Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Daun-Daun Jatuh (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Daun-Daun Jatuh" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan pemikiran yang mendalam tentang hubungan manusia dengan alam, kehidupan sehari ...
Daun-Daun Jatuh

Daun-daun jatuh selembar demi selembar
kaupun tengah menyaksikannya lewat jendela
Mereka semua para tetangga kita, yang selalu mengangguk
setiap kita menyingkapkan tirai jendela;
barangkali pernah kukatakan sesuatu yang buruk
tentang nasib kita (tanpa kusengaja tentunya),
dan barangkali kaupun pernah mengeluh
tentang cuaca yang membuatmu batuk dan selesma,
pastilah mereka telah mendengar itu semuanya.
Pernah kaudengarkah mereka mempercakapkan kita?
Daun-daun jatuh selembar demi selembar
setelah terlampau banyak tahu tentang tingkah-laku manusia;
pastilah mereka saksikan bunga-bunga yang mekar dari cinta kita,
mereka dengarkan igauan-igauan selama kau tidur,
dan mereka cium mau busuk dari mimpi-mimpi kita.
Sapulah saja bangkai-bangkai itu
sebelum membusuk dan mengotori pekarangan rumah kita;
ketika angin keras menggoncang entah dari mana
daun-daun itu gugurlah sebab hanya bertumpu pada cuaca yang fana,
tetapi kita, sayangku
tetapi kita tetap mengeluh, tetap bermimpi, tetap mengigau
akan tetap bertahan sebab kita berjejak
pada Alam yang di luar raih tangan kita.

1966

Sumber: Horison (April, 1967)

Analisis Puisi:

Puisi "Daun-Daun Jatuh" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan pemikiran yang mendalam tentang hubungan manusia dengan alam, kehidupan sehari-hari, dan refleksi atas eksistensi.

Gambaran Alam dan Kehidupan Manusia

Puisi ini dimulai dengan gambaran daun-daun yang jatuh secara perlahan-lahan, sebuah adegan alam yang sederhana namun penuh dengan makna simbolis. Daun-daun ini tidak hanya menjadi objek alamiah, tetapi juga menyiratkan keberadaan manusia dalam konteks alam yang lebih luas. Sapardi menghadirkan daun-daun sebagai saksi bisu atas kehidupan sehari-hari manusia, yang selalu ada di sekitar tetapi seringkali terabaikan.

Hubungan Manusia dengan Tetangga dan Alam

Puisi ini mengajukan pertanyaan tentang interaksi manusia dengan tetangga-tetangga mereka dan dengan alam sekitar. Daun-daun yang jatuh disandingkan dengan tetangga yang selalu ada, yang mungkin mengetahui lebih banyak tentang kehidupan pribadi kita daripada yang kita sadari. Hal ini menyoroti dinamika hubungan manusia dalam komunitas dan dengan lingkungan tempat mereka tinggal.

Simbolisme dan Metafora

Sapardi menggunakan daun-daun yang jatuh sebagai simbol dari pengertian yang dalam tentang kehidupan dan keberadaan manusia. Daun-daun ini tidak hanya merepresentasikan saksi bisu atas kehidupan manusia, tetapi juga sebagai penanda akan siklus hidup dan kejadian-kejadian yang melekat dalam kehidupan sehari-hari.

Ketahanan Manusia dan Alam

Puisi ini juga menggambarkan ketahanan manusia dalam menghadapi perubahan alam dan kehidupan. Meskipun daun-daun gugur karena angin kencang dan kondisi cuaca yang tidak tetap, manusia tetap bertahan dengan segala keluh kesah, impian, dan lamunan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun alam terus berubah, keberadaan manusia tetap kokoh dalam perjalanannya di dunia ini.

Penutup yang Menggugah

Sapardi mengakhiri puisi ini dengan kalimat yang menggugah pemikiran: "tetapi kita, sayangku / tetapi kita tetap mengeluh, tetap bermimpi, tetap mengigau / akan tetap bertahan sebab kita berjejak / pada Alam yang di luar raih tangan kita." Kalimat ini merangkum pesan bahwa manusia, meskipun terkait erat dengan alam, memiliki kemampuan untuk bertahan dan menjalani kehidupan dengan semua kompleksitas dan tantangannya.

Puisi "Daun-Daun Jatuh" karya Sapardi Djoko Damono adalah karya yang memikat dengan penggunaan bahasa yang kaya dan simbolisme yang mendalam. Melalui gambaran daun-daun yang jatuh, Sapardi berhasil mengeksplorasi tema-tema seperti hubungan manusia dengan alam, keberadaan dalam komunitas, dan ketahanan terhadap perubahan kehidupan. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang keterhubungan kita dengan alam sekitar dan bagaimana kita menghadapi eksistensi di dunia yang penuh dengan kejutan dan tantangan.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Daun-Daun Jatuh
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.