Puisi: Aku Baru Saja Mengepel Lantai (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Aku Baru Saja Mengepel Lantai" karya Afrizal Malna merupakan eksplorasi mendalam tentang identitas, hubungan, dan perubahan bentuk ...
Aku Baru Saja Mengepel Lantai

Aku baru saja mengepel lantai. Aku berjalan dengan ujung jari-jari kakiku, agar lantai yang baru dipel tidak kotor lagi oleh telapak kakiku. Di dalam kamar, aku lihat tubuhmu telah menjadi genangan air yang dasarnya tak bisa kulihat lagi. Bagaimana aku bisa memelukmu kalau tubuhmu telah menjadi air? Bagaimana aku bisa menciummu kalau keningmu telah menjadi air? Aku pikir aku harus menjadi ikan agar bisa berenang di dalamnya. Tapi aku bukan ikan. Ikan juga berpikir dirinya bukan diriku. Ikan tidak bisa mengepel lantai dan berjalan dengan ujung jari-jari kakinya. Aku juga berpikir aku tidak bisa dipancing seperti ikan lalu dijual di pasar lalu digoreng. Ikan juga berpikir tidak terbayang ada yang mengepel dan suara tangisan di dasar laut. Aku juga berpikir tidak mungkin ada kehidupan ikan di dalam pikiranku.

Aku bukan laut. Aku yakin aku bukan laut. Ikan juga tak akan pernah percaya bahwa akhir hidupnya ada dalam tubuhku. Tetapi aku tetap memelukmu. Lalu aku memelukmu. Dan aku memelukmu pagi itu. Lalu aku tenggelam. Dan aku tenggelam. Hati-hati, biarkan aku tenggelam. Biarkan aku menjadi air untuk memanggilmu.

Sumber: Teman-Temanku dari Atap Bahasa (2008)

Analisis Puisi:

Puisi "Aku Baru Saja Mengepel Lantai" karya Afrizal Malna merupakan eksplorasi mendalam tentang identitas, hubungan, dan perubahan bentuk eksistensi manusia melalui metafora yang unik dan imajinatif. Puisi ini menggambarkan perasaan si penyair terhadap transformasi fisik dan emosional dalam konteks kehidupan sehari-hari yang sederhana, namun penuh makna.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini ditulis dalam bentuk naratif yang bebas, menggunakan bahasa sehari-hari yang sederhana namun penuh dengan imaji yang kuat. Afrizal Malna sering menggunakan kalimat pendek dan langsung untuk menciptakan efek yang mendalam dan mendesak. Gaya bahasa yang digunakan mencerminkan percakapan internal antara penyair dengan dirinya sendiri, serta dengan objek-objek di sekitarnya.

Tema dan Makna

  • Identitas dan Perubahan: Puisi ini dibuka dengan aktivitas mengepel lantai, sebuah tugas rumah tangga yang biasa, namun segera berubah menjadi refleksi tentang identitas dan perubahan. "Aku lihat tubuhmu telah menjadi genangan air yang dasarnya tak bisa kulihat lagi" menggambarkan transformasi yang tak terduga dan tidak dapat dijelaskan. Ini mencerminkan bagaimana identitas dan esensi seseorang dapat berubah menjadi sesuatu yang sulit dikenali dan dipahami.
  • Kesulitan dalam Menjaga Hubungan: Penyair merasa sulit untuk memeluk dan mencium seseorang yang telah berubah menjadi air. Ini bisa diinterpretasikan sebagai kesulitan dalam menjaga hubungan ketika seseorang atau sesuatu telah berubah secara mendasar. Frasa "aku harus menjadi ikan agar bisa berenang di dalamnya" menunjukkan keinginan untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut, meskipun itu mungkin tidak memungkinkan.
  • Perbandingan dengan Ikan: Perbandingan antara manusia dan ikan dalam puisi ini menyoroti keterbatasan manusia dalam memahami dan beradaptasi dengan perubahan. "Ikan juga berpikir dirinya bukan diriku" dan "Ikan tidak bisa mengepel lantai dan berjalan dengan ujung jari-jari kakinya" menekankan perbedaan esensial antara kedua makhluk ini, yang mencerminkan keterbatasan manusia dalam mengubah dirinya untuk menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi di sekitarnya.
  • Eksistensi dan Ketidakpastian: Ketidakpastian tentang identitas dan eksistensi diungkapkan melalui pernyataan seperti "Aku bukan laut" dan "Aku yakin aku bukan laut." Ini menunjukkan perasaan tidak yakin dan keraguan tentang siapa diri sebenarnya dan bagaimana berhubungan dengan dunia di sekitar.
  • Keinginan untuk Menyatu: Di akhir puisi, terdapat keinginan yang kuat untuk menyatu dengan perubahan tersebut: "Biarkan aku tenggelam. Biarkan aku menjadi air untuk memanggilmu." Ini mencerminkan keinginan untuk menghilangkan batasan diri dan sepenuhnya menyatu dengan orang yang dicintai, meskipun itu berarti kehilangan identitas diri.
Puisi "Aku Baru Saja Mengepel Lantai" karya Afrizal Malna adalah meditasi yang mendalam tentang identitas, perubahan, dan hubungan manusia. Melalui penggunaan metafora air dan ikan, Malna mengeksplorasi keterbatasan manusia dalam memahami dan beradaptasi dengan perubahan yang tak terduga. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang bagaimana kita berusaha menjaga hubungan dan identitas kita dalam menghadapi transformasi yang terus-menerus dalam kehidupan.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Aku Baru Saja Mengepel Lantai
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.