Analisis Puisi:
Puisi "Sajak Palsu" karya Agus R. Sarjono menyampaikan kritik sosial terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama di bidang pendidikan dan masyarakat.
Pendidikan yang Palsu: Penyair menyentil pendidikan yang diwarnai oleh sapaan palsu, buku-buku sejarah palsu, dan nilai-nilai palsu. Ada ironi dalam mencatat bahwa pada akhirnya, anak-anak sekolah menyadari hamparan nilai palsu mereka, menciptakan ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan.
Pemalsuan dan Kebohongan: Tema pemalsuan terus berlanjut melibatkan guru-guru yang menerima amplop berisi perhatian dan rasa hormat palsu dari murid-muridnya. Penerimaan amplop ini merupakan gambaran kebohongan yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Transformasi Kepalsuan: Pemalsuan di sekolah kemudian bertransformasi menjadi pemalsuan dalam dunia profesional. Sarjono mencatat bagaimana anak-anak sekolah menjadi ekonom, ahli hukum, insinyur, dan profesional lainnya dengan keahlian dan gelar palsu.
Palsunya Pembangunan Ekonomi: Puisi menggambarkan pemerintahan palsu yang terlibat dalam pembangunan palsu dan ekonomi palsu. Penyair menyajikan gambaran bank-bank palsu yang melakukan transaksi dengan ijin dan surat palsu, mengekspor dan mengimpor barang-barang palsu.
Krisis dan Keruntuhan: Bangunan palsu yang dihasilkan oleh sistem palsu mencapai puncaknya dengan meruntuhkannya ke dalam krisis. Krisis ini memberikan dampak buruk kepada masyarakat dan pemerintahan, menciptakan suasana nasib buruk yang sebenarnya palsu.
Ironi dalam Demokrasi Palsu: Puisi mencerminkan ironi dalam penerimaan demokrasi palsu yang diumumkan dengan meriah namun sejatinya palsu. Pemilihan demokrasi seolah-olah memperlihatkan kegembiraan palsu di tengah seminar dan dialog palsu.
Kritik Terhadap Masyarakat Palsu: Keseluruhan puisi menciptakan kritik terhadap masyarakat yang terlibat dalam kehidupan palsu, yang bersikap acuh tak acuh terhadap ketidakjujuran dan pemalsuan yang terjadi di sekelilingnya.
Melalui "Sajak Palsu," Agus R. Sarjono menggambarkan gambaran satir dan kritikal terhadap ketidakjujuran, pemalsuan, dan krisis dalam berbagai aspek kehidupan, membangun naratif yang mempertanyakan integritas moral dan etika dalam masyarakat dan sistem pendidikan.