Puisi: Surat Ricarda Huch (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Surat Ricarda Huch" karya Taufiq Ismail mengingatkan kita akan pentingnya keberanian moral dan kesadaran kolektif dalam perjuangan melawan ...
Surat Ricarda Huch (9 April 1933)
Kepada Presiden Akademi Kesenian & Ilmu Pengetahuan, Prusia


Tuan Presiden yang terhormat,
Terhadap pengangkatan saya sebagai anggota Akademi
Seyogyanyalah saya ucapkan terima kasih
Namun nampaknya di sini perlu dijelaskan
Saya tak dapat mengabulkan kehendak Tuan

Bahwasanya seorang Jerman adalah seorang Jerman
Bahwa pakalannya, siul lagaknya
Siul dan lagak Jerman
Adalah wajar dan layak
Tetapi, apakah makna Jerman
Dan betapa sikap Jerman
Beragam adanya pendapat dan jawaban
Apa yang diucapkan sebagai kesadaran nasional
Dewasa ini. Ialah sentralisasi, paksaan-paksaan
Cara-cara tak berkeadaban. Seribu fitnahan
Terhadap siapa yang memiliki pikiran
Lain. Dan jiwa yang habis-habisan onani!
Wahai kesombongan dan pemujian diri sendiri
Di depan bentangan peta bumi

Akademi mengatakan tak ada rintangan
Pada pendapat yang berkebebasan
Tapi semua radio, majalah dan koran
Senyap sunyi dari luasan opini
Hingar-bingar oleh tunggal opini

Sikap Jerman dewasa ini, ialah
Bahana malapetaka

Jermanku. Saya mengenalmu
Terbuka, jujur dan sopan
Tapi sorak pemerintah
Sorak histeris orang-orang super-nasionalis
Setiap engkau lewat di berbagai jalanan
Dalam pawai panji mengusungi slogan demi slogan
Saya bertanya ragu: betulkah engkau itu

Demikianlah. Terhadap keadaan begini
Yang meminta kesanggupan menyesuaikan diri
Maka, Tuan Presiden Akademi
Kesanggupan itu tak ada pada saya
Ini akan dimaklumi mereka yang kenal saya pribadi
Atau pembaca buku-buku saya

Bersama ini saya menyatakan diri
Keluar dari Akademi.

1965

Surat Ricarda Huch (Masa Perang 4 November 1941)
Kepada Uskup dari Munster, Pangeran Von Galen

Uskup yang mulia, jika saya
Yang tidak Tuan kenal dan asing
Saya menulis surat ini, adalah
Sebagai rasa terima kasih dan hormat
Pada Tuan

Pada bangsa kita selama
Tahun-tahun terakhir ini
Ada hal yang paling getir keadaannya
Kehilangan hak kemanusiaan
Lenyapnya rasa kemanusiaan
Dan di bawah kelabu mendung ini
Tuan Uskup telah berdiri
Menentang pengagung-agungan kezaliman
Dan tegak di pihak korban
Terang-terangan
Rupanya masih ada kesadaran bahwa
Tuntutan bersih suara hati
Lebih bernilai dari

Sejuta tepukan tangan
Wahai. Semoga Tuan akan merasa gembira
Bahwa banyak orang-orang lainnya
Terikat Tuan hati dan kalbu mereka
Walau tak terucapkan, tak bersuara
Sudilah kiranya Tuan menganggap saya
Dari orang-orang banyak itu, sebagai
Satu suara.

1965

Sumber: Tirani dan Benteng (1993)

Analisis Puisi:

Puisi "Surat Ricarda Huch" karya Taufiq Ismail merupakan sebuah karya yang berangkat dari surat asli yang ditulis oleh Ricarda Huch, seorang penulis dan sejarawan Jerman, kepada Presiden Akademi Kesenian & Ilmu Pengetahuan Prusia dan Uskup dari Munster, Pangeran Von Galen. Melalui surat ini, Huch mengungkapkan sikap dan pendiriannya terhadap situasi politik dan sosial yang terjadi di Jerman pada masa itu.

Tema Utama

  • Perlawanan terhadap Ketidakadilan: Puisi ini menggambarkan sikap perlawanan Ricarda Huch terhadap rezim Nazi yang menerapkan sentralisasi dan paksaan yang tidak berkeadaban. Huch menolak menjadi bagian dari Akademi karena tidak ingin menyesuaikan diri dengan praktik-praktik yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
  • Keberanian Moral: Surat ini menunjukkan keberanian moral Huch untuk berdiri melawan arus utama dan mengungkapkan pendapatnya meskipun berisiko besar. Ia memilih untuk tetap setia pada nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan, bahkan ketika harus menghadapi tekanan dari pemerintah dan masyarakat.
  • Kritik terhadap Nasionalisme Ekstrem: Puisi ini mengkritik nasionalisme ekstrem yang ditampilkan oleh rezim Nazi, yang mengagung-agungkan kekuasaan dan kezaliman. Huch menentang pengagungan diri sendiri dan sorak histeris yang dipaksakan kepada masyarakat.

Teknik Sastra

  • Epistolaritas: Puisi ini berbentuk surat, yang memberikan kesan personal dan langsung dari penulis kepada penerima. Bentuk ini memungkinkan ekspresi yang mendalam dan jujur dari perasaan dan pemikiran Huch.
  • Bahasa yang Tegas dan Jelas: Bahasa yang digunakan Huch dalam suratnya sangat tegas dan jelas, tanpa eufemisme. Ini memperkuat pesan moral dan kritik sosial yang ingin disampaikan, menunjukkan keteguhan pendiriannya.
  • Kontras: Puisi ini menggunakan kontras antara "kesadaran nasional" yang dipaksakan oleh rezim dan pandangan pribadi Huch tentang Jerman yang sebenarnya terbuka, jujur, dan sopan. Kontras ini menyoroti perbedaan besar antara ideologi resmi dan nilai-nilai kemanusiaan.

Interpretasi

  • Perlawanan sebagai Tindakan Moral: Surat Huch menunjukkan bahwa perlawanan terhadap ketidakadilan bukan hanya tindakan politik tetapi juga tindakan moral. Ia menolak untuk berkompromi dengan nilai-nilai yang dianggapnya benar, meskipun harus menghadapi konsekuensi pribadi.
  • Keberanian Individu dalam Menghadapi Rezim Totaliter: Huch menunjukkan bahwa individu memiliki kekuatan untuk berdiri melawan rezim totaliter. Meskipun suara individu mungkin tampak kecil, namun dengan keberanian moral, mereka dapat membuat perbedaan dan menjadi simbol perlawanan.
  • Kesadaran Kolektif dan Dukungan Moral: Surat kedua kepada Uskup Von Galen menunjukkan bahwa Huch menyadari adanya kesadaran kolektif dan dukungan moral dari orang-orang yang sependapat dengannya. Ini menunjukkan bahwa meskipun banyak yang terdiam, ada dukungan moral yang kuat terhadap perjuangan melawan ketidakadilan.
Puisi "Surat Ricarda Huch" karya Taufiq Ismail adalah refleksi yang kuat tentang perlawanan terhadap ketidakadilan dan keberanian moral individu dalam menghadapi rezim totaliter. Melalui teknik epistolaritas dan bahasa yang tegas, puisi ini mengungkapkan sikap dan pendirian Ricarda Huch yang menolak menyesuaikan diri dengan praktik-praktik yang tidak berkeadaban. Kritik terhadap nasionalisme ekstrem dan penekanan pada nilai-nilai kemanusiaan menjadikan puisi ini relevan sebagai pelajaran moral dan sosial. Puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya keberanian moral dan kesadaran kolektif dalam perjuangan melawan ketidakadilan dan penindasan.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Surat Ricarda Huch
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.