Puisi: Ladrang Buram Solo Bengawan (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Ladrang Buram Solo Bengawan" karya Diah Hadaning menggambarkan sungai Bengawan Solo sebagai metafora dari kehidupan, sejarah, dan perubahan ...
Ladrang Buram Solo Bengawan

Sungai panjang kali bengawan
telah jadi kerut lelaki tua
perahu-perahu sarat tembang kehidupan
telah jadi sejarah terlipat dalam
kenangan anak-anak kota
tumbuh oleh kemas peradaban
tumbuh 'biakkan jasa dan dosa
orang-orang bersaksi terus berjalan
anak-anak hadir lupa kapan lahir
barangkali dewasa oleh asuhan angin
barangkali arif oleh balada tua
dan rembulan hilang dari bengawan
lelaki tua bicara ada kegetiran:
keluhkanlah lewat tembang
pahit manis kehidupan
limbah-limbah kini di bengawan
bocah-bocah kini telah lupa kail mainan
menandak-nandak tanpa mengerti
irama baru menghentak negeri
semusim ke semusim - ya dhenok
hijaukan saja jiwamu
jika tak bisa hijaukan bantaranmu.

Bogor, April 1992

Analisis Puisi:

Puisi "Ladrang Buram Solo Bengawan" karya Diah Hadaning menggambarkan sungai Bengawan Solo sebagai metafora dari kehidupan, sejarah, dan perubahan dalam masyarakat.

Gambaran Sungai Bengawan Solo: Penyair menggambarkan Sungai Bengawan Solo sebagai sebuah entitas hidup yang telah menjadi tua dan kerut, mirip dengan seorang lelaki tua. Ini menciptakan gambaran visual yang kuat tentang sungai sebagai simbol perjalanan panjang kehidupan dan sejarah yang telah dilewati.

Perahu-Perahu Sarat Tembang Kehidupan: Perahu-perahu yang sarat dengan tembang kehidupan mewakili berbagai pengalaman dan cerita yang telah terjadi di sepanjang sungai. Ini mencerminkan keragaman dan kompleksitas kehidupan masyarakat yang terekam dalam sejarah sungai.

Kenangan Anak-Anak Kota: Kenangan anak-anak kota tentang sungai Bengawan Solo mencerminkan bagaimana sungai itu telah menjadi bagian integral dari kehidupan mereka. Sungai menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa dan pengalaman yang membentuk karakter dan identitas masyarakat.

Tema Perubahan dan Perjalanan Waktu: Puisi ini menyentuh tema perubahan dan perjalanan waktu dengan menyoroti bagaimana sungai dan kehidupan di sekitarnya telah berubah seiring berjalannya waktu. Hal ini tercermin dalam gambaran limbah-limbah yang kini mengotori sungai, serta perubahan perilaku dan pandangan anak-anak terhadap sungai.

Pesan Moral: Penyair menyampaikan pesan moral tentang pentingnya menjaga lingkungan dan memahami nilai-nilai sejarah serta menghargai warisan budaya. Ini tercermin dalam nasihat kepada sang sungai, "hijaukan saja jiwamu / jika tak bisa hijaukan bantaranmu", yang mengajak untuk merawat dan melestarikan keberadaan sungai serta lingkungannya.

Puisi "Ladrang Buram Solo Bengawan" karya Diah Hadaning adalah pengamatan yang dalam tentang Sungai Bengawan Solo sebagai simbol kehidupan dan sejarah. Dengan bahasa yang kuat dan gambaran yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan perubahan zaman, menjaga lingkungan, dan menghargai nilai-nilai sejarah.

"Puisi: Ladrang Buram Solo Bengawan (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Ladrang Buram Solo Bengawan
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.