Puisi: Kabut dalam Hujan Januari (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Kabut dalam Hujan Januari" menggambarkan suasana melankolis bulan Januari melalui gambaran alam yang suram dan penuh rindu. Dengan metafora ...
Kabut dalam Hujan Januari

Saat angin dan kabut Januari
Berkejaran di atas atap-atap kota
Serasa murid-muridku untukku bernyanyi
‘Hari Ini Nestapa Menyapa’

Adakah dingin dalam bunyi senja
Yang bernapas pelan dalam gugur dedaunan
Sampai padamu dalam warna-warna serupa
Dan menyuarakan angin yang gemetaran

Di sini aku duduk, jendela kabut berjalin dingin
Bunga di luar musimnya ungu mengangguk-angguk
Kujamah hati kamar ini dan merasa sangat ingin
Berkata, di sini kau mestinya merenda duduk

Dan deru di langit yang tak lagi biru
Berdenyar-denyar dalam gugusan badai
Adakah itu yang kauberi nama rindu
Berpijar-pijar namun tak sempat sampai

Adalah jalanan yang masuk dalam malam
Bertebaran serta basah daun berjuta
Napas kabut antara desah pohonan
Menyapaku lengang lewat jendela.

Bubulak, 1964

Sumber: Sajak Ladang Jagung (1973)

Analisis Puisi:

Puisi "Kabut dalam Hujan Januari" karya Taufiq Ismail menggambarkan suasana yang melankolis dan introspektif, ditandai dengan gambaran cuaca yang khas pada bulan Januari. Melalui metafora alam, penyair mengungkapkan perasaan kesepian, kerinduan, dan kegelisahan yang melingkupi kehidupan manusia.

Gambaran Alam: Penyair membawa pembaca ke dalam suasana Januari yang dingin dan berkabut. Angin dan kabut Januari mengambarkan suasana yang suram dan mencekam, menciptakan latar belakang emosional bagi perenungan penyair.

Metafora Emosi: Melalui gambaran alam, penyair mengekspresikan emosi manusia yang dalam. Kabut, angin, dan hujan Januari menjadi metafora bagi kerinduan, kesepian, dan kegelisahan yang menghantui jiwa manusia.

Nuansa Melankolis: Puisi ini menciptakan nuansa melankolis yang mendalam. Deru angin dan kabut yang menggugah imajinasi, dedaunan yang gugur, dan langit yang tak lagi biru menciptakan suasana yang suram dan memikat.

Kesepian dan Kerinduan: Penyair menggambarkan suasana yang sepi dan penuh dengan kerinduan. Jiwa penyair merasa terisolasi, meratap sendirian di tengah alam yang bergerak dengan ketidaksadaran akan penderitaannya.

Penutup Reflektif: Dalam penutup puisi, penyair duduk sendirian di dalam kamar, menghadapi suasana yang sunyi dan dingin. Dengan nada introspektif, penyair merenungkan keberadaannya dan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab dalam hatinya.

Puisi "Kabut dalam Hujan Januari" adalah sebuah karya yang menggambarkan suasana melankolis bulan Januari melalui gambaran alam yang suram dan penuh rindu. Dengan metafora yang kuat dan bahasa yang indah, Taufiq Ismail berhasil mengekspresikan perasaan kesepian, kerinduan, dan introspeksi manusia dalam menghadapi alam dan kehidupan.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Kabut dalam Hujan Januari
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Kabut sebuah dunia yang pudar hadir pelan-pelan tanpa rintihan; tanpa igauan semua berjalan dengan sopan dan tak mengejutkan tahu-tahu semua telah menjadi putih …
  • Kitab KabutKubuka kitabmuHalaman-halaman yang menyiksaSepasang mata tua iniHuruf-huruf yang terlaluBenderang, seakanMenentang silau suryaSeolah kita mustilahBertarung lebih dahuluS…
  • Kabut PagiHanya suara seranggadan derai angin di daun-daunyang terdengar di hutan inidalam sungkup kabut pagiyang menjaring tubuhkuke arahmu. Kau yang tinggaldi balik hutan ini -- …
  • Atas KabutAtas kabut: ambang angan kita dan desirDesir angin, desir daun, desir racun dan turunbayang-bayangmu — Mengapa detik itu gemuruhseakan jatuh ombak demi ombak dari dinding…
  • Aku Bergantung pada KabutAku bergantung pada kabutPriangan lelapkupangku dalam mimpikuSepi kaukah yang berderitketika kedua bukit itukudaki, perawan Sundaku?Ketuk tilu Ketuk tilu K…
  • Ke Laut Ia pergi ke laut Mencari ombak Mencari kabut Jutaan helai rambut Gugur dari angkasa Dari langit luka Menerpa wajahnya Ketika mengaduh Sebelum r…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.