Puisi: Celurit Emas (Karya D. Zawawi Imron)

Puisi "Celurit Emas" karya D. Zawawi Imron menggambarkan tema-tema tentang kekuatan, penyesalan, dan hubungan antara manusia dengan yang ilahi.
Celurit Emas

roh-roh bunga yang layu sebelum semerbak itu mengadu ke hadapan celurit yang ditempa dari jiwa, celurit itu hanya mampu berdiam, tapi ketika tercium bau tangan.
                yang
                pura-pura mati dalam terang dan
                bergila dalam gelap
ia jadi mengerti: wangi yang menunggunya di seberang. Meski ia menyesal namun gelombang masih ditolak singgah ke dalam dirinya.

nisan-nisan tak bernama tersenyum karena celurit itu akan menjadi taring langit, dan matahari akan mengasahnya pada halaman-halaman kitab suci.

celurit itu punya siapa?
amin!

Sumber: Segugus Percakapan Cinta di Bawah Matahari (2017)

Analisis Puisi:

Puisi "Celurit Emas" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya yang memadukan simbolisme, refleksi spiritual, dan estetika bahasa untuk menggambarkan tema-tema tentang kekuatan, penyesalan, dan hubungan antara manusia dengan yang ilahi.

Tema dan Makna

  • Celurit sebagai Simbol Kekuasaan dan Penyesalan: Celurit dalam puisi ini bukan sekadar alat, melainkan simbol dari kekuatan dan penyesalan. Dideskripsikan sebagai "celurit yang ditempa dari jiwa," celurit ini memiliki makna mendalam yang berkaitan dengan aspek-aspek spiritual dan emosional dari manusia. Celurit yang “hanya mampu berdiam” menunjukkan ketidakmampuan atau keengganan untuk bertindak meskipun ada bau tangan yang menuntut perhatian. Ini mencerminkan konflik batin dan penyesalan yang mendalam.
  • Roh Bunga dan Bau Tangan: Roh-roh bunga yang "layu sebelum semerbak" dan mengadu kepada celurit mencerminkan sesuatu yang hilang atau tidak tercapai. Ketika bau tangan tercium, celurit "mengerti: wangi yang menunggunya di seberang." Ini menunjukkan pemahaman atau pencerahan yang datang setelah penyesalan atau kegagalan. Wangi yang "menunggu di seberang" bisa diartikan sebagai harapan atau sesuatu yang ideal yang tidak dapat dijangkau, namun tetap menjadi tujuan atau impian.
  • Penolakan Gelombang dan Nisan Tak Bernama: Penolakan gelombang untuk "singgah ke dalam dirinya" menunjukkan resistensi terhadap perubahan atau pembaharuan. Nisan-nisan tak bernama yang tersenyum bisa diartikan sebagai simbol kematian atau sesuatu yang telah berlalu, namun celurit yang menjadi "taring langit" mencerminkan kemungkinan akan munculnya sesuatu yang lebih besar dan lebih kuat. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada penyesalan dan resistensi, ada juga potensi untuk transformasi dan pembaharuan.
  • Asah Matahari dan Halaman Kitab Suci: Celurit yang akan "mengasahnya pada halaman-halaman kitab suci" menggambarkan proses pemurnian atau pembelajaran spiritual. Matahari yang mengasah celurit menunjukkan adanya pencerahan atau pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan refleksi. Kitab suci di sini berfungsi sebagai simbol dari ajaran spiritual dan pengetahuan yang memberikan makna pada kehidupan dan tindakan.
  • Pertanyaan Akhir tentang Kepemilikan: Pertanyaan "celurit itu punya siapa? amin!" di akhir puisi menambahkan elemen reflektif dan terbuka untuk interpretasi. Ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang kepemilikan, tanggung jawab, dan makna yang lebih dalam dari kekuatan dan penyesalan yang digambarkan dalam puisi.

Gaya Bahasa dan Teknik Puitis

  • Penggunaan Simbolisme: Simbolisme dalam puisi ini sangat kuat. Celurit, roh bunga, bau tangan, dan nisan tak bernama semuanya berfungsi sebagai simbol yang mendalam dan penuh makna. Zawawi menggunakan simbolisme ini untuk menyampaikan pesan yang kompleks tentang kekuatan, penyesalan, dan spiritualitas.
  • Imaji dan Metafora: Zawawi menggunakan imaji dan metafora untuk menciptakan gambaran yang kuat dan puitis. Celurit yang "ditempa dari jiwa" dan "taring langit" adalah metafora untuk kekuatan dan transformasi, sedangkan roh bunga yang layu dan bau tangan adalah imaji yang menggambarkan penyesalan dan pencerahan.
  • Gaya Bahasa Puitis: Gaya bahasa puitis dalam puisi ini menggabungkan keindahan bahasa dengan kedalaman makna. Penggunaan kata-kata yang mendalam dan struktur yang reflektif menciptakan pengalaman membaca yang intens dan memikat.
Puisi "Celurit Emas" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya yang menggambarkan tema kekuatan, penyesalan, dan spiritualitas dengan gaya bahasa yang penuh simbolisme dan metafora. Melalui penggunaan imaji yang kuat dan simbolisme yang mendalam, Zawawi menciptakan gambaran yang kompleks tentang pengalaman manusia dan pencarian makna. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang kekuatan batin, penyesalan, dan pencarian spiritual dalam konteks kehidupan sehari-hari.

Puisi D. Zawawi Imron
Puisi: Celurit Emas
Karya: D. Zawawi Imron

Biodata D. Zawawi Imron:
  • D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.