Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Telegram Gelap Persetubuhan (Karya Dorothea Rosa Herliany)

Puisi "Telegram Gelap Persetubuhan" karya Dorothea Rosa Herliany menyajikan pandangan yang tajam tentang cinta, keputusasaan, dan kekerasan.
Telegram Gelap Persetubuhan

Kukirim telegram cinta, untuk sesuatu yang deras, mengalir ke ubun,
yang ganjil, yang kucari dalam ledakan-ledakan. yang kutemukan
dalam kekecewaan demi kekecewaan.

Kukirim beratus teriakan kecil dalam gelombang tak berpintu.
membentur-bentur dinding dan kesangsian. kuberikan berdesimal
ciuman bimbang. sampai hangat membakar dari mata terpejamku.

Kukirim sebaris telegram cinta: lewat lelehan keringat dan
dengus nafas liarku. yang menyisakan sebaris kalimat bisu
dalam gelembung racun kebencian.
dan setelah itu kutulis cerita cabul yang memualkan,

tentang seekor kelinci lemah berbaju gumpalan daging
dalam sederet langkah "the man with the golden gun."
kukirim ke alamat persetubuhan paling dungu.

Mengapa kaukutuk kesenangan kecil ini. sambil kau sembunyikan
lolongan anjing dan ringkik kuda sembrani dalam berhalaman kitab
atau berbaris grafiti di dinding luar menara.

Diamlah dalam kelangkangku, lelaki.
sebelum kaukutuk sebagian fragmen dalam cermin bekumu,
sebelum aku menjadi pemburu sejati: untuk membidikkan panah
yang kurendam racun beratus ular berbisa.
dan kibas jariku melemparkan bangkaimu
ke lubuk senyum nikmatku paling dungu.

Februari, 2000

Sumber: Kill the Radio (2001)

Analisis Puisi:

Puisi "Telegram Gelap Persetubuhan" karya Dorothea Rosa Herliany adalah karya yang kompleks dan penuh makna. Dengan bahasa yang intens dan simbolisme yang mendalam, puisi ini menyajikan pandangan yang tajam tentang cinta, keputusasaan, dan kekerasan. Melalui metafora dan citra yang kuat, Dorothea mengeksplorasi tema-tema berat dengan gaya yang khas.
  • Telegram Cinta dan Ledakan-Ledakan: Puisi dimulai dengan ungkapan pengiriman "telegram cinta," yang merupakan metafora untuk ekspresi perasaan yang mendalam. Karya ini mencerminkan keinginan dan pencarian yang intens, diungkapkan melalui "ledakan-ledakan" yang menunjukkan kekacauan emosional. Pencarian ini berlanjut dalam kekecewaan demi kekecewaan, menggambarkan kegagalan untuk menemukan kepuasan dalam cinta atau hubungan.
  • Teriakan Kecil dan Ciuman Bimbang: Ungkapan "beratus teriakan kecil dalam gelombang tak berpintu" menggambarkan perasaan frustrasi dan keputusasaan yang tak terungkapkan, membentur dinding dan kesangsian. Ciuman bimbang yang digambarkan sebagai sesuatu yang "hangat membakar" menekankan keraguan dan ketidakpastian dalam hubungan tersebut. Perasaan ini membakar dan meresap melalui mata yang terpejam, menambah intensitas emosi yang dirasakan.
  • Lelehan Keringat dan Gelembung Racun: Penggunaan "lelehan keringat" dan "dengus nafas liarku" menunjukkan aspek fisik dari pengalaman cinta atau hubungan. Kontras antara "sebaris kalimat bisu" dan "gelembung racun kebencian" menciptakan gambaran tentang bagaimana komunikasi dan ekspresi perasaan dapat terdistorsi atau terhalang oleh kemarahan dan kebencian. Puisi ini mengungkapkan ketidakmampuan untuk menyampaikan cinta secara jelas karena terhalang oleh racun emosi negatif.
  • Cerita Cabul dan Kelinci Lemah: Referensi ke cerita cabul tentang "seekor kelinci lemah berbaju gumpalan daging" dan "the man with the golden gun" menambah dimensi absurditas dan kritik terhadap kekerasan atau eksploitasi. Kelinci sebagai simbol kelemahan dan "gumpalan daging" bisa mencerminkan pandangan sinis terhadap karakter manusia dalam situasi yang penuh kekerasan.
  • Kutukan Kesenangan dan Kekuatan Pengendalian: Pertanyaan retoris "Mengapa kaukutuk kesenangan kecil ini?" mengungkapkan frustrasi terhadap penilaian atau kritik terhadap pengalaman pribadi. "Diamlah dalam kelangkangku, lelaki" mencerminkan kontrol dan dominasi, sedangkan ancaman untuk "membidikkan panah yang kurendam racun beratus ular berbisa" menunjukkan keinginan untuk membalas atau menghukum. Penutup puisi menggambarkan keputusan untuk melemparkan "bangkaimu" ke "lubuk senyum nikmatku paling dungu," menyoroti transisi dari kemarahan dan kekerasan menuju bentuk pemuasan yang sinis.
Puisi "Telegram Gelap Persetubuhan" karya Dorothea Rosa Herliany adalah puisi yang menggali kedalaman perasaan manusia dengan menggunakan simbolisme dan metafora yang kuat. Melalui gambaran yang intens dan bahasa yang penuh warna, Dorothea mengungkapkan tema-tema tentang cinta, kekerasan, dan keputusasaan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang kompleksitas emosi manusia dan tantangan dalam mengungkapkan serta memahami cinta dan hubungan.

Dorothea Rosa Herliany
Puisi: Telegram Gelap Persetubuhan
Karya: Dorothea Rosa Herliany

Biodata Dorothea Rosa Herliany:
  • Dorothea Rosa Herliany lahir pada tanggal 20 Oktober 1963 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Ia adalah seorang penulis (puisi, cerita pendek, esai, dan novel) yang produktif.
  • Dorothea sudah menulis sejak tahun 1985 dan mengirim tulisannya ke berbagai majalah dan surat kabar, antaranya: Horison, Basis, Kompas, Media Indonesia, Sarinah, Suara Pembaharuan, Mutiara, Citra Yogya, Dewan Sastra (Malaysia), Kalam, Republika, Pelita, Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Jawa Pos, dan lain sebagainya.
© Sepenuhnya. All rights reserved.