Puisi: Mengukir Tubuhmu (Karya Acep Zamzam Noor)

Puisi Mengukir Tubuhmu karya Acep Zamzam Noor tidak hanya berbicara tentang cinta dalam konteks fisik, tetapi juga menjelajahi kedalaman emosi dan ...
Mengukir Tubuhmu

Duabelas jam aku mengukir tubuhmu
Menjadi hujan. Tubuhmu menaburkan sunyi
Yang terpendam di belantara ingatan
Tubuhmu sulur-sulur air yang tak henti
Mengalirkan gairah dan kegelisahan

Dua belas jam aku membendungmu
Dengan ciuman. Tubuhmu menjelma sungai
Yang meluap dari balik kegelapan
Tubuhmu gelombang yang menyeretku
Ke tengah lautan penciptaan.

2003

Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007)

Analisis Puisi:

Puisi Mengukir Tubuhmu karya Acep Zamzam Noor merupakan karya yang sarat dengan simbolisme dan keindahan bahasa. Dalam puisi ini, penulis mengeksplorasi tema cinta dan keintiman melalui penggambaran fisik tubuh, dengan memanfaatkan unsur alam untuk melambangkan perasaan yang mendalam.

Simbolisme Waktu

Pembukaan puisi dengan frasa “Duabelas jam aku mengukir tubuhmu” menunjukkan proses yang tidak terburu-buru dan sangat mendalam. Dua belas jam menjadi simbol dari keterlibatan emosional dan fisik yang intens. Waktu yang dihabiskan untuk “mengukir” tubuh seseorang menandakan bahwa ini bukan sekadar tindakan fisik, melainkan juga proses menciptakan kenangan dan pengalaman bersama.

Tubuh sebagai Medium Ekspresi

Penggunaan tubuh dalam puisi ini sangat kuat. Tubuh diibaratkan sebagai “hujan” yang “menaburkan sunyi” dan sebagai “sungai” yang mengalir. Ini menggambarkan bahwa tubuh tidak hanya berfungsi sebagai objek fisik, tetapi juga sebagai sarana untuk menyampaikan perasaan dan emosi. Dalam konteks ini, keintiman antara dua individu menjadi perjalanan emosional yang mengalir dan berkelanjutan.

Gairah dan Kegelisahan

Penulis menggambarkan tubuh dengan istilah “sulur-sulur air” yang menciptakan kesan bahwa ada aliran gairah dan kegelisahan yang terus mengalir. Ini menandakan bahwa cinta dan hubungan itu sendiri seringkali membawa campuran emosi—antara keinginan dan kecemasan. Gairah yang dimaksud bukan hanya bersifat fisik, tetapi juga emosional, menciptakan ketegangan yang memperkuat kedalaman pengalaman cinta.

Konflik antara Kegelapan dan Cahaya

Frasa “meluap dari balik kegelapan” menciptakan kontras yang menarik antara kegelapan dan cahaya. Dalam konteks ini, tubuh yang mengalir sebagai sungai dari kegelapan menjadi simbol bahwa cinta bisa muncul dari pengalaman-pengalaman yang sulit. Ini menggambarkan bagaimana hubungan dapat membawa seseorang keluar dari kegelapan menuju keindahan dan penciptaan, memperlihatkan kekuatan cinta dalam mengatasi rintangan.

Metafora Lautan dan Gelombang

Penutupan puisi dengan “Tubuhmu gelombang yang menyeretku ke tengah lautan penciptaan” memperkuat gambaran cinta sebagai sesuatu yang sangat luas dan mendalam. Lautan melambangkan ketidakterhinggaan, misteri, dan juga tantangan. Gelombang yang “menyeret” menunjukkan bagaimana cinta dapat membawa seseorang ke dalam pengalaman yang lebih besar, mengubah cara pandang dan merangkul seluruh aspek kehidupan.

Puisi Mengukir Tubuhmu karya Acep Zamzam Noor tidak hanya berbicara tentang cinta dalam konteks fisik, tetapi juga menjelajahi kedalaman emosi dan pengalaman yang terkait dengannya. Melalui simbolisme waktu, tubuh, dan unsur alam, puisi ini menggambarkan bagaimana cinta dapat menjadi medium untuk penciptaan, penghayatan, dan pengungkapan diri. Cinta di dalam puisi ini adalah sebuah proses yang berkelanjutan, di mana setiap detik dan setiap sentuhan mengukir kenangan dan membentuk perjalanan bersama yang tak terlupakan. Dengan bahasa yang puitis dan imajinatif, Acep Zamzam Noor berhasil menyampaikan betapa intim dan mendalamnya hubungan antara dua jiwa yang saling mengisi.

Acep Zamzam Noor
Puisi: Mengukir Tubuhmu
Karya: Acep Zamzam Noor

Biodata Acep Zamzam Noor:
  • Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
  • Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.
© Sepenuhnya. All rights reserved.