Analisis Puisi:
Tema puisi ini adalah kerusakan lingkungan laut dan kepedihan batin nelayan. Diah Hadaning menyoroti hilangnya terumbu karang sebagai sumber kehidupan, serta kesedihan yang mengiringi perubahan alam dan peradaban.
Puisi ini bercerita tentang seorang nelayan yang merenungi malam sendirian di tepi laut, merasakan kedinginan dan kesepian, sambil mengingat masa-masa indah saat terumbu karang masih lestari. Kini, ia menyaksikan kenyataan pahit: terumbu karang punah, kehidupan laut terganggu, dan penghidupan nelayan semakin sulit. Kehidupan modern di daratan—digambarkan sebagai “rimba beton”—telah merambah hingga merusak ekosistem laut.
Makna tersirat
Makna tersirat puisi ini adalah kritik terhadap eksploitasi alam dan hilangnya keseimbangan antara manusia dan lingkungan. Terumbu karang yang rusak bukan hanya kehilangan ekologis, tetapi juga luka batin masyarakat pesisir. “Palung hati kau tangisi” menegaskan bahwa kerusakan alam tidak hanya memengaruhi lingkungan fisik, tetapi juga kehidupan emosional dan spiritual manusia.
Suasana dalam puisi
Suasana puisi ini adalah sendu, gelisah, dan penuh kerinduan. Ada kesedihan yang dalam, namun juga terselip kegelisahan yang tak bisa dihindari ketika menyaksikan kehancuran alam.
Amanat / Pesan yang disampaikan
Pesan yang disampaikan adalah pentingnya menjaga kelestarian alam, khususnya terumbu karang, sebagai penopang kehidupan laut dan sumber penghidupan nelayan. Perubahan gaya hidup yang merusak lingkungan akan membawa dampak luas, termasuk penderitaan bagi mereka yang bergantung pada alam.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji visual dan imaji perasaan:
- “Menjala langit tanpa bulan” — menghadirkan gambaran nelayan yang berharap, namun dalam kegelapan dan kesepian.
- “Bintang sepi” — memberi kesan kesendirian yang mendalam.
- “Rimba beton” — memvisualkan kota besar yang dingin dan kaku, kontras dengan alam laut.
- “Kepak kelelawar” — simbol ancaman atau kegelapan yang menghantui.
- “Di palung hati kau tangisi” — menghadirkan imaji batin yang intim dan emosional.
Majas
Beberapa majas yang digunakan:
- Metafora — “Rimba beton” sebagai gambaran kota modern; “Menjala langit tanpa bulan” sebagai simbol usaha yang sulit membuahkan hasil.
- Personifikasi — “Bintang sepi memahami gemuruh hati” memberi sifat manusia pada bintang.
- Repetisi — Pengulangan frasa “terumbu karang terumbu karang” untuk menegaskan kehilangan dan kerinduan.
- Hiperbola — “Di palung hati kau tangisi” memberi penekanan pada kedalaman kesedihan.

Puisi: Vibrasi Terumbu Karang
Karya: Diah Hadaning