Analisis Puisi:
Puisi "Rumput Laut Nusa Lembongan" karya Diah Hadaning menawarkan refleksi mendalam tentang hubungan antara tradisi dan modernitas di Nusa Lembongan, sebuah pulau kecil di Indonesia yang dikenal dengan budayanya yang kaya dan pemandangannya yang menakjubkan. Dalam puisi ini, Hadaning menggambarkan kontras antara kehidupan tradisional dan perubahan yang dibawa oleh modernitas, sambil mempertahankan keindahan dan keaslian budaya lokal.
Tradisi dan Kebangkitan Ekonomi
Puisi ini dimulai dengan "Laut pasang laut surut / Beli Wayan cintanya tak pernah susut", menggambarkan siklus alam yang berulang dan ketahanan cinta serta dedikasi Beli Wayan, karakter sentral dalam puisi ini. Laut yang mengalami pasang surut mencerminkan siklus kehidupan dan perubahan yang tidak terhindarkan. Dalam konteks ini, Beli Wayan merupakan simbol ketahanan tradisi di tengah arus perubahan.
Kontras antara Tradisi dan Modernitas
Dengan "Nusa Lembongan dalam tembangan / bertahun-tahun melukisi ucun-ucun", Hadaning menyampaikan bagaimana tradisi lokal, seperti tembang (lagu atau nyanyian) dan ucun-ucun (mungkin merujuk pada ritual atau kebiasaan lokal), terus dipertahankan. Di sisi lain, modernitas tampak masuk dengan "sementara dolar bergemerincing / berjatuhan di sepanjang Sanur, Kuta dan Legian", menunjukkan perubahan ekonomi yang mempengaruhi kawasan wisata seperti Sanur, Kuta, dan Legian. Perubahan ekonomi ini menciptakan ketegangan antara pelestarian tradisi dan daya tarik komersial.
Ketahanan dalam Tradisi
Beli Wayan yang "tetap menembang" mencerminkan dedikasi dan kesetiaan terhadap tradisi lokal meskipun ada godaan dari modernitas. "Nusa Lembongan, Nusa Lembongan / sampai kapan duduk bertahan" menggarisbawahi ketahanan budaya yang dihadapi oleh tantangan modernisasi. Puisi ini menanyakan berapa lama tradisi dapat bertahan di tengah perubahan yang terus-menerus.
Keberagaman Ritual dan Persembahan
Pernyataan "Bunga sesaji bunga sukla / telah lama dipersembahkan pada leluhur" menunjukkan keberadaan ritual dan persembahan yang masih dilestarikan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur. Ini mencerminkan pentingnya ritual dan kebiasaan lokal dalam masyarakat Nusa Lembongan, yang menjadi bagian integral dari kehidupan mereka.
Gema Tradisi dalam Kehidupan Sehari-hari
Akhir puisi dengan "lewat sanggah lewat sembah / tarian mekar di banjar banjar / rumput laut terus dirunut" menunjukkan bahwa meskipun ada perubahan, aspek-aspek tradisional seperti tarian, persembahan, dan pertanian rumput laut tetap berlanjut. Ini menekankan pentingnya melestarikan tradisi lokal sebagai bagian dari identitas budaya.
Puisi "Rumput Laut Nusa Lembongan" karya Diah Hadaning menggambarkan ketegangan antara pelestarian tradisi dan dampak modernitas di Nusa Lembongan. Melalui deskripsi yang vivid tentang siklus alam, kehidupan sehari-hari, dan ritual tradisional, Hadaning mengangkat tema ketahanan budaya dalam menghadapi perubahan zaman. Puisi ini tidak hanya mencerminkan kebanggaan terhadap tradisi lokal tetapi juga menyoroti tantangan yang dihadapi dalam menjaga warisan budaya di tengah perkembangan ekonomi dan modernisasi. Dengan melukiskan lanskap budaya dan ekonomi yang saling bertentangan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai dan identitas yang dipertahankan di tengah arus perubahan.

Puisi: Rumput Laut Nusa Lembongan
Karya: Diah Hadaning