Puisi: Pantun Hari Lebaran (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Pantun Hari Lebaran" karya Ajip Rosidi mengingatkan kita akan pentingnya kesucian, pengampunan, dan pencarian ridho Ilahi.
Pantun Hari Lebaran

Pada hari Lebaran ramai takbiran
Sepanjang malam tiada henti;
Hidup fana berakhir di kuburan
Merindukan engkau sebelum mati

Hari Lebaran bermaaf-maafan
Menghapus dosa lahir dan batin
Kalau dengan engkau berhadapan
Tidak kuharap lagi yang lain.

Hari Lebaran hari yang suci
Saat manusia menjadi fitri;
Harap engkau menerimaku kembali
Setelah sesat lepas kendali.

Saat manusia menjadi fitri
Segala dosanya Kau ampuni
Setelah sesat di bumi keji
Mencari ridhoMu di langit hati.

Sumber: Pantun Anak Ayam (2006)

Analisis Puisi:

Ajip Rosidi, seorang penyair yang dikenal dengan kemampuannya mengolah bahasa dan emosi, dalam puisinya yang berjudul "Pantun Hari Lebaran," mengajak kita merenungi makna mendalam dari Hari Lebaran. Puisi ini menyoroti aspek spiritual dari hari suci tersebut, di mana pengampunan, kerinduan, dan pencarian ridho Ilahi menjadi tema utama yang diangkat.

Kerinduan dan Kesadaran Akan Kefanaan

Puisi ini dibuka dengan gambaran suasana Hari Lebaran yang penuh dengan gema takbir, simbol kegembiraan dan kemenangan setelah menjalani puasa selama sebulan penuh. Namun, di balik kebahagiaan ini, terdapat kesadaran akan kefanaan hidup yang selalu mengintai:

Pada hari Lebaran ramai takbiran
Sepanjang malam tiada henti;
Hidup fana berakhir di kuburan
Merindukan engkau sebelum mati.

Melalui bait ini, Ajip Rosidi menyampaikan perenungan mendalam tentang hidup yang sementara dan akhirnya berakhir di kuburan. Kerinduan yang disebutkan dalam bait ini adalah kerinduan kepada Tuhan, sebuah kerinduan yang ingin dipenuhi sebelum ajal menjemput. Takbiran sepanjang malam menggambarkan suasana meriah, tetapi di dalam hati, ada kesadaran yang mendalam bahwa kebahagiaan duniawi tidaklah abadi.

Pengampunan dan Kepasrahan Diri

Bait kedua puisi ini menggambarkan tradisi bermaaf-maafan yang menjadi bagian dari Hari Lebaran. Lebaran adalah momen di mana dosa-dosa diampuni, baik dosa lahir maupun batin:

Hari Lebaran bermaaf-maafan
Menghapus dosa lahir dan batin
Kalau dengan engkau berhadapan
Tidak kuharap lagi yang lain.

Ajip Rosidi menekankan bahwa setelah bertemu dengan Tuhan, tidak ada lagi yang diharapkan selain pengampunan dan kedamaian. Bait ini mencerminkan kepasrahan diri dan kesadaran bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa ditemukan dalam hubungan yang dekat dengan Tuhan. Bermaaf-maafan menjadi simbol dari pembebasan diri dari beban dosa, sebuah proses yang membawa kita lebih dekat kepada-Nya.

Kesucian dan Harapan untuk Kembali

Bagian selanjutnya dari puisi ini menyoroti kesucian yang dicapai saat Hari Lebaran. Ketika manusia kembali fitri, bersih dari dosa, harapan untuk diterima kembali oleh Tuhan muncul dengan kuat:

Hari Lebaran hari yang suci
Saat manusia menjadi fitri;
Harap engkau menerimaku kembali
Setelah sesat lepas kendali.

Ajip menggambarkan Lebaran sebagai waktu untuk memulai kembali, meninggalkan kesesatan dan kembali ke jalan yang benar. "Harap engkau menerimaku kembali" adalah ungkapan dari jiwa yang menyesal dan ingin kembali ke pangkuan Tuhan setelah menyadari kesalahan-kesalahannya. Ini adalah refleksi dari harapan yang tulus untuk mendapatkan pengampunan dan kasih sayang Tuhan setelah melalui masa-masa kesesatan.

Pencarian Ridho dan Pengampunan Ilahi

Bait terakhir dari puisi ini menutup dengan doa dan harapan agar dosa-dosa diampuni dan jiwa dapat mencapai ridho Ilahi:

Saat manusia menjadi fitri
Segala dosanya Kau ampuni
Setelah sesat di bumi keji
Mencari ridhoMu di langit hati.

Ajip menggunakan metafora "langit hati" untuk menggambarkan pencarian spiritual yang mendalam. Setelah melewati perjalanan hidup yang penuh dengan dosa dan kesalahan, ada harapan untuk kembali ke jalur yang benar dan mendapatkan ridho Tuhan. Puisi ini berakhir dengan sebuah pencarian, di mana jiwa yang tersesat berusaha mencari pengampunan dan rahmat Tuhan yang maha pengasih.

Puisi "Pantun Hari Lebaran" karya Ajip Rosidi adalah sebuah refleksi mendalam tentang makna Hari Lebaran, yang melampaui sekadar perayaan dan suka cita. Melalui puisi ini, Ajip mengingatkan kita akan pentingnya kesucian, pengampunan, dan pencarian ridho Ilahi. Setiap baitnya membawa pembaca pada perjalanan spiritual yang mengingatkan akan kefanaan hidup, pentingnya pengampunan, dan harapan untuk kembali ke jalan yang benar. Puisi ini adalah ungkapan tulus dari hati yang merindukan kedamaian sejati, yang hanya bisa ditemukan dalam hubungan yang dekat dengan Tuhan.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Pantun Hari Lebaran
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.