimana gambar atau simbol dapat memiliki kekuatan dalam membentuk persepsi dan hubungan sosial.
  • Penilaian dan Persepsi Pegawai: Pegawai-pegawai di kantor merespons foto tersebut dengan cara yang lucu dan ironis. Mereka merasa nyaman berbicara langsung dengan foto bos, bahkan meminta izin untuk keterlambatan atau izin. Ini menunjukkan bagaimana foto bos, yang seharusnya menjadi simbol wibawa, justru menjadi objek yang diperlakukan dengan santai dan tidak serius oleh pegawai. Hal ini menyoroti ketidaksesuaian antara ekspektasi dan kenyataan dalam dinamika kekuasaan.
  • Ironi dan Kritik Sosial: Puisi ini mengandung elemen ironis yang kuat. Meskipun bos berusaha menegakkan otoritas melalui gambarnya, kenyataannya foto tersebut tidak memiliki kekuatan nyata dan hanya menjadi bahan tertawaan. Ini mencerminkan kritik sosial terhadap bagaimana simbol kekuasaan dapat menjadi tidak efektif jika tidak didukung oleh tindakan dan kehadiran nyata.

Gaya Bahasa dan Struktur

  • Penggunaan Narasi dan Humor: Pinurbo menggunakan gaya narasi yang ringan dan humoris untuk menggambarkan situasi ini. Dengan menceritakan bagaimana pegawai berbicara kepada foto dan melontarkan komentar yang tidak serius, puisi ini menciptakan efek komedi yang membuat pesan yang disampaikan lebih menonjol. Humor ini juga menambah kedalaman kritik sosial yang terkandung dalam puisi.
  • Kontras dan Ironi: Kontras antara ekspektasi bos dan realitas pegawai menambah dimensi ironis dalam puisi ini. Ekspektasi bos bahwa foto dirinya akan membuat pegawai menghormatinya berbanding terbalik dengan kenyataan bahwa foto tersebut hanya menjadi bahan candaan. Ironi ini memperkuat kritik terhadap simbolisme kekuasaan dan keefektifannya dalam konteks sosial.
  • Kesederhanaan dan Kejelasan: Bahasa yang digunakan dalam puisi ini sederhana dan jelas, membuat pesan yang disampaikan mudah dipahami. Kesederhanaan ini memungkinkan pembaca untuk dengan cepat menangkap makna dan ironi yang terkandung dalam puisi tanpa harus mengurai bahasa yang rumit.

Pesan Sosial dan Kontekstual

  • Efektivitas Simbolisme dalam Kekuasaan: Puisi ini menggambarkan bagaimana simbolisme, seperti foto bos, dapat gagal dalam mempengaruhi atau mengontrol perilaku orang lain jika tidak didukung oleh kehadiran dan tindakan nyata. Ini mengajak pembaca untuk merenungkan seberapa efektif simbol-simbol kekuasaan dalam konteks sosial dan organisasi.
  • Hubungan antara Otoritas dan Realitas: Dengan menunjukkan bagaimana pegawai berperilaku dengan santai terhadap foto bos, puisi ini menyiratkan bahwa otoritas yang hanya berdasarkan simbol tanpa kehadiran dan tindakan nyata dapat dianggap tidak berdaya. Ini mencerminkan dinamika kekuasaan yang sering kali tidak sesuai dengan harapan dan realitas.
Puisi "Foto" karya Joko Pinurbo adalah karya yang menyajikan komentar sosial yang tajam dan humoris tentang kekuatan simbolik dalam lingkungan kerja. Dengan menggunakan gambar sederhana dari foto seorang bos, Pinurbo menggambarkan ketidaksesuaian antara ekspektasi kekuasaan dan kenyataan yang terjadi di lapangan. Melalui gaya bahasa yang naratif dan humoris, puisi ini menyampaikan kritik yang kuat terhadap efektivitas simbolisme kekuasaan dan mengajak pembaca untuk merenungkan dinamika kekuasaan dalam kehidupan sehari-hari.

"Puisi: Foto (Karya Joko Pinurbo)"
Puisi: Foto
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.