Sumber: Berlayar di Pamor Badik (1994)
Analisis Puisi:
Puisi "Tanah Wajo" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya yang mendalam dan reflektif yang mengeksplorasi hubungan antara identitas pribadi, sejarah, dan tempat. Melalui bahasa yang puitis dan simbolis, puisi ini menyampaikan rasa kerinduan dan kedekatan dengan tanah kelahiran, serta menjelajahi tema-tema sejarah dan budaya.
Jeram Langit dan Aroma Bulan
Puisi ini dimulai dengan sebuah pertanyaan retoris yang menggugah, "Siapa yang telah menyuarakan jeram dari langit itu?" yang langsung membawa pembaca ke suasana yang penuh misteri dan keindahan. Aroma bulan dan embun pagi melambangkan awal hari baru yang dipenuhi dengan kenangan dan harapan.
- "Aroma bulan yang semalam menepuk laut / mengemasi embun di pundak pagi": Menunjukkan hubungan yang dalam antara alam dan emosi, di mana bulan dan embun pagi menjadi metafora untuk kenangan dan perasaan yang menyelimuti hari baru.
Pencarian Identitas di Tanah Kelahiran
Penulis menyampaikan pencarian identitas dalam konteks tanah kelahiran, "Kucari Wajo dalam diri". Wajo di sini merujuk pada tanah kelahiran penulis, yang berfungsi sebagai simbol bagi identitas dan akar budaya.
- "Gairah bertabur ke lembah-lembah / Gema sejarah yang mulai senyap": Menunjukkan bahwa pencarian identitas tidak hanya berkisar pada aspek pribadi tetapi juga melibatkan sejarah dan budaya yang ada di tanah kelahiran.
Simbolisme Alam dan Sejarah
Puisi ini menggambarkan hubungan antara alam dan sejarah, dengan "burung-burung berhinggapan di pohon sukma" dan "daun-daun lontara" yang menambahkan dimensi budaya dan sejarah pada karya ini. Sukma dan lontara adalah elemen budaya yang menandai kekayaan warisan budaya Wajo.
- "Kucari Wajo dalam diri / (tanah kelahiran badikku)": Menghubungkan pencarian identitas dengan tanah kelahiran, menekankan pentingnya akar budaya dan sejarah dalam membentuk siapa kita.
Wajo sebagai Simbol Waktu dan Identitas
Wajo digambarkan sebagai entitas yang hidup dan dinamis, meskipun "makin tua, makin purba", namun tetap "bagaikan remaja yang gagah". Ini melambangkan bahwa meskipun Wajo memiliki sejarah yang panjang dan banyak perubahan, ia tetap memiliki energi dan kekuatan yang segar.
- "menari sambil menabuh mentari jadi genderang": Menggambarkan bagaimana Wajo tetap aktif dan hidup dalam konteks budaya dan sejarah, dengan mentari sebagai simbol kekuatan dan vitalitas.
Simbolisme dan Makna
- Jeram Langit dan Aroma Bulan: Menandakan perasaan mendalam dan hubungan spiritual dengan alam. Langit dan bulan menjadi simbol dari kenangan dan emosi yang tidak terlihat namun sangat mempengaruhi perasaan dan pikiran.
- Pohon Sukma dan Daun Lontara: Menjadi simbol dari budaya dan sejarah. Pohon sukma melambangkan jiwa dan warisan budaya, sementara daun lontara merupakan simbol dari sejarah dan pengetahuan yang mendalam.
- Wajo: Sebagai tanah kelahiran dan simbol identitas pribadi serta sejarah. Meskipun Wajo mengalami perubahan dan waktu berlalu, ia tetap menjadi pusat dari pencarian identitas dan akar budaya.
- Mentari dan Genderang: Simbol dari energi, kekuatan, dan vitalitas. Menunjukkan bagaimana Wajo tetap hidup dan bersemangat meskipun dengan sejarah dan masa lalu yang panjang.
Puisi "Tanah Wajo" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah eksplorasi yang mendalam tentang identitas, sejarah, dan hubungan dengan tanah kelahiran. Dengan bahasa yang puitis dan simbolis, puisi ini menggambarkan bagaimana tanah kelahiran berfungsi sebagai pusat dari pencarian identitas dan bagaimana sejarah serta budaya membentuk siapa kita. Melalui simbolisme alam dan warisan budaya, puisi ini menekankan pentingnya memahami dan menghargai akar budaya kita sebagai bagian dari perjalanan identitas pribadi.
Puisi: Tanah Wajo
Karya: D. Zawawi Imron
Biodata D. Zawawi Imron:
- D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.