Sumber: Tamparlah Mukaku (1982)
Analisis Puisi:
Puisi Kuhitung Detak Jam karya Acep Zamzam Noor menyajikan sebuah perjalanan batin yang dalam, menggambarkan kerinduan dan kesulitan dalam mengekspresikan perasaan. Dengan menggunakan detak jam sebagai simbol, puisi ini mencerminkan betapa waktu terus berjalan, sementara kata-kata dan perasaan belum dapat terungkap sepenuhnya.
Simbol Detak Jam
Pembukaan puisi, “Kuhitung detak jam,” langsung membawa pembaca kepada konsep waktu yang terukur. Detak jam menggambarkan perjalanan waktu yang tidak pernah berhenti. Dalam konteks ini, detak jam menjadi pengingat bahwa meskipun waktu terus berlalu, penulis masih terjebak dalam suasana yang tidak selesai—perasaan dan kata-kata yang belum terungkap. Ini menciptakan nuansa ketegangan antara keinginan untuk bergerak maju dan rasa terjebak dalam ketidakpastian.
Kata-Kata yang Belum Menepi
Frasa “sedang kata-kata belum juga menepi” mengekspresikan perasaan frustrasi penulis. Meskipun waktu terus berjalan, kata-kata yang ingin diungkapkan tidak kunjung tiba. Hal ini menggambarkan tantangan dalam mengekspresikan perasaan dan pikiran. Penulis seakan berjuang dengan diri sendiri untuk menemukan cara yang tepat dalam menyampaikan harapan dan kerinduan, tetapi kata-kata itu tetap tidak dapat diungkapkan.
Pertanyaan yang Menggugah
Di bait selanjutnya, penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menggugah: “Kenapa kenang / diam-diam mampirkan sangsi / kenapa sepi / padaku seakan menagih janji.” Pertanyaan ini menunjukkan adanya konflik emosional. Kenangan menjadi beban yang tidak dapat diselesaikan, dan sepi seolah menuntut penulis untuk mengingat kembali janji-janji yang pernah dibuat. Ada perasaan kehilangan dan keraguan yang muncul, menciptakan suasana melankolis dalam puisi.
Keterhubungan antara Waktu dan Perasaan
Keseluruhan puisi menciptakan hubungan erat antara waktu dan perasaan. Ketidakmampuan penulis untuk menyampaikan perasaannya seolah terhambat oleh perjalanan waktu. Meskipun detak jam terus berlanjut, perasaan dan ekspresi penulis masih tertahan. Ini menggambarkan kenyataan bahwa meskipun kita ingin bergerak maju, ada momen-momen dalam hidup yang membuat kita merasa terjebak dalam kenangan dan harapan yang belum terwujud.
Puisi Kuhitung Detak Jam karya Acep Zamzam Noor mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara waktu dan ekspresi diri. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, penulis menyampaikan ketidakpastian dan kerinduan yang mendalam. Melalui puisi ini, kita diingatkan bahwa meskipun waktu terus bergerak, penting untuk menemukan cara untuk mengungkapkan perasaan kita, karena kata-kata memiliki kekuatan untuk menyampaikan harapan, kerinduan, dan pengalaman yang mendalam. Keterhubungan antara waktu dan kata-kata dalam puisi ini memberikan refleksi yang mendalam tentang perjalanan emosi manusia, mengajak kita untuk menghargai setiap detak waktu yang kita alami.
Biodata Acep Zamzam Noor:
- Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
- Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.