Puisi: Pelancing Kemalaman (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Pelancing Kemalaman" karya Taufiq Ismail menggambarkan suasana seorang pelancong yang terjebak dalam kesepian di tengah perjalanan malam di ...
Pelancing Kemalaman

Kelenjar yang didarahi lecut angin lorong berisik dalam jantung meramu angan sendiri aspal rengkah musim kemarau di sore lembab dan gerimis pintu-pintu yang bertutupan ada janji pelancong dengan dunia.

Menginap malam di tengah perjalanan sebuah kota yang nyenyak terdingin larut di kaki lima raun peronda kantuknya dilempar ke pangku perempuan malam truk barang lewat raung satu-satu bermata nyalang sepi trotoar mengendapi jantung pelancong yang tambah sepi di los pasar rasanya sejuk mengecil aku tidur mau di sana ah ucap pelancong kecil rasa sejuk mengecil na ada hangat tikar ikan peda semalam ini janji dia dengan bangsal pasar dunianya kemudian dentang-dentang pekayuan di gudang pagi penjaja sayur dan pedati luar kota yang memekak dan pelancong kecil yang menjelajah kutu di celana kumalnya.

Sumber: Kisah (Juli, 1955)

Analisis Puisi:

Puisi "Pelancing Kemalaman" karya Taufiq Ismail menggambarkan suasana seorang pelancong yang terjebak dalam kesepian di tengah perjalanan malam di sebuah kota. Taufiq Ismail, seorang penyair angkatan 1966, dikenal dengan karya-karyanya yang sering mengangkat tema sosial dan kemanusiaan, memotret realitas dengan bahasa yang puitis namun juga lugas. Melalui puisi ini, ia menyajikan gambaran tentang kerinduan, kesepian, dan kegetiran hidup dalam suasana kota yang sunyi.

Kesepian dan Kehampaan di Tengah Perjalanan

"Kelenjar yang didarahi lecut angin lorong berisik dalam jantung meramu angan sendiri aspal rengkah musim kemarau di sore lembab dan gerimis pintu-pintu yang bertutupan ada janji pelancong dengan dunia."

Puisi ini dibuka dengan deskripsi yang menggambarkan suasana jalanan kota yang sepi dan berisik sekaligus. Gambaran tentang angin yang menyapu lorong berisik menunjukkan ketegangan batin si pelancong. Penggunaan frasa seperti “angin lorong berisik” dan “aspal rengkah musim kemarau” memberi kesan kekosongan dan kelelahan.

Penginapan Darurat dan Kehampaan Kota

"Menginap malam di tengah perjalanan sebuah kota yang nyenyak terdingin larut di kaki lima raun peronda kantuknya dilempar ke pangku perempuan malam."

Di bait ini, pelancong digambarkan terdampar di kota asing, menghabiskan malam di kaki lima. Kota yang “nyenyak terdingin” menekankan suasana kota yang dingin dan tak peduli pada kehadiran sang pelancong. Gambar peronda yang melempar kantuknya ke pangku perempuan malam juga menambah kesan kekosongan hidup dan ketidakpedulian sosial.

Kesendirian yang Menghantui

"truk barang lewat raung satu-satu bermata nyalang sepi trotoar mengendapi jantung pelancong yang tambah sepi."

Kehadiran truk yang melintas di malam hari dengan raungan yang kesepian mempertegas suasana sunyi yang dialami pelancong. Trotoar yang sepi dan jantung pelancong yang semakin sunyi menunjukkan betapa dalamnya rasa keterasingan dan keheningan yang menyelimuti dirinya.

Keterasingan di Los Pasar

"di los pasar rasanya sejuk mengecil aku tidur mau di sana ah ucap pelancong kecil rasa sejuk mengecil na ada hangat tikar ikan peda semalam ini janji dia dengan bangsal pasar dunianya."

Bagian ini menggambarkan si pelancong yang berusaha mencari kenyamanan di tempat-tempat yang tak lazim, seperti los pasar. Kehangatan sementara yang ia dapatkan dari tikar ikan peda dan bangsal pasar menyoroti bagaimana pelancong mencoba mencari tempat berlindung di tengah kesendirian, meski hanya sementara.

Suara Pagi yang Mengusir Kesunyian

"kemudian dentang-dentang pekayuan di gudang pagi penjaja sayur dan pedati luar kota yang memekak."

Di bagian akhir, suasana pagi mulai menggantikan kesunyian malam. Dentang-dentang pekayuan dan suara penjaja sayur serta pedati menggambarkan aktivitas pagi yang mulai ramai, tetapi tetap terasa asing bagi pelancong. Aktivitas ini seolah menjadi simbol kebangkitan dari keheningan malam, tetapi tetap tidak memberikan kenyamanan bagi si pelancong.

Keterasingan Pribadi yang Terus Berlanjut

"dan pelancong kecil yang menjelajah kutu di celana kumalnya."

Baris ini memberikan kesan akhir yang pahit. Si pelancong masih terjebak dalam kesendirian dan kotoran yang menjadi bagian dari dirinya, seperti kutu di celana kumal. Ini menggambarkan betapa pelancong masih terperangkap dalam keterasingan, baik secara fisik maupun emosional.

Gaya Bahasa dan Simbolisme

Taufiq Ismail menggunakan bahasa yang kaya akan simbolisme dan imaji yang kuat untuk menggambarkan kesendirian dan keterasingan pelancong. Beberapa elemen penting dari gaya bahasa yang digunakan dalam puisi ini adalah:
  • Penggunaan Metafora dan Simbol: Metafora seperti “kelenjar yang didarahi lecut angin” dan “jantung pelancong yang tambah sepi” menggambarkan perasaan dalam yang dialami oleh pelancong. Simbol-simbol seperti truk barang dan tikar ikan peda berfungsi untuk menciptakan suasana keterasingan dan ketiadaan kenyamanan.
  • Diksi yang Menciptakan Suasana Kelam: Pemilihan kata seperti “kemalaman,” “sepi,” “dingin,” dan “kumal” membantu menciptakan suasana kelam dan sendu yang menyelimuti puisi. Kata-kata ini menguatkan tema kesendirian dan keterasingan.
  • Imaji Sensoris: Taufiq Ismail menggunakan imaji visual dan auditori, seperti suara truk yang meraung dan dentang-dentang pekayuan, untuk membangun atmosfer puisi yang nyata dan terasa.
Puisi "Pelancing Kemalaman" karya Taufiq Ismail adalah sebuah potret yang kuat tentang kesepian dan keterasingan seorang pelancong di tengah kota yang asing. Melalui deskripsi yang detail dan pemilihan kata yang cermat, puisi ini menggambarkan kegetiran hidup yang sering kali tersembunyi di balik hiruk-pikuk kota. Taufiq Ismail berhasil mengemas tema sosial dengan gaya puitis yang memikat, menyentuh perasaan dan memberikan refleksi mendalam tentang kesendirian dalam kehidupan modern. Puisi ini menjadi pengingat bahwa di balik keramaian kota, ada individu-individu yang merasa tersesat dan terasing dalam perjalanan hidup mereka.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Pelancing Kemalaman
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.