Puisi: Catatan Tahun ke-85 (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Catatan Tahun ke-85" karya Diah Hadaning menggambarkan hubungan antara masa lalu, kini, dan masa depan, serta pengaruhnya terhadap kehidupan ..
Catatan Tahun ke-85
bagi Sitor Situmorang penyairku

Di antara langkah-langkah
masih kulihat jejaknya
di antara suara-suara
masih kudengar doanya
di antara gaduh kota
masih kusimak kelebat bayangnya
lelakiku saksi jaman
perang dan damai
batu dan mesiu
rumpun kata dalam buku
matahari pun bersarang di rambutnya
rembulan di atas kuburan
diboyongnya dalam kata.

Lelakiku dari tanah seribu nyanyian
tahukah bulan itu sangat setia
purbani dan purnama
di atas laut dan sabana
di atas gedung dan huma
dan di jalan musim senjamu
malam nanti jelang purnama
bersaksi di langit Jakarta

Bagi pemilik hari kedua oktober
kuhening bunga jadi kata
kuhening kata jadi doa
"semoga bahagia"

2 Oktober 2009

Analisis Puisi:

Puisi "Catatan Tahun ke-85" karya Diah Hadaning adalah refleksi yang puitis tentang perjalanan waktu, kenangan, dan harapan. Melalui bahasa yang mendalam dan simbolisme yang kuat, Hadaning menggambarkan hubungan antara masa lalu, kini, dan masa depan, serta pengaruhnya terhadap kehidupan dan cinta.

Sentimen Nostalgia dan Kenangan: Puisi ini mencerminkan sentimen nostalgia yang mendalam, dengan pengakuan bahwa "masih kulihat jejaknya" dan "masih kudengar doanya". Ini menyoroti kekuatan kenangan dan pengalaman masa lalu yang tetap hadir dalam ingatan dan pengalaman kita, bahkan setelah bertahun-tahun berlalu.

Simbolisme Alam dan Keabadian: Melalui gambaran "matahari pun bersarang di rambutnya, rembulan di atas kuburan", Hadaning menggunakan simbolisme alam untuk mengekspresikan keabadian cinta dan kenangan. Matahari dan rembulan, sebagai simbol kehidupan dan kematian, menggambarkan siklus yang tak terelakkan, tetapi juga kekalnya hubungan dan ingatan yang terjalin.

Puitisasi Cinta dan Harapan: Bagian terakhir puisi ini, "Bagi pemilik hari kedua oktober / kuhening bunga jadi kata / kuhening kata jadi doa / 'semoga bahagia'", merupakan sebuah puitisasi cinta dan harapan untuk kebahagiaan di masa depan. Penggunaan bahasa yang sederhana namun bermakna dan menggugah menunjukkan kekuatan doa dan harapan sebagai pengantar bagi mereka yang mengarungi perjalanan hidup.

Secara keseluruhan, puisi "Catatan Tahun ke-85" karya Diah Hadaning adalah sebuah puisi yang mendalam tentang perjalanan waktu, kenangan, cinta, dan harapan. Dengan menggunakan bahasa yang puitis dan simbolisme yang kaya, Hadaning mengajak pembaca untuk merenungkan tentang keabadian kenangan, kekuatan cinta, dan pentingnya harapan dalam menghadapi masa depan yang tak terduga. Puisi ini menginspirasi kita untuk menghargai setiap momen dalam hidup dan menyampaikan doa-doa terbaik bagi kebahagiaan di masa mendatang.

"Puisi: Catatan Tahun ke-85 (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Catatan Tahun ke-85
Karya: Diah Hadaning

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Penyair Buta kudengar kau bersenandung di tepi perigi, tapi tak semerdu rumi yang kerap mengukur dalamnya sepi. kau, begitu lembutnya mengusap kelopak mawar yang tangkainya b…
  • Jalan Raya "siapa yang telah membangun  keramaian di tubuhmu?" ingat atau lupakanlah aku karena aku adalah ujung  sekaligus pangkal bagi perjalananmu tak per…
  • Untuk Medy Loekito Dalam sajak,  kata-kata bergerak Dia meluncur sekalimat-sekalimat Kutikam terus sampai koyak Sampai senyap sampai k…
  • Dalam TidurDalam tidurAku ingin ketemu sajakKata-kata baikBebunyian rancakBaris-baris girisMelukis gerimis hidupkuDalam tidurAku ingin terus menulisDan merampungkan semuaPas bangun…
  • Ritus TenungIlalang melayang dalam lelap mimpiberkelindan dalam gua gelapLalu lenyap senyap saat kelepak sayapKelelawar menjelma hantu penghisapseringai taring menusuktengkuk, maka…
  • Seretan Suara suara siapakah yang menyeretmu hingga tergelepar di tepian pesisir dengungnya tak seperti bunyi lebah, gaungnya tak seperti desiran angin yang beradu kian-kemar…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.