Puisi: Loper koran (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Loper Koran" karya Joko Pinurbo mengajak pembaca untuk merenungkan tentang realitas media massa, sikap sosial, dan pentingnya mengenang ...
Loper koran

Pagi-pagi sekali loper koran itu sudah nongol di depan pintu,
menaruh koran di pangkuanku seraya berpesan:
"Jangan percaya koran. Koran cuma bohong-bohongan."

Dan setiap akhir bulan, saat menerima uang langganan,
ia tak pernah lupa mengingatkan: "Jangan percaya koran.
Koran cuma bohong-bohongan."

Suatu siang loper koran yang tak pernah membaca koran itu
mati ketabrak mobil wartawan. Tubuhnya digeletakkan
di pinggir jalan dan hanya ditutupi selembar koran.
Banyak yang pura-pura sibuk mengurusnya dan, tentu saja,
ada yang diam-diam mengincar dompetnya.

Aku tak tahu siapa yang mengantar pulang jasadnya,
tapi setiap membaca koran aku seperti sedang mengantar
jenazah loper koran yang malang itu, menyusuri gang
demi gang di tengah perkampungan kata-kata yang bising
dan pengap, dan setelah muter-muter seharian akhirnya
kutemukan sedikit tempat untuk menguburkannya.

Setiap Lebaran aku menyempatkan diri ziarah ke makamnya,
menyusuri lorong-lorong gelap di tengah kuburan kata-kata
yang luas dan lengang dan kudapatkan nisan kecilnya
hampir tertutup ilalang. Tak ada bulan di atas kuburan.

2001

Analisis Puisi:

Puisi "Loper Koran" karya Joko Pinurbo merupakan salah satu karya yang mengangkat tema kritik sosial dengan cara yang unik dan mendalam. Dengan gaya naratif yang khas, puisi ini menggambarkan kehidupan seorang loper koran yang secara konsisten mengingatkan bahwa "koran cuma bohong-bohongan." Melalui kisah tragis sang loper, puisi ini menyentuh berbagai aspek kehidupan dan masyarakat, serta memberikan refleksi mendalam tentang kejujuran, kemunafikan, dan realitas sosial.

Tema Utama

  • Kritik terhadap Media Massa: Tema utama puisi ini adalah kritik terhadap media massa, yang dianggap menyebarkan informasi yang tidak selalu benar atau jujur. Pesan berulang dari sang loper koran bahwa "koran cuma bohong-bohongan" menggambarkan skeptisisme terhadap keakuratan dan integritas berita yang disajikan oleh media.
  • Kemunafikan dan Realitas Sosial: Puisi ini juga menggambarkan kemunafikan dan ketidakpedulian sosial, terlihat dari reaksi orang-orang terhadap kematian sang loper koran. Banyak yang pura-pura peduli, namun ada yang justru mengincar dompetnya, menunjukkan sisi gelap manusia yang sering kali terabaikan.
  • Kehidupan dan Kematian: Melalui kisah hidup dan mati sang loper koran, puisi ini juga menyentuh tema kehidupan dan kematian. Jasad sang loper yang hanya ditutupi selembar koran menjadi simbol ironi dan ketidakadilan dalam hidupnya.

Penggunaan Bahasa

  • Gaya Naratif: Puisi ini disajikan dengan gaya naratif yang kuat, menggambarkan kejadian sehari-hari dengan detail yang hidup. Gaya ini membuat puisi terasa seperti cerita yang mengalir, mengundang pembaca untuk mengikuti alur cerita dengan lebih mendalam.
  • Dialog dan Pengulangan: Penggunaan dialog dan pengulangan frasa "koran cuma bohong-bohongan" menambah kekuatan pesan yang ingin disampaikan. Pengulangan ini menekankan skeptisisme terhadap media dan membangun ketegangan emosional sepanjang puisi.

Simbolisme

  • Koran sebagai Simbol Kebenaran yang Dipertanyakan: Koran dalam puisi ini bukan hanya sekedar objek fisik, tetapi juga simbol dari kebenaran yang dipertanyakan. Pesan berulang bahwa koran adalah "bohong-bohongan" menggarisbawahi pandangan bahwa media tidak selalu dapat dipercaya.
  • Kematian Loper Koran: Kematian tragis sang loper koran yang hanya ditutupi oleh selembar koran menjadi simbol ketidakadilan dan ironi dalam hidupnya. Koran yang seharusnya menjadi sumber informasi dan kebenaran justru menjadi penutup terakhir dalam hidupnya.
  • Makam dan Ilalang: Nisan kecil sang loper koran yang hampir tertutup ilalang mencerminkan bagaimana kenangan tentang orang-orang kecil sering kali terlupakan dalam hiruk-pikuk kehidupan modern.

Makna

  • Refleksi tentang Kejujuran: Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kejujuran dan integritas, terutama dalam konteks media massa. Pesan skeptis dari sang loper koran mencerminkan pandangan bahwa kebenaran sering kali tersembunyi di balik kebohongan yang disebarkan secara luas.
  • Kritik terhadap Ketidakpedulian Sosial: Reaksi masyarakat terhadap kematian sang loper koran menunjukkan ketidakpedulian dan kemunafikan sosial. Puisi ini mengkritik bagaimana orang-orang sering kali hanya peduli pada penampilan luar dan mengabaikan kemanusiaan sejati.
  • Pentingnya Mengingat Orang Kecil: Dengan menggambarkan ziarah ke makam sang loper koran, puisi ini mengingatkan pentingnya mengenang dan menghargai orang-orang kecil yang sering kali terlupakan dalam kehidupan sehari-hari.
Puisi "Loper Koran" karya Joko Pinurbo adalah karya yang kuat dan penuh makna, menggabungkan kritik sosial dengan refleksi mendalam tentang kejujuran, kemunafikan, dan kehidupan. Melalui kisah tragis sang loper koran, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang realitas media massa, sikap sosial, dan pentingnya mengenang orang-orang kecil dalam kehidupan kita. Dengan gaya naratif yang khas dan penggunaan simbolisme yang kaya, puisi ini menjadi salah satu karya yang menginspirasi dan memberikan pandangan kritis terhadap dunia di sekitar kita.

Puisi: Loper koran
Puisi: Loper koran
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.