Analisis Puisi:
Puisi "Demokrasi" karya Taufiq Ismail adalah kritik sosial yang dituangkan dalam bahasa yang khas dan gaya yang menggelitik. Puisi ini mencerminkan perasaan dan ketidakpuasan penulis terhadap sistem politik dan demokrasi di Indonesia.
Kritik Terhadap Orasi dan Ketidakadilan: Puisi ini dimulai dengan menggambarkan ketidakpuasan penulis terhadap orasi yang terlalu ngotot dan mendominasi. Penulis merasa bahwa suara dan pendapat mereka diabaikan dan tidak didengarkan dengan baik, sehingga muncul perasaan tidak diakui dan tidak adil.
Kritik Terhadap Demokrasi di Indonesia: Puisi ini mengandung kritik terhadap sistem politik dan demokrasi di Indonesia. Penulis menyiratkan bahwa demokrasi di Indonesia tidak berfungsi dengan baik dan telah mengalami kegagalan dalam beberapa aspeknya. Penggunaan bahasa yang khas dan pengolahan kata-kata yang menarik seperti "mbok yo sing sabar" dan "sutan baa ko ka ditaruihkan juo barang" mencerminkan ketidakpuasan penulis terhadap sistem politik yang ada.
Perbandingan dengan Masa Lalu: Penulis juga membandingkan masa lalu dengan situasi sekarang. Ia menyatakan bahwa "demokrasi terpimpin" dan "demokrasi pancasila" yang ada saat ini masih serupa dengan masa lalu yang "indak manjalankan" atau tidak berjalan dengan baik.
Peringatan tentang Ancaman Diktatorisme: Penulis memberikan peringatan tentang ancaman diktatorisme atau penguasa tunggal yang dapat mengambil alih kekuasaan dalam sistem demokrasi yang bermasalah. Ia mengajukan pertanyaan retoris apakah "demokrasi" yang ada sekarang sebenarnya berjalan menuju sistem yang lebih otoriter atau diktator.
Bahasa Khas dan Penggunaan Kata-Kata Menggelitik: Gaya bahasa dalam puisi ini sangat khas dan menyajikan ungkapan-ungkapan yang menggelitik dan menyentuh perasaan. Hal ini memberikan daya tarik tersendiri bagi pembaca dan meningkatkan efek dari kritik sosial yang ingin disampaikan.
Puisi "Demokrasi" karya Taufiq Ismail adalah kritik sosial yang kuat terhadap sistem politik dan demokrasi di Indonesia. Penulis menggambarkan ketidakpuasan dan kekecewaan terhadap kondisi politik yang ada, serta mengungkapkan perasaan tidak diakui dan tidak adil terhadap suara dan pendapat mereka. Penggunaan bahasa khas dan gaya yang menggelitik meningkatkan daya tarik puisi ini sebagai sebuah karya sastra yang mengajak pembaca untuk merenungkan situasi politik dan demokrasi di Indonesia.
Karya: Taufiq Ismail
Biodata Taufiq Ismail:
- Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
- Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.