Puisi: N.Y. (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "N.Y." karya Taufiq Ismail mengajak pembaca untuk merenungkan kembali makna kehidupan di kota besar dan bagaimana keseimbangan antara ...
N.Y.

Sebelas ribu mil dan rabu
di sini mahal harganya
poster pucat di beton dingin
anak tuan-tuan butuh hijau cemara

dinding kota menjulur
dalam bukit semen dan besi kapur
suara dan cahaya tak terjangkaukan
merembeslah dalam pori-pori sel
panjangnya bayang perigi

anak-anak tumbuh dengan 2 rabu
rabu semen dan rabu cemara

Analisis Puisi:

Puisi “N.Y.” karya Taufiq Ismail adalah sebuah refleksi puitis tentang kehidupan di kota metropolitan yang keras, dingin, dan penuh dengan kontras antara kebutuhan manusia dengan lingkungan perkotaan. N.Y., yang dapat diasumsikan merujuk pada New York, sebagai simbol kota besar, berfungsi sebagai latar yang menggambarkan kehidupan modern dengan segala kemewahan dan kehampaannya. Taufiq Ismail, seorang penyair Indonesia yang kerap mengeksplorasi tema-tema sosial dan kemanusiaan, berhasil menciptakan gambaran yang mencolok tentang kehidupan di kota besar.

Keterasingan dalam Kehidupan Modern:

“Sebelas ribu mil dan rabu / di sini mahal harganya”

Puisi ini dibuka dengan jarak yang sangat jauh, “sebelas ribu mil,” yang menggambarkan keterpisahan fisik dan emosional. Kata “rabu” yang mungkin merujuk pada hari Rabu dalam konteks yang lebih luas, bisa menjadi metafora untuk rutinitas yang membosankan dan berulang, yang menjadi sangat mahal dalam kehidupan kota besar. Kehidupan di kota metropolitan seperti New York tidak hanya jauh secara geografis, tetapi juga jauh dari makna dan kedamaian.

Konflik Antara Alam dan Urbanisasi

“poster pucat di beton dingin / anak tuan-tuan butuh hijau cemara”

Baris ini mencerminkan kontras antara lingkungan urban yang dingin dan keinginan untuk mendekati alam. Poster-poster di dinding beton mencerminkan artifisialitas dan kehampaan kehidupan kota. Sementara itu, anak-anak kota besar, meskipun tumbuh di lingkungan yang serba modern, tetap mendambakan sesuatu yang alami, seperti hijau cemara, sebagai simbol harapan dan keseimbangan alam yang hilang dalam kehidupan mereka.

Tekanan Kehidupan Kota

“dinding kota menjulur / dalam bukit semen dan besi kapur”

Dinding kota yang menjulur melambangkan bagaimana kota besar, dengan bangunan pencakar langitnya, menjebak penghuninya dalam sebuah lingkungan yang serba sempit dan penuh tekanan. Bukit semen dan besi kapur adalah simbol dari dominasi urbanisasi dan materialisme, menunjukkan bagaimana kota ini menghalangi manusia untuk melihat langit yang luas dan hijau alam.

Kehampaan yang Meresap

“suara dan cahaya tak terjangkaukan / merembeslah dalam pori-pori sel”

Suara dan cahaya yang tidak terjangkau menggambarkan kebisingan dan pencahayaan artifisial kota yang meresap ke dalam kehidupan sehari-hari warganya, merusak kenyamanan dan kedamaian batin. Segala yang ada di kota ini seakan merasuki setiap pori-pori, menyimbolkan bagaimana manusia modern menjadi satu dengan teknologi dan kebisingan, kehilangan identitas dan kedamaian batinnya.

Dualitas Kehidupan Anak-anak Kota

“anak-anak tumbuh dengan 2 rabu / rabu semen dan rabu cemara”

Baris ini menegaskan kontras dalam kehidupan anak-anak yang tumbuh di kota besar. “Rabu semen” melambangkan lingkungan urban yang dingin, keras, dan serba mekanis, sementara “rabu cemara” mengisyaratkan keinginan untuk mendekati alam, suasana yang lebih tenang dan alami. Dua kehidupan ini menjadi paradoks yang dihadapi oleh generasi muda, yang terjebak di antara dunia modern yang mendominasi dan kerinduan akan sesuatu yang lebih alami dan murni.

Gaya Bahasa dan Simbolisme

Taufiq Ismail menggunakan gaya bahasa yang kuat dengan banyak simbolisme untuk menggambarkan kehidupan di kota metropolitan. Berikut adalah beberapa elemen penting dari gaya bahasanya:
  • Metafora dan Simbol Kontras: Kontras antara beton dingin dan hijau cemara mencerminkan perbedaan antara kehidupan kota yang artifisial dan kebutuhan alami manusia. Beton dingin dan semen melambangkan kehidupan yang tidak manusiawi dan penuh tekanan, sementara hijau cemara adalah lambang kedamaian dan harapan yang sulit dicapai di tengah kota.
  • Imaji Urban yang Kuat: Gambaran “dinding kota menjulur” dan “bukit semen dan besi kapur” menciptakan visualisasi kota besar yang mendominasi dan menekan. Penggunaan imaji ini berhasil menciptakan suasana yang penuh dengan kelelahan emosional dan fisik.
  • Personifikasi Kehidupan Kota: Penggunaan personifikasi seperti “suara dan cahaya tak terjangkaukan / merembeslah dalam pori-pori sel” menggambarkan bagaimana elemen kota mempengaruhi kehidupan pribadi dan batin manusia. Ini menunjukkan bahwa kota tidak hanya fisik tetapi juga secara emosional menyerap individu ke dalam ritmenya yang sibuk dan menekan.
Puisi "N.Y." karya Taufiq Ismail adalah cerminan yang kuat tentang kehidupan di kota metropolitan yang modern namun penuh dengan keterasingan dan kehampaan. Taufiq Ismail menggunakan berbagai simbol dan gaya bahasa untuk menggambarkan perasaan terasing dan tekanan yang dialami oleh individu di tengah hiruk-pikuk kota besar. Kota metropolitan, dengan segala kemajuan dan kemegahannya, ternyata juga menyimpan rasa sepi dan rindu akan sesuatu yang lebih alami dan manusiawi. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kembali makna kehidupan di kota besar dan bagaimana keseimbangan antara kemajuan dan kebutuhan batin sangat penting untuk mencapai kebahagiaan sejati.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: N.Y.
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.