Analisis Puisi:
Ajip Rosidi, seorang sastrawan yang dikenal dengan karya-karyanya yang mendalam dan penuh makna, dalam puisinya yang berjudul "Pantun Dari Mana," mengeksplorasi tema pencarian, pertemuan yang dinantikan, serta harapan yang penuh ketidakpastian. Melalui pantun tradisional, Ajip menyampaikan perasaan yang universal tentang pencarian makna dalam kehidupan dan hubungan manusia.
Pencarian dan Pertemuan: Makna dari Mana dan Ke Mana
Puisi ini dimulai dengan pertanyaan yang sering muncul dalam kehidupan, yaitu "Dari mana hendak ke mana?" Sebuah pertanyaan yang menggambarkan perjalanan fisik maupun batin, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perjalanan spiritual atau emosional:
Dari mana hendak ke mana Hendak bertemu tuan kadi; Hari mana bulan mana Kita bertemu meski sekali.
Di bait ini, Ajip Rosidi tidak hanya berbicara tentang perjalanan fisik, tetapi juga tentang pencarian untuk bertemu dengan seseorang yang penting, mungkin seorang "tuan kadi" yang mewakili figur otoritas atau kebijaksanaan. Pertemuan ini diharapkan, namun ketidakpastian tentang waktu pertemuan—"hari mana bulan mana"—menunjukkan harapan yang penuh dengan kerinduan tetapi juga keraguan. Ini bisa diartikan sebagai refleksi dari kehidupan manusia yang selalu mencari makna dan jawaban, tetapi sering kali tidak tahu kapan atau bagaimana pencarian itu akan berakhir.
Harapan akan Kembali dan Masuknya Perasaan dalam Hati
Bagian kedua dari puisi ini menggambarkan keinginan untuk kembali ke asal, ke kampung halaman, sambil menyiratkan harapan bahwa seseorang akan masuk ke dalam hati penyair:
Dari mana hendak ke mana Hendak pulang ke kampung hulu; Hari mana tahun mana Engkau masuk dalam hatiku.
"Pulau ke kampung hulu" bisa diartikan sebagai keinginan untuk kembali ke akar atau asal-usul, sebuah tempat yang mungkin memberikan rasa aman dan kedamaian. Namun, harapan bahwa seseorang akan "masuk dalam hatiku" menambahkan dimensi emosional yang lebih dalam, di mana penyair berharap akan adanya cinta atau kehadiran seseorang yang spesial. Seperti pada bait sebelumnya, ketidakpastian waktu—"hari mana tahun mana"—mencerminkan kegelisahan tetapi juga harapan yang tetap ada meskipun belum pasti kapan akan terwujud.
Kesulitan dan Penerimaan dalam Perjalanan Hidup
Bagian terakhir puisi ini menyentuh aspek penerimaan dalam kehidupan, di mana penyair menyadari bahwa perjalanan hidup sering kali penuh dengan tantangan, tetapi ada harapan untuk diterima meskipun harus merangkak, atau berjuang keras untuk mencapainya:
Dari mana hendak ke mana Dari tepian hendak ke huma; Entah kapan entah 'pabila Aku merangkak kau terima.
Di bait ini, perjalanan dari tepian ke huma (ladang) bisa dilihat sebagai metafora dari perjalanan hidup yang penuh dengan kerja keras dan usaha. "Merangkak" menunjukkan kesulitan dan kerendahan hati yang diperlukan untuk mencapai tujuan atau diterima oleh seseorang. Ketidakpastian "entah kapan entah 'pabila" sekali lagi menekankan bahwa perjalanan ini tidak mudah dan tidak ada jaminan kapan hasilnya akan terwujud. Namun, ada harapan yang tetap terjaga bahwa pada akhirnya, penerimaan akan terjadi.
Puisi "Pantun Dari Mana" karya Ajip Rosidi menggambarkan perjalanan hidup yang penuh dengan pencarian, ketidakpastian, dan harapan. Melalui pertanyaan sederhana namun mendalam tentang "dari mana" dan "ke mana," Ajip mengajak pembaca untuk merenungi perjalanan hidup mereka sendiri, baik dalam konteks fisik maupun emosional. Harapan untuk bertemu, kembali ke asal, dan diterima, meskipun dihadapkan pada tantangan dan ketidakpastian, menjadi tema sentral dalam puisi ini. Dengan bahasa yang sederhana namun kaya akan makna, Rosidi berhasil menyampaikan perasaan universal yang dapat dirasakan oleh siapa saja yang pernah mengalami perjalanan hidup penuh pencarian.
Karya: Ajip Rosidi
Biodata Ajip Rosidi:
- Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
- Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
- Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.