Puisi: Saya Cemaskan Sepotong Lumpur (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Saya Cemaskan Sepotong Lumpur" karya Goenawan Mohamad mengundang pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam dan kepedulian ....
Saya Cemaskan Sepotong Lumpur

Saya cemaskan sepotong lumpur di koral halaman.
Saya cemaskan sepotong daun di koral halaman.
Saya cemaskan kau, malam yang mengigau dengan gerimis tak kelihatan.

1978

Sumber: Horison (Mei, 1978)

Analisis Puisi:

Puisi "Saya Cemaskan Sepotong Lumpur" karya Goenawan Mohamad adalah sebuah puisi yang sederhana namun sarat makna. Dalam tiga baris pendeknya, penyair mampu menggambarkan kegelisahan yang mendalam.

Kecemasan terhadap Hal Sederhana: Penyair mengekspresikan kecemasannya terhadap hal-hal sederhana seperti sepotong lumpur dan daun di koral halaman. Ini mencerminkan kedalaman perasaan dan kesadaran akan keadaan sekitar yang mungkin diabaikan oleh banyak orang. Penyair mungkin ingin menyampaikan bahwa kepedulian terhadap lingkungan sekitar, meskipun sederhana, seharusnya tetap menjadi perhatian kita.

Simbolisme Alam dan Manusia: Lumpur dan daun di koral halaman dapat dianggap sebagai simbol dari alam atau lingkungan sekitar. Penyair mungkin mencerminkan kegelisahannya terhadap kondisi alam yang rapuh dan rentan, serta keberadaan manusia yang terjebak dalam permasalahan yang sama. Hal ini mengajak pembaca untuk merenungkan peran dan tanggung jawab manusia terhadap alam.

Keterhubungan dengan Alam: Puisi ini juga menggarisbawahi keterhubungan yang mendalam antara manusia dan alam. Kecemasan terhadap sepotong lumpur dan daun menyoroti kesadaran akan interaksi yang kompleks antara manusia dan lingkungan alaminya. Ini mungkin juga mencerminkan kerentanan manusia terhadap perubahan alam dan kebutuhan untuk merawatnya.

Kegelisahan terhadap Kekacauan Alam: Penggambaran malam yang mengigau dengan gerimis tak kelihatan menambahkan lapisan kedalaman pada kegelisahan penyair. Malam yang gelap dan hujan yang tak terlihat menciptakan atmosfer kekacauan dan ketidakpastian. Hal ini mungkin mencerminkan kekhawatiran akan kondisi alam yang tidak terkendali dan kebingungan manusia dalam menghadapinya.

Puisi "Saya Cemaskan Sepotong Lumpur" adalah sebuah karya yang mengundang pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Dengan kata-kata sederhana namun penuh makna, Goenawan Mohamad menggambarkan kegelisahan yang mendalam terhadap keadaan alam dan manusia.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Saya Cemaskan Sepotong Lumpur
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.