Puisi: Manusia Kerdil (Karya Dorothea Rosa Herliany)

Puisi "Manusia Kerdil" karya Dorothea Rosa Herliany menggambarkan dunia yang penuh dengan simbolisme dan metafora, mengeksplorasi tema tentang ...
Manusia Kerdil (1)

Para kerdil itu berkicau seperti  orang-orang pasar
bermain batang pohon raksasa dengan kelingkingnya
menari di riak sungai di batas malam
mencari pesan dari gemintang bintang.

Mereka menyapa kesunyian rimba
surat ditulis dengan akar hutan
dikirim dari gelap dengan sayap gagak
pekiknya melukai sepi para biksu
sejenak kubaca daun gugur dari seberkas isyarat bisu.

Manusia Kerdil (2)

Mereka berteman dengan hutan
saudara tirinya sungai rahasia
tahtanya cuma seberkas tahyul
omong kosong bagi para penyangkal.

Dunianya seperti angin ribut,
mimpinya cuma selilit akar bahar
tapi sesungguhnya ia mengenalmu
hingga sejarah buyut dan bahkan adam
dari serapah yang tercipta asal dengkimu!

Marires, 2011

Analisis Puisi:

Puisi "Manusia Kerdil" karya Dorothea Rosa Herliany menggambarkan dunia yang penuh dengan simbolisme dan metafora, mengeksplorasi tema tentang keterbatasan manusia, hubungan dengan alam, dan pencarian makna dalam kesunyian. Melalui bahasa yang puitis dan imajinatif, puisi ini menawarkan wawasan mendalam tentang kehidupan yang kecil dan sederhana, serta cara manusia berinteraksi dengan dunia yang lebih besar di sekelilingnya.

Manusia Kerdil (1)

Bagian pertama puisi ini membuka dengan gambaran tentang "manusia kerdil" yang berperilaku seperti orang-orang pasar, bermain dengan "batang pohon raksasa" seolah-olah benda-benda besar itu hanya mainan kecil di tangan mereka. Para kerdil ini digambarkan sebagai entitas yang mencari makna dalam kesederhanaan dan keheningan malam, dengan mencoba memahami "pesan dari gemintang bintang." Mereka berusaha menjalin komunikasi dengan alam, yang dalam konteks ini digambarkan dengan riak sungai dan batas malam, serta surat yang ditulis dengan "akar hutan" dan dikirim oleh sayap gagak.

Kesunyian hutan dan jejak yang ditinggalkan oleh gagak menciptakan suasana yang penuh misteri dan keheningan, mengaitkan hubungan manusia kerdil dengan alam yang lebih besar dan lebih dalam. "Daun gugur" dan "isyarat bisu" menandakan keindahan dan kebisuan alam yang sering kali diabaikan atau sulit dipahami oleh manusia.

Manusia Kerdil (2)

Bagian kedua puisi ini melanjutkan tema hubungan dengan alam, tetapi dengan penekanan pada keterbatasan dan kepercayaan. Manusia kerdil digambarkan sebagai teman hutan dan sungai, dengan "tahtanya" yang merupakan "seberkas tahyul" — sebuah metafora untuk keyakinan yang dianggap tidak penting oleh orang luar. Dunia mereka penuh dengan "angin ribut" dan mimpi yang hanya berupa "selilit akar bahar," menggambarkan kehidupan yang sederhana dan terikat pada alam.

Namun, puisi ini juga menyiratkan bahwa meskipun tampaknya hidup dalam keterbatasan, manusia kerdil ini sebenarnya memiliki pengetahuan mendalam tentang sejarah dan asal-usul. Mereka "mengenalmu hingga sejarah buyut dan bahkan adam" dan terhubung dengan "serapah" yang berasal dari dengkimu, menunjukkan bahwa mereka memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang dunia dan manusia daripada yang mungkin terlihat pada permukaan.

Puisi "Manusia Kerdil" karya Dorothea Rosa Herliany adalah sebuah refleksi puitis tentang keterbatasan manusia dan hubungan mereka dengan alam. Melalui metafora dan simbolisme yang kaya, puisi ini mengeksplorasi bagaimana manusia kerdil, meskipun hidup dalam kesederhanaan dan keterbatasan, memiliki cara unik untuk berhubungan dengan dunia dan mencari makna dalam keheningan dan misteri alam. Kontras antara dunia manusia kerdil yang penuh dengan kepercayaan dan tahyul, dan dunia luar yang lebih skeptis, menyoroti pentingnya menghargai perspektif dan pengetahuan yang mungkin tidak selalu terlihat atau dipahami oleh orang lain.

"Puisi: Manusia Kerdil (Karya Dorothea Rosa Herliany)"
Puisi: Manusia Kerdil
Karya: Dorothea Rosa Herliany
© Sepenuhnya. All rights reserved.