Puisi: Mina (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Mina" karya Ajip Rosidi menghadirkan sebuah gambaran yang kuat tentang perjuangan melawan hawa nafsu dan ketidakmampuan manusia untuk ...
Mina

Tiga buah lubang
jadi sasaran lontaran
Berjuta orang mengepungnya
tapi setan lepas juga
masuk dalam diri lelaki
yang memaki-maki terinjak kaki.

Tiga buah lubang
tak habis-habisnya diserbu
Tapi orang-orang penuh nafsu
setan pun bersembunyi di situ
(Tak mungkin ia dilontar
Tak mungkin ia dilempar)

(Telah kulontar setan
tapi betapa berat melawan
hawa nafsu yang tak karuan lubangnya
tak tentu dasarnya
Setiap hari, setiap saat
harus kukalahkan.
            Alangkah berat!)

Tiga buah lubang
jadi sasaran lontaran.
Sedang setan
bersembunyi pada tiga juta lubang
para pelemparnya.

Sumber: Sajak-Sajak Anak Matahari (1979)

Analisis Puisi:

Puisi "Mina" karya Ajip Rosidi menghadirkan sebuah gambaran yang kuat tentang perjuangan melawan hawa nafsu dan ketidakmampuan manusia untuk mengatasi godaan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui simbolisme yang tajam dan gaya bahasa yang khas, puisi ini mengeksplorasi tema kesulitan dan keputusasaan dalam upaya mengatasi godaan serta tantangan batin.

Simbolisme dan Imaji

"Tiga buah lubang / jadi sasaran lontaran / Berjuta orang mengepungnya / tapi setan lepas juga"

Puisi ini dimulai dengan gambar tiga buah lubang yang menjadi sasaran lontaran. Simbol tiga buah lubang ini dapat diartikan sebagai representasi dari titik-titik atau aspek-aspek tertentu dalam kehidupan yang menjadi sasaran berbagai masalah atau godaan. Lubang-lubang ini tidak hanya menjadi sasaran lontaran tetapi juga menjadi tempat di mana "setan" atau hawa nafsu bersembunyi, menunjukkan ketidakmampuan untuk sepenuhnya mengatasi atau mengeliminasi godaan tersebut.

Perjuangan Melawan Nafsu

"Tapi orang-orang penuh nafsu / setan pun bersembunyi di situ / (Tak mungkin ia dilontar / Tak mungkin ia dilempar)"

Baris ini mencerminkan betapa sulitnya melawan hawa nafsu yang mendalam dan kekuatan batin yang tidak mudah dihilangkan. Setan di sini melambangkan nafsu atau keinginan yang sulit dihindari. Meskipun usaha untuk mengatasi godaan tersebut dilakukan, hasilnya tetap tidak memuaskan. Setan yang bersembunyi di dalam lubang-lubang ini adalah simbol dari godaan yang tersembunyi dan tidak mudah dijangkau.

Kepasrahan dan Kesulitan

"(Telah kulontar setan / tapi betapa berat melawan / hawa nafsu yang tak karuan lubangnya / tak tentu dasarnya / Setiap hari, setiap saat / harus kukalahkan. / Alangkah berat!)"

Puisi ini menunjukkan betapa beratnya perjuangan melawan hawa nafsu. Dengan menegaskan bahwa usaha untuk melawan hawa nafsu itu memerlukan usaha yang konsisten dan tidak berkesudahan, puisi ini menggambarkan keputusasaan dan kesulitan yang dihadapi dalam usaha tersebut. Penulis mengakui bahwa meskipun upaya untuk melawan hawa nafsu telah dilakukan, beban yang dihadapi tetap terasa sangat berat dan menantang.

Persepsi Terhadap Kemenangan dan Kekalahan

"Sedang setan / bersembunyi pada tiga juta lubang / para pelemparnya."

Baris terakhir menggarisbawahi bahwa meskipun tiga buah lubang telah menjadi sasaran lontaran, setan atau hawa nafsu sebenarnya bersembunyi di dalam lebih banyak tempat yang tak terhitung jumlahnya. Ini mencerminkan betapa pervasive dan meluasnya nafsu manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Penggambaran ini menekankan bahwa perjuangan melawan hawa nafsu tidak hanya terbatas pada beberapa titik, tetapi merupakan masalah yang menyebar ke berbagai bagian kehidupan manusia.

Interpretasi dan Konteks

  • Perjuangan Melawan Godaan: Puisi ini secara eksplisit membahas tema perjuangan melawan hawa nafsu dan godaan yang bersifat universal. Lubang-lubang yang menjadi sasaran lontaran simbolis mengindikasikan berbagai bentuk atau titik di mana godaan atau nafsu muncul. Keterbatasan dan ketidakmampuan untuk mengatasi godaan secara total menyoroti sifat manusia yang rapuh dan kesulitan yang dihadapi dalam upaya untuk tetap konsisten dalam pengendalian diri.
  • Kepasrahan dan Penerimaan: Melalui puisi ini, Ajip Rosidi mengajak pembaca untuk memahami bahwa perjuangan melawan hawa nafsu adalah bagian dari pengalaman manusia yang tak terhindarkan. Kepasrahan dan pengakuan atas beratnya perjuangan ini menunjukkan sikap yang realistis terhadap pertempuran batin yang dihadapi oleh setiap individu.
  • Kritik Sosial dan Kemanusiaan: Puisi ini juga dapat dipandang sebagai kritik terhadap masyarakat dan individu yang sering kali terjebak dalam siklus godaan dan ketidakmampuan untuk mengatasi keinginan dan nafsu. Penggambaran setan yang tersembunyi dalam berbagai lubang menyiratkan bahwa hawa nafsu tidak hanya terletak pada satu titik tetapi meresap dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Puisi "Mina" karya Ajip Rosidi adalah sebuah karya yang mendalam dan reflektif tentang perjuangan melawan hawa nafsu dan godaan. Melalui simbolisme yang kuat dan gaya bahasa yang tajam, puisi ini mengeksplorasi tema kesulitan dan keputusasaan dalam menghadapi tantangan batin. Dengan menggambarkan betapa beratnya perjuangan ini dan ketidakmampuan untuk sepenuhnya mengatasi godaan, puisi ini menyampaikan pesan yang kuat tentang sifat manusia dan tantangan yang dihadapinya dalam upaya mengendalikan hawa nafsu.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Mina
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.