Puisi: Jamaah Baytl-Maqdis (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Jamaah Baytl-Maqdis" karya Taufiq Ismail menggambarkan perjalanan malam Nabi Muhammad dan pertemuan para nabi, ...
Jamaah Baytl-Maqdis

Kuda itu telah ditambatkan
                        di luar
Masjid Paling Jauh Ke Utara

    malam pun terselubung
    di atas terjal
                Dinding Al-Buraq
    di atas Bethlehem
                            yang pulas

para nabi dan rasul
dalam waktu yang lebur
    mengelukan
                        lelaki berkuda itu
mereka berpandangan rindu
dan erat berjabat tangan
    dengan nostalgia
mengulurkan titipan tarikhi
                    insan yang semesta

Ibrahim menyilakan lelaki itu
memimpin ibadat shalat
                            dua rakaat
seluruh nabi dan rasul
bersaf-saf dalam jamaat Rohaniat
    meluluh abad demi abad

                dan berangkatlah
                        Muhammad
                         diapit Jibril
                          dan Mikail

1966

Sumber: Horison (September, 1968)

Analisis Puisi:

Puisi "Jamaah Baytl-Maqdis" karya Taufiq Ismail menggambarkan momen penting dalam tradisi Islam, yaitu perjalanan malam Nabi Muhammad (Isra dan Mi'raj) dan pertemuan para nabi dalam suatu ibadah yang penuh makna. Puisi ini menawarkan sebuah refleksi mendalam tentang keagungan dan keagamaan, menggunakan simbol-simbol yang kuat untuk menyampaikan pesan tentang kesatuan spiritual dan sejarah keagamaan.

Konsep dan Simbolisme dalam Puisi

Puisi ini diawali dengan gambaran visual yang kuat: "Kuda itu telah ditambatkan di luar Masjid Paling Jauh Ke Utara." Ini merujuk pada perjalanan malam Nabi Muhammad dengan Buraq, yang ditambatkan di Masjid Al-Aqsa sebelum melakukan perjalanan ke langit. "Masjid Paling Jauh" adalah istilah yang digunakan untuk menyebut Al-Aqsa, salah satu dari tiga masjid suci dalam Islam.

Selanjutnya, "malam pun terselubung di atas terjal Dinding Al-Buraq di atas Bethlehem yang pulas" melukiskan suasana malam yang gelap dan tenang, serta posisi Buraq, hewan yang digunakan Nabi Muhammad dalam perjalanan malamnya, di Bethlehem. Bethlehem, sebagai tempat kelahiran Nabi Isa (Yesus), menambah dimensi historis dan religius dalam konteks puisi ini.

Pertemuan Para Nabi dan Rasul

Puisi ini menggambarkan bagaimana "para nabi dan rasul dalam waktu yang lebur" menyambut kedatangan Nabi Muhammad. Mereka "berpandangan rindu dan erat berjabat tangan dengan nostalgia," menggambarkan hubungan spiritual yang kuat antara para nabi sepanjang sejarah. Perasaan nostalgia ini menunjukkan betapa besar penghargaan dan kerinduan mereka terhadap momen tersebut, serta pengakuan atas kedatangan Nabi Muhammad sebagai penutup nabi-nabi.

"Ibrahim menyilakan lelaki itu memimpin ibadat shalat dua rakaat" mengacu pada Ibrahim (Abraham) yang memberi penghormatan kepada Nabi Muhammad dengan membiarkannya memimpin shalat. Ini adalah simbol dari pengakuan dan penghormatan seluruh nabi terhadap Nabi Muhammad sebagai pemimpin spiritual dan pemimpin shalat dalam pertemuan tersebut. Seluruh nabi dan rasul "bersaf-saf dalam jamaat Rohaniat," menggambarkan kesatuan spiritual dan kehadiran mereka dalam ibadah tersebut, melintasi waktu dan sejarah.

Perjalanan dan Ketenangan Spiritual

Bagian terakhir puisi ini, "dan berangkatlah Muhammad diapit Jibril dan Mikail," mengacu pada perjalanan Nabi Muhammad ke langit yang dilakukan bersama malaikat Jibril dan Mikail. Ini adalah momen penting dalam Islam, di mana Nabi Muhammad menerima wahyu dan pengalaman spiritual yang mendalam.

Simbolisme kuda Buraq, pertemuan para nabi, dan kehadiran malaikat menekankan pesan tentang kesatuan dan keagungan dalam agama. Puisi ini menggambarkan bagaimana perjalanan malam ini menghubungkan berbagai aspek sejarah dan spiritual Islam, menunjukkan betapa besar makna dan dampak peristiwa tersebut bagi umat Islam.

Pesan Moral dan Refleksi

Puisi ini bukan hanya sebuah narasi tentang peristiwa keagamaan tetapi juga sebuah refleksi tentang kesatuan spiritual dan penghormatan terhadap sejarah keagamaan. Dengan menggambarkan bagaimana para nabi dan rasul menyambut kedatangan Nabi Muhammad, Taufiq Ismail menekankan pentingnya peristiwa tersebut dalam konteks agama dan spiritualitas.

Pesan moral dari puisi ini mungkin adalah tentang pentingnya menghargai sejarah spiritual dan memahami hubungan antara berbagai aspek keagamaan. Ini juga menyoroti bagaimana peristiwa besar dalam agama tidak hanya mempengaruhi masa lalu tetapi juga membentuk pemahaman dan keyakinan umat dalam konteks yang lebih luas.

Puisi "Jamaah Baytl-Maqdis" karya Taufiq Ismail adalah sebuah karya yang kaya akan simbolisme dan makna spiritual. Dengan menggambarkan perjalanan malam Nabi Muhammad dan pertemuan para nabi, puisi ini menghubungkan aspek sejarah dan religius dalam konteks yang mendalam. Melalui penggunaan simbol-simbol kuat dan gambaran visual yang jelas, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kedalaman dan keagungan peristiwa keagamaan tersebut serta pentingnya kesatuan spiritual dalam tradisi Islam.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Jamaah Baytl-Maqdis
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.