Analisis Puisi:
Puisi "Guru yang Selalu Menyimpan Palu" karya Acep Syahril menghadirkan gambaran satir yang tajam terhadap figur guru yang seakan memiliki kekuasaan yang berlebihan.
Imej Guru yang Kontroversial: Puisi dibuka dengan deskripsi bahwa guru tersebut bukanlah seorang tukang kayu, namun hidupnya tak lepas dari palu. Gambaran ini memberikan nuansa kontroversial dan menimbulkan tanya, apa sebenarnya peran guru tersebut.
Pemakaian Lipstik dan Deodoran: Penyair menyelipkan elemen kecantikan dengan menyebutkan bahwa guru tersebut sering menggunakan lipstik dan deodoran. Ini menambah kontradiksi antara penampilan luarnya yang menawan dan perannya yang seharusnya serius sebagai pendidik.
Kesibukan dalam Dunia Fantasi: Guru digambarkan lalai dan terbuai oleh imajinasinya sendiri, bahkan sampai melupakan untuk memukul tangannya sendiri. Ini mungkin mencerminkan kenyataan bahwa pemimpin sering kali terlena oleh kekuasaan dan melupakan tanggung jawabnya.
Kantung di Otak untuk Menyimpan Palu: Guru memiliki "kantung" di otak sebelah kirinya untuk menyimpan palu. Ini dapat diartikan sebagai simbolis bahwa guru tersebut selalu siap untuk menggunakan kekuasaannya untuk menjatuhkan hukuman atau sanksi.
Kritik terhadap Ketidakmampuan Mengenali Keadilan: Guru di dalam puisi disajikan sebagai sosok yang tak mampu membedakan "mana kayu mana besi dan mana batu." Ini bisa diartikan sebagai kritik terhadap kepemimpinan yang tidak mampu memahami kebutuhan dan perjuangan rakyat kecil.
Sumpah untuk Tidak Menjadi Seperti Guru: Puisi diakhiri dengan sumpah bahwa "kami bersumpah tak mau sesat dan bejat seperti guru." Ini menciptakan lapisan moralitas dan menegaskan penolakan terhadap kepemimpinan yang tidak adil dan korup.
Puisi ini memberikan gambaran kritis dan satir terhadap figur guru yang memiliki kekuasaan, namun tindak tanduknya kontroversial dan tidak sesuai dengan harapan. Penggunaan bahasa yang tajam dan nada kritik memberikan pemahaman bahwa puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang pentingnya kepemimpinan yang adil dan bertanggung jawab dalam memimpin masyarakat.
Karya: Acep Syahril