Puisi: Sajak Bandung (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Sajak Bandung" karya Diah Hadaning mengeksplorasi berbagai aspek kehidupan kota dan mengungkapkan perasaan serta pengalaman yang terkait ....
Sajak Bandung (1)

Sebuah ruang dalam ruang
seruas waktu dalam waktu
serumpun kenang dalam kenang
semburat pada wajah-wajah
tanpa simpan lelah
yang kita tak perlu tahu namanya
selain menandai
detak-detak jantungnya.

Sajak Bandung (2)

Adalah:
hiruk pikuk terminal kebon kelapa
hasrat kandas di cihampelas
tegur sapa kampus mahasiswa
ide-ide di kepala.

Dan:
langkah-langkah bergegas
di jalanan di angan-angan
ketika semua merasa berguru
ketika semua merasa berburu.

Lalu:
sejalur evaluasi
tercecar di serambi
ketika kutinggalkan hari
tatap mata tanpa dosa
menyangkut di mega-mega.

Bandung, 1994

Sumber: Perempuan yang Mencari (700 Puisi Pilihan, 2010)

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Bandung" karya Diah Hadaning adalah sebuah karya yang menggambarkan kota Bandung melalui dua bagian yang penuh dengan simbolisme dan kenangan. Kedua sajak ini mengeksplorasi berbagai aspek kehidupan kota dan mengungkapkan perasaan serta pengalaman yang terkait dengan tempat tersebut.

Sajak Bandung (1)

  • Ruang, Waktu, dan Kenangan: Puisi dimulai dengan baris "Sebuah ruang dalam ruang / seruas waktu dalam waktu" yang mencerminkan lapisan-lapisan pengalaman dan kenangan yang ada dalam diri seseorang. Ruang dan waktu digambarkan sebagai elemen yang tumpang tindih, menciptakan suasana nostalgia dan refleksi mendalam.
  • Wajah Tanpa Nama: Baris "semburat pada wajah-wajah / tanpa simpan lelah / yang kita tak perlu tahu namanya" menunjukkan kerumunan orang yang kita temui setiap hari, yang mungkin tidak kita kenal namun tetap meninggalkan jejak dalam ingatan kita. Wajah-wajah ini menggambarkan kehidupan kota yang dinamis dan penuh energi.
  • Detak Jantung Kota: Bagian ini diakhiri dengan "selain menandai / detak-detak jantungnya" yang mengisyaratkan denyut kehidupan kota Bandung. Setiap orang, setiap kenangan, dan setiap pengalaman bersama-sama menciptakan ritme kota yang terus berdenyut.

Sajak Bandung (2)

  • Kehidupan Kota: Baris pertama "hiruk pikuk terminal kebon kelapa / hasrat kandas di cihampelas / tegur sapa kampus mahasiswa / ide-ide di kepala" menggambarkan hiruk pikuk dan dinamika kehidupan kota Bandung. Terminal Kebon Kelapa, Cihampelas, dan kampus mahasiswa adalah ikon-ikon kota yang mewakili mobilitas, aspirasi, dan intelektualitas.
  • Langkah Bergegas: Baris "langkah-langkah bergegas / di jalanan di angan-angan" mencerminkan kesibukan dan semangat yang ada di kota ini. Semua orang tampak terburu-buru, baik di dunia nyata maupun dalam impian dan aspirasi mereka.
  • Guru dan Pemburu: Bagian ini menyoroti dualitas kehidupan kota dengan baris "ketika semua merasa berguru / ketika semua merasa berburu". Ada semangat belajar dan mengejar tujuan, tetapi juga ada persaingan dan pengejaran yang tiada henti.
  • Evaluasi dan Refleksi: Puisi diakhiri dengan "sejalur evaluasi / tercecar di serambi / ketika kutinggalkan hari / tatap mata tanpa dosa / menyangkut di mega-mega" yang mengisyaratkan refleksi dan evaluasi diri. Ketika hari berakhir, kita merenungkan tindakan dan interaksi kita, dengan pandangan yang jujur dan tanpa prasangka, menyangkut harapan dan impian kita yang terhampar di langit.
Puisi "Sajak Bandung" karya Diah Hadaning adalah puisi yang menggambarkan kehidupan kota Bandung dengan penuh keindahan dan kedalaman. Melalui simbolisme ruang, waktu, wajah tanpa nama, dan hiruk pikuk kota, penyair berhasil menyampaikan esensi kehidupan kota yang penuh dengan kenangan, dinamika, aspirasi, dan refleksi diri.

Puisi ini tidak hanya menggambarkan tempat fisik, tetapi juga merangkum perasaan dan pengalaman yang melekat pada kota tersebut. Dengan membaca "Sajak Bandung", kita diajak untuk merenungkan dan merasakan denyut kehidupan kota Bandung, serta menyadari betapa setiap elemen kecil dalam kehidupan sehari-hari kita bersama-sama menciptakan ritme yang unik dan penuh makna.

Puisi: Sajak Bandung
Puisi: Sajak Bandung
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.