Puisi: Gugur (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Gugur" karya W.S. Rendra berbicara tentang kecintaan seseorang terhadap tanah airnya, serta pengorbanan dalam pertempuran untuk ...
Gugur

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya.
Tiada kuasa lagi menegak.
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
ke dada musuh yang merebut kotanya.

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya.
Ia sudah tua
luka-luka di badannya.

Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya.
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya.

Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
di antara anaknya.
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya.

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya.
Belum lagi selusin tindak
maut pun menghadangnya.
Ketika anaknya memegang tangannya
ia berkata:
"Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah.
Dan aku pun berasal dari tanah;
tanah Ambarawa yang kucinta.
Kita bukanlah anak jadah
kerna kita punya bumi kecintaan.
Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.
Bumi kita adalah kehormatan.
Bumi kita adalah jiwa dari jiwa.
Ia adalah bumi nenek moyang.
Ia adalah bumi waris yang sekarang.
Ia adalah bumi waris yang akan datang."
Hari pun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar
Kerna api menyala di kota Ambarawa.

Orang itu kembali berkata:
"Lihatlah, hari telah fajar!
Wahai bumi yang indah
kita akan berpelukan
buat selama-lamanya!
Nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan menancapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan subur
Maka ia pun akan berkata:
- Alangkah gemburnya tanah di sini."

Hari pun lengkap malam
ketika ia menutup matanya.

Sumber: Potret Pembangunan dalam Puisi (1993)

Analisis Puisi:

Puisi "Gugur" karya W.S. Rendra adalah karya sastra yang berbicara tentang perasaan cinta dan kecintaan seseorang terhadap tanah airnya, serta pengorbanan dalam pertempuran untuk mempertahankan kota yang dicintainya.

Gugur dalam Pertempuran: Puisi ini dimulai dengan gambaran seorang pejuang yang merangkak di tanah yang ia cintai. Ia sudah tidak mampu lagi berdiri karena luka-luka yang dialaminya dalam pertempuran. Penggunaan kata "gugur" adalah ungkapan untuk menyatakan bahwa ia telah gugur dalam pertempuran yang gemilang.

Bumi yang Dicintai: Puisi ini mencerminkan cinta yang mendalam terhadap tanah air. Meskipun sang pejuang telah terluka parah, ia tetap merangkak untuk kembali ke kota kesayangannya, Ambarawa. Ia merasa bahwa mereka bukanlah "anak jadah" yang tidak memiliki kaitan dengan tanah air, tetapi merupakan bagian yang sah dan memiliki koneksi emosional yang dalam dengan tanah air tersebut.

Kehormatan dan Warisan: Puisi ini menyoroti kehormatan yang melekat pada tanah air dan warisan yang harus dijaga dan diteruskan. Sang pejuang menggambarkan tanah airnya sebagai "bumi nenek moyang" dan "bumi waris yang sekarang," menegaskan bahwa tanah air adalah bagian dari identitas dan warisan mereka.

Perjuangan untuk Tanah Air: Puisi ini merayakan semangat perjuangan dan pengorbanan dalam melindungi tanah air dari ancaman musuh. Meskipun luka-luka dan rintangan, sang pejuang bersama anak-anaknya bertekad untuk terus berjuang dan tidak menyerah.

Harapan di Masa Depan: Puisi ini diakhiri dengan harapan tentang masa depan. Sang pejuang berbicara tentang cucu-cucunya yang akan menancapkan bajak di tanah di mana ia akan dikebumikan. Ia membayangkan bahwa tanah tersebut akan tetap subur dan menjadi kebanggaan bagi generasi mendatang.

Simbolisme: Puisi ini menggunakan banyak simbolisme untuk menggambarkan cinta yang mendalam terhadap tanah air. Tanah air diwakili sebagai sumber kehidupan, warisan, dan identitas yang harus dijaga.

Puisi "Gugur" karya W.S. Rendra adalah ungkapan cinta dan kesetiaan terhadap tanah air yang dalam, serta penghormatan terhadap perjuangan dan pengorbanan pejuang dalam melindungi dan mempertahankan tanah air mereka.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Gugur
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.