Puisi: Admiral Padang Gandum (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Admiral Padang Gandum" karya Taufiq Ismail menggambarkan kompleksitas masa kanak-kanak, di mana impian besar sering kali berbenturan dengan ...
Admiral Padang Gandum

tim anak padang gandum
rambutnya perang kusai jerami
tim suka arbei ranum
rengeknya menggayut gaun: mami!

matanya biru warna danau pun biru
dan tim kecil mengintip dari jendela kapal 
demi kapal
merambatlah di cakrawala
dan tim kecil mau jadi nakhoda

terlalu muda anakku sayang
ibu nanti tinggal sendirian
teluk terlalu jauh
anak takut bapa tinggal sendirian

tim jalan tunduk ke ladang,
tangan di sakunya
hati betapa sebal
jerami pun patah-patah
aha begini para lembu jadi kapalnya
tim cilik adalah amiral padang gandum!

Sumber: Mimbar Indonesia (Desember, 1958)

Analisis Puisi:

Puisi "Admiral Padang Gandum" karya Taufiq Ismail adalah sebuah potret masa kanak-kanak yang penuh imajinasi dan keinginan untuk berpetualang. Dalam puisi ini, Taufiq Ismail menggambarkan seorang anak kecil bernama Tim yang bermimpi menjadi seorang nakhoda, meskipun masih terlalu muda untuk mewujudkan impiannya. Melalui puisi ini, Taufiq Ismail tidak hanya menyoroti imajinasi seorang anak, tetapi juga menggambarkan hubungan yang kompleks antara anak dan orang tuanya, serta bagaimana impian dan kenyataan sering kali berjarak.

Imajinasi Seorang Anak

Puisi ini dimulai dengan deskripsi tentang Tim, seorang anak kecil dengan rambut pirang seperti jerami dan mata biru seperti danau. Imajinasi Tim terbang tinggi ketika ia melihat kapal-kapal di cakrawala dan bercita-cita menjadi seorang nakhoda. Ini mencerminkan keinginan anak-anak untuk berpetualang dan meraih impian besar, meskipun kenyataannya mereka masih sangat muda dan belum siap untuk menghadapi tantangan dunia nyata.

Tim kecil yang ingin menjadi nakhoda adalah simbol dari impian besar yang dimiliki oleh banyak anak. Mereka melihat dunia dengan penuh rasa ingin tahu dan berani bermimpi besar, tanpa menyadari sepenuhnya tanggung jawab dan risiko yang datang bersama impian tersebut.

Hubungan dengan Orang Tua

Namun, puisi ini juga menggambarkan keterikatan emosional yang kuat antara anak dan orang tuanya. Dalam baris "terlalu muda anakku sayang, ibu nanti tinggal sendirian," ada perasaan protektif dari ibu Tim yang khawatir akan kehilangan anaknya. Hal ini mencerminkan kekhawatiran yang wajar dari orang tua ketika anak-anak mereka bermimpi besar dan ingin meninggalkan rumah untuk menjelajahi dunia.

Di sisi lain, Tim juga merasakan ketakutan akan meninggalkan ayahnya, seperti terlihat dalam baris "anak takut bapa tinggal sendirian." Ini menunjukkan bahwa meskipun Tim ingin berpetualang, ia masih terikat oleh rasa sayang dan tanggung jawab kepada orang tuanya, sebuah dilema yang sering dialami oleh anak-anak ketika mereka mulai bermimpi besar.

Masa Kanak-Kanak dan Realitas

Bagian akhir puisi ini menggambarkan Tim yang berjalan ke ladang dengan perasaan sebal, sementara jerami patah-patah di bawah kakinya. Adegan ini menggambarkan kekecewaan Tim ketika harus menghadapi kenyataan bahwa ia masih terlalu muda dan belum bisa mewujudkan impiannya menjadi nakhoda. Namun, dalam imajinasinya, Tim tetap menjadi "amiral padang gandum," sebuah gelar yang ia berikan kepada dirinya sendiri sebagai bentuk pemberontakan kecil terhadap keterbatasannya.

Puisi ini adalah cerminan dari bagaimana anak-anak sering kali menciptakan dunia mereka sendiri di mana mereka dapat menjadi apa pun yang mereka inginkan, meskipun kenyataan mungkin tidak mendukung imajinasi mereka. Tim yang menjadi "amiral padang gandum" adalah contoh bagaimana anak-anak menggunakan imajinasi mereka untuk mengatasi batasan-batasan yang ada di dunia nyata.

Puisi "Admiral Padang Gandum" karya Taufiq Ismail adalah puisi yang penuh dengan imajinasi dan emosi. Melalui tokoh Tim, Taufiq Ismail menggambarkan kompleksitas masa kanak-kanak, di mana impian besar sering kali berbenturan dengan kenyataan dan keterikatan emosional dengan orang tua. Puisi ini mengingatkan kita akan betapa berharganya imajinasi dan keberanian untuk bermimpi, meskipun dunia nyata mungkin belum siap menerima impian tersebut.

Taufiq Ismail, dengan kepekaannya yang khas, berhasil menangkap esensi masa kanak-kanak yang penuh dengan keinginan untuk menjelajah dan menjadi sesuatu yang lebih besar, sambil tetap terikat pada cinta dan tanggung jawab kepada keluarga. Puisi "Admiral Padang Gandum" adalah puisi yang menyentuh hati dan menggugah kita untuk merenungkan kembali masa kecil kita dan impian-impian besar yang pernah kita miliki.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Admiral Padang Gandum
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.