Puisi: Pohon Cemara (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Pohon Cemara" karya Joko Pinurbo menghadirkan gambaran yang menggugah tentang perubahan waktu dan simbolisme dalam objek alamiah.
Pohon Cemara

Di depan rumahmu ia betah berjaga mengawal sepi,
dari jauh terlihat tenang dan tinggi.
Jaman berubah cepat, andaikan nasib bisa diralat,
dan pohon cemara masih saja serindang mimpi.

Pada dahannya masih tergantung sepotong celana:
gambar panah di pantat kanan, gambar hati
di pantat kiri; dicumbu angin ia menari-nari.

Burung bulan suka bersarang di ranting-rantingnya,
bulunya berhamburan di tangkai-tangkainya.

Aku pulang di malam yang tak kau duga.
Halo, itu celana kok sudah beda pantatnya:
panah telah patah, hati telah berdarah;
darahnya kau simpan di botol yang tak mudah pecah.

2005

Sumber: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (2016)

Analisis Puisi:

Puisi "Pohon Cemara" karya Joko Pinurbo menghadirkan gambaran yang menggugah tentang perubahan waktu dan simbolisme dalam objek alamiah.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah tentang keabadian dan perubahan. Pohon cemara digambarkan sebagai simbol kekekalan dan keindahan alam yang tetap berdiri meski zaman terus berubah. Namun, di balik keindahannya, ada juga elemen kehancuran dan kerapuhan yang terungkap melalui simbol-simbol yang digambarkan pada pohon cemara.

Imaji

Joko Pinurbo menggunakan imaji yang kuat untuk menggambarkan pohon cemara dan objek-objek yang melingkupinya. Misalnya, gambaran "gambar panah di pantat kanan, gambar hati di pantat kiri" menciptakan citra tentang transformasi dan jejak sejarah yang tertinggal pada pohon tersebut. Imaji burung bulan yang bersarang di ranting pohon juga menambahkan dimensi keindahan alam dan kedamaian yang dihadirkan oleh pohon cemara.

Suasana dan Nuansa

Suasana dalam puisi ini terasa melankolis dan introspektif, dengan nuansa nostalgia terhadap masa lalu dan penerimaan akan perubahan yang terjadi. Penggunaan bahasa yang mengalir dan puitis mengundang pembaca untuk merenungkan makna-makna yang tersembunyi di balik gambaran alamiah yang digambarkan.

Bahasa dan Gaya Bahasa

Gaya bahasa Joko Pinurbo cenderung lugas dan kreatif, dengan penggunaan kata-kata yang sederhana namun memuat makna mendalam. Kata-kata seperti "dan pohon cemara masih saja serindang mimpi" mengekspresikan keindahan dan keabadian dalam ungkapan yang sederhana namun padat makna.

Makna Simbolis

Secara simbolis, puisi "Pohon Cemara" dapat diartikan sebagai representasi tentang keindahan alam dan keabadian, namun juga tentang kerapuhan dan perubahan yang tak terhindarkan dalam kehidupan. Celana yang digambarkan dengan panah patah dan hati berdarah menggambarkan sisi-sisi kemanusiaan dan kelemahan yang tersembunyi di balik keindahan dan kekekalan alam.

Puisi "Pohon Cemara" karya Joko Pinurbo mengajak pembaca untuk merenungkan tentang keindahan alam dan kompleksitas kehidupan manusia. Dengan imaji yang kuat, bahasa yang kreatif, dan makna simbolis yang dalam, puisi ini berhasil menyampaikan pesan universal tentang waktu, keabadian, dan perubahan yang melanda semua yang hidup.

Puisi: Pohon Cemara
Puisi: Pohon Cemara
Karya: Joko Pinurbo

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.