Puisi: Tembang (Karya Putu Oka Sukanta)

Puisi "Tembang" karya Putu Oka Sukanta tidak hanya menggambarkan keindahan Bali dan kehidupan sehari-hari, tetapi juga menyelipkan makna-makna yang ..
Tembang

Kekawin Jayaprana Layonsari terdengar gemanya di dalam sel
padahal sudah kukuat-kuatkan mata memejam hendak tidur
langkah-langkah patah sepatu bergigi telah lewat di teras
jam duapuluh empat hansip dan piket merobek senyap.

Siapakah menembang menyaingi sepi
tak asing lagi suara nyaring lantang We Sari
tetangga perawan tua suka bercanda

Jayaprana Layonsari
kisah bali masa bercinta
kisah cinta dalam cita-cita.

Gema tembang siapa lagikah itu
tak salah lagi jerit hati penuai padi
mengusir lelah dipanggang matahari.

Ahoi, ahoi, bibi bibi yang bergegas di pagi buta
sapamu manis di jalan setapak menuju ke kali
mengapa mesti kudengar kembali di malam ini?

Oi, masih hidupkah mereka
kenangan masa kanak tak pernah mati

Jauhnya Bali dari Salemba!

Baliku manis, Baliku manis
tak pernah punah di dalam kehilangan.

1976

Sumber: Perjalanan Penyair (1999)

Analisis Puisi:

Puisi "Tembang" karya Putu Oka Sukanta merupakan sebuah karya yang memadukan elemen sejarah, budaya, dan sosial dalam sebuah narasi yang kuat dan mendalam. Puisi ini tidak hanya menggambarkan keindahan Bali dan kehidupan sehari-hari, tetapi juga menyelipkan makna-makna yang lebih dalam tentang cinta, kehilangan, dan kehidupan manusia.

Tema dan Latar Belakang

Puisi ini mengeksplorasi tema tentang kehidupan dan budaya Bali, khususnya melalui legenda Jayaprana Layonsari yang terkenal di sana. Legenda ini menggambarkan kisah cinta yang penuh dengan tragis dan simbolisme, yang sering kali menjadi bagian dari tembang atau nyanyian rakyat Bali.

Penggunaan Bahasa dan Imaji

Putu Oka Sukanta menggunakan bahasa yang indah dan puitis untuk menggambarkan suasana dan budaya Bali. Misalnya, penggunaan kata-kata seperti "Gema tembang siapa lagikah itu" mengundang pembaca untuk meresapi nuansa kebudayaan dan kehidupan sehari-hari di Bali.

Simbolisme dan Makna

Simbolisme dalam puisi ini tercermin dalam penggunaan legenda Jayaprana Layonsari sebagai metafora untuk menggambarkan kehidupan dan cinta dalam konteks sejarah dan kebudayaan Bali. Puisi ini juga menyoroti tema keabadian dan keindahan yang tidak pernah pudar, meskipun waktu terus berjalan.

Sentimen dan Perenungan

Puisi "Tembang" juga menciptakan suasana sentimen dan perenungan tentang kenangan masa lalu, yang terus hidup dan berdenyut di dalam jiwa manusia. Penggunaan kata-kata seperti "kenangan masa kanak tak pernah mati" mengingatkan pembaca akan kekuatan nostalgia dan makna mendalam dari ingatan akan tempat kelahiran dan masa kecil.

Melalui puisi ini, Putu Oka Sukanta berhasil menciptakan sebuah karya yang menggabungkan keindahan bahasa dengan pemikiran yang mendalam tentang sejarah dan budaya Bali. Puisi "Tembang" tidak hanya menghibur dengan gambaran kehidupan Bali yang kaya akan budaya, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan, cinta, dan kehilangan dalam konteks yang lebih luas.

Puisi Tembang
Puisi: Tembang
Karya: Putu Oka Sukanta
© Sepenuhnya. All rights reserved.