Puisi: Fragmen Berikutnya (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Fragmen Berikutnya" karya Diah Hadaning mengajak pembaca untuk merenung tentang bagaimana kita memahami dan mengatasi perubahan dalam ...
Fragmen Berikutnya

Di kota tak ada yang berubah
kabut dan embun di kaki bukit
pemetang-pemetang memanjang
angin desirkan padang ilalang
simpan seluruh kisah lama
dari generasi ke generasi
sampai hari ini
musim-musim berganti
petinggi datang dan pergi
sebentar dipuji sebentar dicaci
jarum waktu lepas dari porosnya
merjan urai dari rangkaian
sejarah lipatan peristiwa
yang diabadikan kata orang
sesuai pesan kekuasaan.

Anakku semakin dewasa
berulang pergi 'ngembara
ikuti greget jiwa merdeka
aku masih 'nunggu angin bersarang
langit pun layar yang sepi
rembulan hilang dari edarnya
sebuah jeritan panjang
dan berita pun abu.

Bogor, November 1999

Analisis Puisi:

Puisi "Fragmen Berikutnya" karya Diah Hadaning menyajikan sebuah refleksi mendalam tentang waktu, perubahan, dan generasi dalam konteks kehidupan kota dan pengalaman pribadi. Dengan menggunakan imaji alam dan kehidupan sehari-hari, puisi ini mengeksplorasi tema-tema tentang kekuasaan, perubahan zaman, dan perjalanan individu.

Tema dan Pesan

  • Keteraturan dan Perubahan: Puisi ini menggambarkan keteraturan yang kontras dengan perubahan. Meski di kota tidak ada yang berubah, ada kabut, embun, dan angin yang seakan menandakan siklus yang berulang. Namun, dalam siklus ini, pemetang-pemetang memanjang dan musim-musim berganti menunjukkan bahwa meski ada rutinitas, perubahan tetap terjadi, bahkan jika tidak selalu terlihat jelas.
  • Kekuasaan dan Sejarah: Hadaning menggarisbawahi bagaimana petinggi datang dan pergi, dipuji dan dicaci, mencerminkan ketidakstabilan kekuasaan dan bagaimana sejarah sering kali dipengaruhi oleh pesan-pesan kekuasaan. Dengan menyebutkan "jarum waktu lepas dari porosnya" dan "merjan urai dari rangkaian", puisi ini mengkritik bagaimana peristiwa dan catatan sejarah seringkali menjadi fragmen yang terputus-putus dan tidak selalu akurat.
  • Generasi dan Waktu: Puisi ini juga menggambarkan perjalanan generasi melalui gambaran seorang anak yang semakin dewasa dan "berulang pergi 'ngembara". Ini mencerminkan bagaimana setiap generasi memiliki greget jiwa merdeka dan pengalaman sendiri yang tidak terikat oleh aturan yang ada. Sementara itu, sang pembicara masih "nunggu angin bersarang" dan merasakan kehilangan karena langit dan rembulan hilang dari edarnya, menunjukkan ketidakpastian dan keterputusan antara generasi yang lebih tua dan yang lebih muda.

Gaya Bahasa dan Struktur

  • Imaji Alam: Hadaning menggunakan imaji alam untuk menggambarkan latar belakang dan suasana puisi. Kata-kata seperti "kabut dan embun di kaki bukit", "angin desirkan padang ilalang", dan "rembulan hilang dari edarnya" menciptakan suasana yang penuh dengan nuansa alami dan emosional, menghidupkan tema-tema tentang perubahan dan ketidakstabilan.
  • Kontras dan Ironi: Puisi ini memanfaatkan kontras antara perubahan dan kestabilan. Di satu sisi, ada gambaran tentang rutinitas kota yang tidak berubah, sementara di sisi lain, ada perubahan yang tak terlihat jelas dan kekacauan dalam sejarah. Ironi ini menyoroti ketegangan antara harapan akan kestabilan dan kenyataan ketidakpastian.
  • Struktur Naratif dan Simbolis: Puisi ini memiliki struktur yang naratif dengan penggambaran peristiwa dan pengalaman pribadi. Simbol-simbol seperti "merjan urai dari rangkaian sejarah" dan "sebuah jeritan panjang" memberikan makna lebih dalam tentang bagaimana peristiwa dan pengalaman pribadi sering kali tidak sepenuhnya dapat dipahami atau diakui.

Makna

  • Ketidakpastian Sejarah: Puisi ini mengkritik bagaimana sejarah sering kali diwarnai oleh kekuasaan dan interpretasi subjektif. Dengan menyebutkan bahwa "jarum waktu lepas dari porosnya" dan "sejarah lipatan peristiwa yang diabadikan kata orang", Hadaning mengungkapkan bagaimana catatan sejarah bisa menjadi tidak konsisten dan dipengaruhi oleh kekuasaan politik.
  • Perjalanan Generasi: Perjalanan generasi yang digambarkan dalam puisi ini menunjukkan bagaimana setiap individu dan generasi mengalami perubahan dan tantangan mereka sendiri. Anak yang "berulang pergi 'ngembara" mencerminkan pencarian identitas dan makna yang sering kali dihadapi oleh generasi muda, sementara generasi yang lebih tua merasa terputus dari pengalaman tersebut.
  • Keterputusan dan Keterhubungan: Puisi ini menyoroti keterputusan antara generasi dan pengalaman pribadi. Dengan menggambarkan rembulan yang hilang dari edarnya dan berita yang menjadi abu, Hadaning menunjukkan bagaimana pengalaman dan kenangan sering kali bisa menghilang atau menjadi tidak berarti dalam konteks waktu dan perubahan.
Puisi "Fragmen Berikutnya" karya Diah Hadaning adalah karya yang menggambarkan kedalaman refleksi tentang waktu, perubahan, dan generasi. Dengan menggunakan imaji alam dan narasi pribadi, puisi ini menyoroti ketidakpastian dalam sejarah dan pengalaman generasi. Melalui gaya bahasa yang penuh dengan simbolisme dan kontras, Hadaning mengajak pembaca untuk merenung tentang bagaimana kita memahami dan mengatasi perubahan dalam kehidupan kita. Puisi ini menawarkan wawasan tentang kompleksitas hubungan antara generasi, sejarah, dan pengalaman pribadi dalam konteks dunia yang terus berubah.

"Puisi: Fragmen Berikutnya (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Fragmen Berikutnya
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.