Puisi: Berkayuh di Kaki Sulawesi (Karya D. Zawawi Imron)

Puisi "Berkayuh di Kaki Sulawesi" karya D. Zawawi Imron menggambarkan tantangan dan perubahan yang harus dihadapi dengan tekad dan ketulusan.
Berkayuh di Kaki Sulawesi

Ini puisi yang mengaji kelenjar
mengaji simpul tali yang merentang layar.

Tadi malam kasur sekarang ombak
Matahari tak pernah ingkar janji
Memandang teduh bandar kepagian
dan darah selalu mengalir
meniru riak laut yang tak berakhir.

Mengaji haluan mengaji kemudia
Dayung berkayuh di kaki Sulawesi
inilah yang tidak bibir
awan membungkuk bagai diukir.

Bersungguhlah dan mengaji
menyanyi menggetarkan hati
menempuh gelombang menyimak karang
menata langkah ke negeri seberang.

Di sana ada pagi di sini ada pagi
pada pertemuan sana dan sini
ada hati yang bergigi ada langkah yang bergizi
walau antara kalau dan tepi
tak boleh ada hutang pada nafas matahari.

Sumber: Mata Badik Mata Puisi (2012)

Analisis Puisi:

Puisi "Berkayuh di Kaki Sulawesi" karya D. Zawawi Imron menggambarkan perjalanan metaforis dan fisik yang menggugah tentang melayari kehidupan dan menghadapi tantangan. Dengan gaya bahasa yang kuat dan simbolis, puisi ini menyentuh tema tentang perjalanan, perjuangan, dan pencarian makna di tengah-tengah kehidupan.

Makna dan Simbolisme

  • Perjalanan dan Kehidupan: "Ini puisi yang mengaji kelenjar / mengaji simpul tali yang merentang layar" menyiratkan bahwa puisi ini adalah sebuah perjalanan spiritual dan fisik yang mendalam. Mengaji di sini dapat diartikan sebagai pembelajaran atau refleksi mendalam yang dilakukan melalui pengalaman perjalanan.
  • Perubahan dan Konsistensi: "Tadi malam kasur sekarang ombak" menggambarkan perubahan dari keadaan yang tenang (kasur) ke keadaan yang penuh tantangan (ombak). Ini mencerminkan transisi dari ketenangan menuju pergerakan aktif dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan. "Matahari tak pernah ingkar janji" menunjukkan konsistensi dan keandalan dalam siklus alam yang menyokong perjalanan ini.
  • Simbol Laut dan Gelombang: "Darah selalu mengalir / meniru riak laut yang tak berakhir" mengaitkan aliran darah dengan gelombang laut yang tak pernah berhenti. Ini melambangkan aliran kehidupan dan energi yang terus menerus, dan bagaimana seseorang harus terus maju meskipun menghadapi kesulitan.
  • Metafora Perjalanan: "Berkayuh di kaki Sulawesi / inilah yang tidak bibir / awan membungkuk bagai diukir" adalah metafora untuk perjalanan yang harus ditempuh dengan tekad dan usaha. "Kaki Sulawesi" menunjukkan lokasi yang spesifik, namun juga bisa diartikan sebagai titik tujuan yang menantang. "Awan membungkuk bagai diukir" menggambarkan tantangan yang harus dihadapi dengan penuh kesadaran.
  • Pentingnya Kesungguhan: "Bersungguhlah dan mengaji / menyanyi menggetarkan hati" menekankan pentingnya ketulusan dan dedikasi dalam menjalani perjalanan hidup. Menyanyi dan menggetarkan hati menunjukkan bahwa perjalanan harus dihadapi dengan semangat dan perasaan yang mendalam.
  • Pagi dan Pertemuan: "Di sana ada pagi di sini ada pagi / pada pertemuan sana dan sini" menunjukkan bahwa setiap tempat dan waktu memiliki awal baru dan peluang. "Ada hati yang bergigi ada langkah yang bergizi" mengartikan bahwa perjalanan tersebut harus dihadapi dengan keberanian dan tekad yang memadai, dan walaupun mungkin ada kesulitan ("hutang pada nafas matahari"), tetap harus terus maju.

Tema dan Refleksi

  • Perjuangan dan Ketahanan: Puisi ini menggambarkan perjuangan dalam kehidupan sebagai perjalanan yang penuh tantangan. Laut dan gelombang menjadi simbol dari kesulitan dan ketidakpastian yang harus dihadapi dengan tekad dan keberanian.
  • Transformasi dan Penemuan: Transisi dari "kasur" ke "ombak" juga mencerminkan proses transformasi yang harus dialami dalam kehidupan. Perubahan ini mungkin sulit, tetapi juga merupakan bagian penting dari pertumbuhan dan penemuan diri.
  • Konsistensi dan Ketulusan: Penggunaan simbol matahari dan laut menunjukkan bahwa meskipun tantangan mungkin datang, ada kekuatan dan konsistensi dalam alam yang dapat memandu dan mendukung perjalanan kita. Ketulusan dalam menghadapi perjalanan ini juga penting agar bisa mencapai tujuan dengan penuh makna.
Puisi "Berkayuh di Kaki Sulawesi" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya yang mendalam dan simbolis tentang perjalanan kehidupan, perjuangan, dan penemuan diri. Dengan penggunaan metafora laut dan gelombang, puisi ini menggambarkan tantangan dan perubahan yang harus dihadapi dengan tekad dan ketulusan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya konsistensi dan kesungguhan dalam menjalani perjalanan hidup, serta untuk menghargai setiap kesempatan yang datang sebagai bagian dari proses pertumbuhan dan penemuan diri.

Puisi D. Zawawi Imron
Puisi: Berkayuh di Kaki Sulawesi
Karya: D. Zawawi Imron

Biodata D. Zawawi Imron:
  • D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.