Analisis Puisi:
Puisi "Catatan Tahun ke-85" karya Diah Hadaning adalah refleksi yang puitis tentang perjalanan waktu, kenangan, dan harapan. Melalui bahasa yang mendalam dan simbolisme yang kuat, Hadaning menggambarkan hubungan antara masa lalu, kini, dan masa depan, serta pengaruhnya terhadap kehidupan dan cinta.
Sentimen Nostalgia dan Kenangan: Puisi ini mencerminkan sentimen nostalgia yang mendalam, dengan pengakuan bahwa "masih kulihat jejaknya" dan "masih kudengar doanya". Ini menyoroti kekuatan kenangan dan pengalaman masa lalu yang tetap hadir dalam ingatan dan pengalaman kita, bahkan setelah bertahun-tahun berlalu.
Simbolisme Alam dan Keabadian: Melalui gambaran "matahari pun bersarang di rambutnya, rembulan di atas kuburan", Hadaning menggunakan simbolisme alam untuk mengekspresikan keabadian cinta dan kenangan. Matahari dan rembulan, sebagai simbol kehidupan dan kematian, menggambarkan siklus yang tak terelakkan, tetapi juga kekalnya hubungan dan ingatan yang terjalin.
Puitisasi Cinta dan Harapan: Bagian terakhir puisi ini, "Bagi pemilik hari kedua oktober / kuhening bunga jadi kata / kuhening kata jadi doa / 'semoga bahagia'", merupakan sebuah puitisasi cinta dan harapan untuk kebahagiaan di masa depan. Penggunaan bahasa yang sederhana namun bermakna dan menggugah menunjukkan kekuatan doa dan harapan sebagai pengantar bagi mereka yang mengarungi perjalanan hidup.
Secara keseluruhan, puisi "Catatan Tahun ke-85" karya Diah Hadaning adalah sebuah puisi yang mendalam tentang perjalanan waktu, kenangan, cinta, dan harapan. Dengan menggunakan bahasa yang puitis dan simbolisme yang kaya, Hadaning mengajak pembaca untuk merenungkan tentang keabadian kenangan, kekuatan cinta, dan pentingnya harapan dalam menghadapi masa depan yang tak terduga. Puisi ini menginspirasi kita untuk menghargai setiap momen dalam hidup dan menyampaikan doa-doa terbaik bagi kebahagiaan di masa mendatang.

Puisi: Catatan Tahun ke-85
Karya: Diah Hadaning