Puisi: Pantun Anak Ikan (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Pantun Anak Ikan" karya Ajip Rosidi mengingatkan kita bahwa dengan keyakinan dan usaha yang gigih, kita bisa mengubah hidup yang hampa ...
Pantun Anak Ikan

Anak ikan dipanggang saja
Hendak dipindang tidak berkunyit;
Kalau engkau dapat menjelma
Akan kutempuh meski ke langit.

Anak ikan tertangkap jala
Hendak dipotong lepas kembali;
Kalau engkau dapat diraba
Hidup hampa jadi berarti.

Anak ikan kena dikail
Dimasak dengan daun cendana;
Meski bertemu barang mustahil
Kalau kau mau pasti laksana.

Sumber: Pantun Anak Ayam (2006)

Analisis Puisi:

Ajip Rosidi, seorang sastrawan yang mahir dalam mengolah bahasa dan perasaan, melalui puisinya yang berjudul "Pantun Anak Ikan," mengajak pembaca untuk merenungi makna pengorbanan, harapan, dan keteguhan hati. Dalam setiap baitnya, pantun ini mencerminkan keinginan yang kuat untuk mencapai sesuatu yang tampak sulit atau bahkan mustahil, tetapi diiringi dengan semangat dan keyakinan yang tak tergoyahkan.

Pengorbanan dalam Mencapai Tujuan

Puisi ini dibuka dengan gambaran tentang anak ikan yang dipanggang, sebuah simbol yang mengingatkan kita pada proses pengorbanan. Ikan yang dipanggang ini bisa dilihat sebagai metafora dari usaha dan pengorbanan yang harus dilakukan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan:

Anak ikan dipanggang saja
Hendak dipindang tidak berkunyit;
Kalau engkau dapat menjelma
Akan kutempuh meski ke langit.

Di bait ini, Ajip Rosidi menggambarkan tekad yang kuat untuk meraih sesuatu, bahkan jika hal tersebut membutuhkan pengorbanan besar. "Akan kutempuh meski ke langit" menunjukkan betapa besar tekad yang dimiliki penyair untuk mengejar keinginan atau impiannya, meskipun harus menghadapi tantangan yang luar biasa.

Harapan yang Mengubah Hidup

Bagian kedua puisi ini menekankan bagaimana kehadiran atau keberadaan sesuatu yang diinginkan dapat memberikan makna baru dalam hidup. Anak ikan yang tertangkap jala, namun lepas kembali, menjadi simbol dari harapan yang hampir tergapai tetapi masih berada di luar jangkauan:

Anak ikan tertangkap jala
Hendak dipotong lepas kembali;
Kalau engkau dapat diraba
Hidup hampa jadi berarti.

Bait ini mencerminkan perasaan kehilangan atau ketidakpastian yang sering menyertai harapan yang belum tercapai. Namun, jika keinginan itu bisa diraih ("dapat diraba"), maka hidup yang sebelumnya hampa akan dipenuhi dengan makna. Ini menunjukkan betapa besar dampak yang bisa diberikan oleh harapan dan pencapaian terhadap kehidupan seseorang.

Keteguhan Hati Meskipun Menghadapi Kemustahilan

Bagian terakhir dari puisi ini menekankan keteguhan hati dalam menghadapi kemustahilan. Anak ikan yang kena dikail dan dimasak dengan daun cendana menggambarkan sesuatu yang langka dan berharga, namun sulit untuk didapatkan:

Anak ikan kena dikail
Dimasak dengan daun cendana;
Meski bertemu barang mustahil
Kalau kau mau pasti laksana.

Di sini, Ajip menyampaikan pesan bahwa meskipun sesuatu tampak mustahil, jika ada kemauan yang kuat, kemungkinan besar hal tersebut bisa terwujud. "Kalau kau mau pasti laksana" menggambarkan keyakinan bahwa tekad dan usaha dapat mengatasi segala rintangan, bahkan yang tampak tak terjangkau.

Puisi "Pantun Anak Ikan" karya Ajip Rosidi adalah sebuah karya yang menggambarkan pengorbanan, harapan, dan keteguhan hati dalam mencapai tujuan. Melalui gambaran anak ikan dan proses menangkap serta memasaknya, Ajip menyampaikan pesan tentang pentingnya usaha dan tekad dalam menghadapi tantangan hidup. Meskipun sesuatu tampak mustahil, puisi ini mengingatkan kita bahwa dengan keyakinan dan usaha yang gigih, kita bisa mengubah hidup yang hampa menjadi penuh makna. Pantun ini adalah cerminan dari kekuatan semangat manusia untuk terus berjuang, meskipun jalan yang harus ditempuh penuh dengan kesulitan.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Pantun Anak Ikan
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Siantan 1942Kapal besidi sela gunung gelombangLaut Cina Selatan.Di anjunganNakhoda berkacak pinggangTubuhnya dari tembagabersimbah asin pengalamandan kebencian kepada sang tuanyang…
  • PerangMengapa harus perangkarena ia:- anak bungsu  anak sulung harapandi perjalanan tanpa sudahdalam hatiketika waktu banyak luangdi perjalanan tanpa sudahketika waktu luangba…
  • Pemain Gambus Siapakah kamu Siapakah kamu itu Yang memetik tali-tali gambus Seperti rangkaian manik-manik warna-warni Selama umurku ini? Aku yang mengaku tak pernah menan…
  • Kuala Enok 1949Kisahkan lagi kepadaku, ibutentang bintang terang yang jatuhmendadak, mendedasdi atas Kuala Enok duludalam badai mengamuk puncaklaut yang mabukbercampur maung mesiuL…
  • SemangatDi percik puncak ombakBunga karang melepaskan rindunyaBiru kenanganAngan-angan haru memendamLaut dalam membenamDan hitamBunga karang hitamDan diam dalam elus sepi lautanLeb…
  • Dimensi         Banjir            O,                air        Kemar…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.