Analisis Puisi:
Puisi "Senandung Hutan Kayu Perupuk Kalimantan" karya Diah Hadaning adalah karya sastra yang penuh dengan gambaran alam dan kritik sosial. Puisi ini menghadirkan berbagai elemen yang menarik untuk dianalisis.
Hubungan Manusia dengan Alam: Puisi ini memulai dengan menggambarkan hubungan yang rumit antara manusia dan alam. Burung-burung hutan tropis disajikan sebagai representasi alam yang tenggelam dalam "gerungan mesin" dan "bibit dendam" manusia. Ini mencerminkan tema yang sering muncul dalam karya sastra, yaitu konflik antara perkembangan manusia dan pelestarian alam.
Kritik Sosial: Puisi ini menyelipkan kritik sosial yang cukup tajam. Ungkapan "membiarkan lelaki perkasa / tak pernah henti tertawa / hitung angka di langit di para" dapat diinterpretasikan sebagai kritik terhadap tindakan manusia yang serakah dan terobsesi dengan pertumbuhan ekonomi, tanpa memperhatikan dampak negatifnya pada alam dan lingkungan.
Imaji: Puisi ini menggunakan gambaran-gambaran alam yang kuat untuk menggambarkan hutan, burung-burung, dan angin. Penggunaan "telurnya tetaskan bibit dendam" dan "suaranya luruhkan dedaunan berdarah" memberikan kesan bahwa alam memiliki kehidupan dan emosi. Ini memicu empati pembaca terhadap alam yang sering kali menjadi korban eksploitasi manusia.
Bahasa dan Suara: Puisi ini memiliki bahasa yang kaya dan suara yang beresonansi. Ketika dibaca, puisi ini memiliki irama yang kuat dan merayakan keindahan bahasa. Kata-kata seperti "senandungnya jauh" menciptakan kesan suara yang merdu dan menawan.
Penafsiran Teks: Seperti banyak puisi, "Senandung Hutan Kayu Perupuk Kalimantan" dapat memiliki beragam interpretasi tergantung pada perspektif pembaca. Puisi ini dapat dipahami sebagai peringatan tentang perlunya pelestarian alam dan penghormatan terhadap lingkungan hidup, serta kritik terhadap kerusakan alam oleh tindakan manusia.
Puisi ini adalah contoh yang kuat dari bagaimana puisi dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan sosial dan ekologis dengan indah dan kuat. Diah Hadaning menggabungkan keindahan bahasa dengan kritik yang mendalam terhadap hubungan manusia dengan alam, menciptakan karya yang memberi pemikiran kepada pembaca tentang tanggung jawab kita terhadap lingkungan alam.

Puisi: Senandung Hutan Kayu Perupuk Kalimantan
Karya: Diah Hadaning