Sumber: Berlayar di Pamor Badik (1994)
Analisis Puisi:
Puisi "Selalu Laut" karya D. Zawawi Imron menyajikan refleksi mendalam mengenai konsep laut sebagai metafora untuk eksistensi dan perjalanan hidup. Dengan gaya bahasa yang kaya akan simbolisme dan imaji, puisi ini menggambarkan hubungan antara manusia dan laut, serta implikasi dari elemen air dalam pengalaman emosional dan spiritual.
Simbol Laut sebagai Metafora
Laut dalam puisi ini berfungsi sebagai metafora yang menyatukan berbagai elemen kehidupan dan eksistensi. Laut di sini bukan hanya fisik tetapi juga simbolis, mewakili asal mula, perjalanan, dan akhir dari kehidupan.
- "Mengapa selalu laut / yang kusebut dalam nyanyian?": Pertanyaan ini menunjukkan ketergantungan dan keterikatan penyair pada laut sebagai simbol utama dalam kehidupannya.
Roh dan Eksistensi
Penyair menggambarkan dirinya seperti ikan yang berenang tanpa rumah, menunjukkan ketidakpastian dan perasaan terombang-ambing dalam perjalanan hidup. Laut menjadi tempat yang mencerminkan status spiritual dan emosional.
- "Dalam kabut yang gelap / kulihat rohku seperti ikan / yang berenang tak punya rumah.": Ini mencerminkan perasaan kebingungan dan kehilangan arah, serta ketergantungan pada laut sebagai cerminan dari kondisi batin.
Air sebagai Elemen Awal dan Akhir
Air, dalam puisi ini, diartikan sebagai elemen yang meliputi awal dan akhir perjalanan, serta konflik yang ada dalam sajak atau kehendak penyair.
- "Hanya air / asal mula dan akhir perjalanan": Air di sini mencerminkan siklus kehidupan dan konflik yang terjadi dalam perjalanan tersebut, yang terus-menerus ditiru oleh ombak.
Hujan dan Akar Bahar
Hujan yang sesekali gemuruh dan tarian akar bahar di sela ranting sukma menggambarkan interaksi antara elemen alam dan kondisi emosional penyair. Hujan dan akar bahar menambah dimensi kealamian dan spiritual dalam puisi.
- "Dan hujan yang sesekali gemuruh / mengajak akar bahar menari / di sela-sela ranting sukmaku.": Ini menunjukkan hubungan antara kondisi eksternal (hujan) dengan kondisi internal (sukma) dan bagaimana keduanya saling berinteraksi dalam proses kehidupan.
Kehilangan dan Kesunyian
Akhir puisi menyoroti bagaimana segala sesuatu, termasuk perasaan dan pengalaman, akhirnya mengalir dan menghilang, menyisakan kesunyian dan kode-kode yang hanya bisa dipahami secara mendalam.
- "Segalanya pun pergi / Diam mengalir menabur sandi.": Menggambarkan perasaan kehilangan dan bagaimana pengalaman-pengalaman serta perasaan menyusut dan menghilang, menyisakan kesunyian dan misteri.
Puisi "Selalu Laut" karya D. Zawawi Imron adalah eksplorasi mendalam tentang laut sebagai metafora untuk kehidupan dan eksistensi. Laut melambangkan siklus kehidupan, ketidakpastian, dan perjalanan spiritual yang dialami penyair. Dengan penggunaan simbolisme dan imaji yang kuat, puisi ini menyampaikan perasaan kebingungan, ketergantungan, dan interaksi antara elemen eksternal dan internal. Hujan dan akar bahar menambah dimensi kealamian dan spiritual yang mendalam, sementara akhir puisi menyoroti perasaan kehilangan dan kesunyian. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang hubungan mereka dengan elemen alam dan bagaimana hal tersebut mencerminkan kondisi batin dan perjalanan hidup mereka.
Puisi: Selalu Laut
Karya: D. Zawawi Imron
Biodata D. Zawawi Imron:
- D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.