Puisi: Mitos-Mitos Kecemasan (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Mitos-Mitos Kecemasan" menyoroti bagaimana kecemasan dan ketidakpastian dapat meresap ke dalam struktur sosial suatu kota, memengaruhi ...
Mitos-Mitos Kecemasan

Kota kami dijaga mitos-mitos kecemasan. Senjata jadi kenangan tersendiri di hati kami, yang akan kembali membuat cerita, saat-saat kami kesepian. Kami telah belajar membaca dan menulis di situ. Tetapi kami sering mengalami kebutaan, saat merambahi hari-hari gelap gulita. Lalu kami berdoa, seluruh kerbau bergoyang menggetarkan tanah ini. Burung-burung beterbangan memburu langit, mengarak gunung-gunung keliling kota.

Negeri kami menunggu hotel-hotel bergerak membelah waktu, mengucap diri dengan bahasa asing. O, impian yang sedang membagi diri dengan daerah-daerah tak dikenal, siapakah pengusaha besar yang memborong tanah ini. Kami ingin tahu di mana anak-anak kami dilebur jadi bensin. Jalan-jalan bergetar, membuat kota-kota baru sepanjang hari.

Radio menyampaikan suara-suara ganjil di situ, dari kecemasan menggenang, seperti tak ada, yang bisa disapa lagi esok pagi.

1985

Sumber: Arsitektur Hujan (1995)

Analisis Puisi:

Dalam puisi "Mitos-Mitos Kecemasan" karya Afrizal Malna, penyair menyajikan gambaran yang kuat dan gelap tentang kota yang dijaga oleh kecemasan dan ketidakpastian.

Mitos-Mitos Kecemasan sebagai Pengawal: Puisi ini Dibuka dengan gambaran kota yang dijaga oleh "mitos-mitos kecemasan". Ini menyoroti bagaimana kecemasan menjadi bagian integral dari kehidupan kota, meresap ke dalam hati setiap individu dan menciptakan suatu lingkungan yang diwarnai oleh ketidakpastian.

Kenangan dan Kehadiran Kembali Senjata: Penyair menggambarkan senjata sebagai kenangan yang tertanam dalam hati mereka. Ini mencerminkan bagaimana pengalaman traumatis masa lalu dapat terus menghantui individu dan mempengaruhi cara mereka memandang dunia di sekitar mereka.

Kegelapan dan Kebutaan Emosional: Meskipun telah belajar "membaca dan menulis" di tengah kecemasan, para penduduk kota sering mengalami "kebutaan" saat menghadapi "hari-hari gelap gulita". Ini menggambarkan bagaimana ketakutan dan kecemasan dapat melumpuhkan dan menghalangi kemampuan seseorang untuk melihat jelas atau merasakan makna di balik pengalaman mereka.

Doa dan Kegelisahan: Pada saat-saat ketidakpastian, penduduk kota berdoa. Namun, bahkan dalam doa mereka, kegelisahan masih terasa kuat. Gambaran kerbau yang bergoyang dan burung-burung yang memburu langit menciptakan atmosfer ketidakstabilan dan kecemasan yang terus-menerus.

Konflik Identitas dan Pembangunan: Puisi ini juga mencerminkan konflik identitas dan perubahan yang terjadi di kota. Perubahan pembangunan yang dipimpin oleh "pengusaha besar" membawa ketidakpastian akan masa depan anak-anak mereka dan tanah kelahiran mereka.

Suara-Suara Ganjil: Penutup puisi dengan radio yang menyampaikan "suara-suara ganjil" menegaskan perasaan ketidakpastian dan isolasi. Bahasa yang digunakan menyiratkan bahwa meskipun terdapat komunikasi, tetapi suara-suara tersebut tidak lagi dapat menyapa individu seperti sebelumnya, meninggalkan mereka dalam kecemasan dan ketidakpastian.

Puisi "Mitos-Mitos Kecemasan" menyoroti bagaimana kecemasan dan ketidakpastian dapat meresap ke dalam struktur sosial suatu kota, memengaruhi pikiran, perasaan, dan tindakan individu. Dengan bahasa yang kuat dan gambaran yang gelap, Afrizal Malna menggambarkan kompleksitas dan kerapuhan manusia dalam menghadapi ketidakpastian dan perubahan yang tidak terhindarkan.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Mitos-Mitos Kecemasan
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.