Puisi: Suara (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Suara" karya Taufiq Ismail menggambarkan keindahan alam, ketenangan, dan kehadiran spiritual. Dengan bahasa yang kaya akan imaji dan suara ....
Suara

Deretkan awan, pelangi, dengan rambutmu merah-ungu
Taburkan pelan, pelangi, sepanjang lengkung lenganmu
Panorama yang kemarau teramat kering
Daunan berjuta. Angin menjadi hening

Tiada terasa lagi di mana suara memanggil-manggil
Tiada suara lagi betapa cahaya makin mengecil
Pohon-pohon redup dan berbunga di bukit dan pesisir
Kemarauku siang, dinginku malam yang menggigil

Di sanalah dia bersimpuh, bulan yang tua dan setia
Ketika langit seolah menutup dan kau amat pucat
Di hutan selatan cahayamu pelan berlinangan
Melintas jua ke ambang pasar, pada bayang-bayang jambatan

Tiada terasa lagi dimana cahaya berhenti mengalir
Tiada bintik lagi ketika bintang dalam fajar
Dan pada pilar-pilar langit
Awan pun bersandar

Di sanalah kau bersimpuh, bulan yang tua dan setia
Setiap terasa lagi suara memanggil-manggil
Pada pilar-pilar langit. Di puncak-puncaknya
Suara Engkau yang merdu
Suara sepi yang biru.

1965

Sumber: Tirani dan Benteng (1993)

Analisis Puisi:

Puisi "Suara" karya Taufiq Ismail adalah sebuah karya yang menggambarkan keindahan alam, ketenangan, dan kehadiran spiritual. Dengan bahasa yang kaya akan imaji dan suara yang indah, puisi ini membangun suasana yang puitis dan mendalam.

Keindahan Alam: Puisi ini dimulai dengan gambaran panorama alam yang memukau, seperti awan, pelangi, dan rambut merah-ungu. Imaji-imaji alam ini menciptakan gambaran tentang keindahan alam yang mempesona dan menginspirasi. Namun, suasana kemarau yang kering juga menciptakan kontras yang menarik, menunjukkan keberagaman alam dalam segala musim.

Ketenangan dan Hening: Puisi ini menggambarkan suasana hening dan ketenangan yang terjadi ketika suara-suaranya menghilang. Keheningan ini menciptakan ruang untuk refleksi dan kontemplasi, memungkinkan individu untuk meresapi keindahan alam dengan lebih dalam.

Kehadiran Spiritual: Dalam puisi ini, bulan dianggap sebagai sosok yang tua dan setia, yang hadir dalam kegelapan dan kesendirian. Kehadiran bulan menciptakan rasa kehadiran spiritual yang menenangkan, memberikan penghiburan dan kekuatan pada saat-saat sulit.

Suara yang Merdu dan Biru: Puisi ini menggambarkan suara yang memanggil-manggil dan merdu, yang terdengar di puncak-puncak langit. Suara ini memiliki konotasi spiritual, menciptakan hubungan antara alam dan kehadiran Ilahi. Suara ini juga dianggap sebagai suara sepi yang biru, menyoroti ketenangan dan keindahan dalam kesunyian.

Puisi "Suara" adalah sebuah puisi yang menggambarkan keindahan alam, ketenangan, dan kehadiran spiritual. Dengan bahasa yang puitis dan imaji yang kuat, Taufiq Ismail berhasil menciptakan sebuah karya yang mengajak pembaca untuk merenungkan tentang hubungan antara alam dan kehidupan spiritual. Puisi ini menghadirkan suasana yang mendalam dan menggugah, menciptakan ruang untuk kontemplasi dan refleksi atas keajaiban alam dan kehadiran Ilahi.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Suara
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.